Jebolan PSDP Adisutjipto Itu Masih Ditunggu Anaknya
A
A
A
Berpengalaman. Inilah sosok Kapten Irianto, pilot pesawat AirAsia QZ 8501 rute Surabaya- Singapura, yang hilang kontak dari radar pada pukul 06.18WIB kemarin.
Pria asal Maguwoharjo, Sleman, ini telah mengantongi 20.500 jam terbang. Karena itu, dia terbilang senior di antara para pilot AirAsia. Selain itu, kepiawaiannya mengendalikan pesawat juga lahir dari didikan militer, tepatnya Sekolah Penerbang Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP) Lapangan Udara atau Lanud Adisutjipto.
Diinformasikan, Kapten Irianto sempat menerbangkan jet tempur F 16 dan F 5E Tiger. Kemudian yang bersangkutan bertugas pada skuadron di Bandara Iswahyudi, Jawa Timur, sebelum akhirnya pensiun dini dan menjadi pilot pesawat komersial. Saat KORAN SINDO YOGYA menyambangi rumah keluarga orang tua Kapten Irianto di Nanggulan Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, terlihat sepi.
Orang tua Kapten Irianto setelah mendapatkan kabar tentang peristiwa hilangnya pesawat yang dipiloti anaknya langsung menuju ke Surabaya. “Maaf kami belum bisa memberikan tanggapan, sebab hanya diminta menunggu rumah,” ungkap perempuan yang ada di rumah keluarga Irianto sebelum menutup pintu rumah itu.
Bagi orang tua Kapten Irianto, ini bisa jadi duka sangat mendalam. Sebab belum ada dua pekan salah satu anaknya, yakni adik Kapten Irianto bernama Edi, telah berpulang. “Pak Irianto ini anak dari Pak Warto, memiliki dua adik, yaitu Edi dan Yono,” ungkap warga sekitar, Kunto, 50, tukang ojek di Perempatan Maguwoharjo yang jaraknya 100 meter dari rumah keluarga Irianto.
Menurut Kunto, Irianto sepekan lalu baru pulang, yakni saat adiknya, Edi, wafat karena sakit komplikasi. Hanya sampai berapa hari dirinya tidak tahu persis. Apalagi selama ini Irianto tidak di Nanggulan Kidul, tapi di Surabaya. “Yang pasti, keluarga itu baru mengadakan tahlilan tujuh hari meninggalnya adik Irianto, Edi, malam Minggu (Sabtu, 27/12),” kata Kunto.
Di rumah tersebut memang masih terlihat tumpukan dan jejeran kursi di halaman depan. Selain itu, di teras juga terlihat sejumlah minuman mineral masih ada di meja. Kunto mengungkap, Irianto sebelum menjadi pilot AirAsia merupakan lulusan PSDP Lanud Adisutjipto untuk pesawat angkut. Hanya angkatan dan tahun berapa tidak mengetahui pasti. “Setahu saya Irianto ini lulusan PSDP,” ujarnya.
Sumber dari Lanud Adisutjipto pun membenarkan Irianto merupakan lulusan PSDP. Keluarga Kapten Irianto tampaknya masih belum bisa menerima kabar hilangnya pesawat AirAsia Q7 8510. Anaknya melalui akun Path masih sangat berharap sang panutan keluarga itu pulang ke rumah.
Kapten Iryanto memiliki dua anak, yaitu seorang putri, Angela Anggi Ranastianis, dan satu putra bernama Arya Galih Gegana. “Papa plg. Kakak msh bth papa. Kembalikan papaku. Papa plg pa. Papa hrs ketemu, papa hrs plg,” kata Angela dalam akun Path -nya, kemarin pagi.
Keluarga besar juga masih belum percaya dengan kabar hilangnya pesawat itu. “Kami belum yakin akan berita yang menyebutkan pesawat hilang kontak. Perwakilan keluarga saat ini sedang berangkat ke Sidoarjo untuk memastikan kabar tersebut,” kata Ayik Folia Atmaja, keponakan Kapten Irianto di Sleman.
Menurut dia, saat ini seluruh keluarga besar masih berharap ada mukjizat di balik hilangnya pesawat AirAsia tersebut. “Saat ini istri dari Kapten Irianto bersama dengan beberapa kerabat sedang menuju Sidoarjo,” katanya seraya menambahkan berita hilangnya pesawat diterima keluarga kemarin pagi. “Saat mendengar kabar tersebut, ya kami kaget dan tidak percaya. Kabar pertama kali diketahui keluarga justru dari berita di televisi,” katanya.
Ayik mengatakan, pihak AirAsia belum memberikan kabar resmi mengenai hilangnya pesawat dalam perjalanan menuju Singapura itu. “Kami belum ada persiapan apa pun. Kami keluarga masih berharap segera mendapat kepastian kabar mengenai hilangnya pesawat tersebut,” katanya.
Kini mereka yang memiliki anggota keluarga atau kerabat di pesawat pilot AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura masih berharap penumpang dan awak pesawat selamat. Setidaknya mereka berharap ada kepastian nasib dari mereka yang ada di dalam pesawat itu.
Priyo Setyawan/ant
Pria asal Maguwoharjo, Sleman, ini telah mengantongi 20.500 jam terbang. Karena itu, dia terbilang senior di antara para pilot AirAsia. Selain itu, kepiawaiannya mengendalikan pesawat juga lahir dari didikan militer, tepatnya Sekolah Penerbang Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP) Lapangan Udara atau Lanud Adisutjipto.
Diinformasikan, Kapten Irianto sempat menerbangkan jet tempur F 16 dan F 5E Tiger. Kemudian yang bersangkutan bertugas pada skuadron di Bandara Iswahyudi, Jawa Timur, sebelum akhirnya pensiun dini dan menjadi pilot pesawat komersial. Saat KORAN SINDO YOGYA menyambangi rumah keluarga orang tua Kapten Irianto di Nanggulan Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, terlihat sepi.
Orang tua Kapten Irianto setelah mendapatkan kabar tentang peristiwa hilangnya pesawat yang dipiloti anaknya langsung menuju ke Surabaya. “Maaf kami belum bisa memberikan tanggapan, sebab hanya diminta menunggu rumah,” ungkap perempuan yang ada di rumah keluarga Irianto sebelum menutup pintu rumah itu.
Bagi orang tua Kapten Irianto, ini bisa jadi duka sangat mendalam. Sebab belum ada dua pekan salah satu anaknya, yakni adik Kapten Irianto bernama Edi, telah berpulang. “Pak Irianto ini anak dari Pak Warto, memiliki dua adik, yaitu Edi dan Yono,” ungkap warga sekitar, Kunto, 50, tukang ojek di Perempatan Maguwoharjo yang jaraknya 100 meter dari rumah keluarga Irianto.
Menurut Kunto, Irianto sepekan lalu baru pulang, yakni saat adiknya, Edi, wafat karena sakit komplikasi. Hanya sampai berapa hari dirinya tidak tahu persis. Apalagi selama ini Irianto tidak di Nanggulan Kidul, tapi di Surabaya. “Yang pasti, keluarga itu baru mengadakan tahlilan tujuh hari meninggalnya adik Irianto, Edi, malam Minggu (Sabtu, 27/12),” kata Kunto.
Di rumah tersebut memang masih terlihat tumpukan dan jejeran kursi di halaman depan. Selain itu, di teras juga terlihat sejumlah minuman mineral masih ada di meja. Kunto mengungkap, Irianto sebelum menjadi pilot AirAsia merupakan lulusan PSDP Lanud Adisutjipto untuk pesawat angkut. Hanya angkatan dan tahun berapa tidak mengetahui pasti. “Setahu saya Irianto ini lulusan PSDP,” ujarnya.
Sumber dari Lanud Adisutjipto pun membenarkan Irianto merupakan lulusan PSDP. Keluarga Kapten Irianto tampaknya masih belum bisa menerima kabar hilangnya pesawat AirAsia Q7 8510. Anaknya melalui akun Path masih sangat berharap sang panutan keluarga itu pulang ke rumah.
Kapten Iryanto memiliki dua anak, yaitu seorang putri, Angela Anggi Ranastianis, dan satu putra bernama Arya Galih Gegana. “Papa plg. Kakak msh bth papa. Kembalikan papaku. Papa plg pa. Papa hrs ketemu, papa hrs plg,” kata Angela dalam akun Path -nya, kemarin pagi.
Keluarga besar juga masih belum percaya dengan kabar hilangnya pesawat itu. “Kami belum yakin akan berita yang menyebutkan pesawat hilang kontak. Perwakilan keluarga saat ini sedang berangkat ke Sidoarjo untuk memastikan kabar tersebut,” kata Ayik Folia Atmaja, keponakan Kapten Irianto di Sleman.
Menurut dia, saat ini seluruh keluarga besar masih berharap ada mukjizat di balik hilangnya pesawat AirAsia tersebut. “Saat ini istri dari Kapten Irianto bersama dengan beberapa kerabat sedang menuju Sidoarjo,” katanya seraya menambahkan berita hilangnya pesawat diterima keluarga kemarin pagi. “Saat mendengar kabar tersebut, ya kami kaget dan tidak percaya. Kabar pertama kali diketahui keluarga justru dari berita di televisi,” katanya.
Ayik mengatakan, pihak AirAsia belum memberikan kabar resmi mengenai hilangnya pesawat dalam perjalanan menuju Singapura itu. “Kami belum ada persiapan apa pun. Kami keluarga masih berharap segera mendapat kepastian kabar mengenai hilangnya pesawat tersebut,” katanya.
Kini mereka yang memiliki anggota keluarga atau kerabat di pesawat pilot AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura masih berharap penumpang dan awak pesawat selamat. Setidaknya mereka berharap ada kepastian nasib dari mereka yang ada di dalam pesawat itu.
Priyo Setyawan/ant
(ftr)