Asia-Afrika Satu Warna

Jum'at, 26 Desember 2014 - 10:14 WIB
Asia-Afrika Satu Warna
Asia-Afrika Satu Warna
A A A
Tepat 17 Desember 2014, Ikatan Perancang Busana Muslim (IPBM) Jawa Barat memasuki usia ke-18. Berbeda dari perhelatan biasanya, tahun ini para perancang menjajal terobosan baru dengan menggelar adibusana di Museum Konferensi Asia Afrika atau Gedung Merdeka. Tajuknya adalah Asian-African Cultural Fusion 2014.

Tak sekadar menjadi catwalk, para anggota IPBM juga sepakat menampilkan tema rancangan sesuai dengan nilai sejarah dari Konferensi Asia Afrika. Ada 12 busana yang konsepnya diambil dari 12 negara anggota KAA. Sebut saja Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Pakistan, Uzbekistan, China, Korea Selatan, dan yang lainnya.

Ada beberapa desainer muslim IPBM yang malam itu memamerkan rancangannya. Mereka adalah Iva Latifah, Iesye Asyifa, Toera Imara, Meeta Fauzan, Ernie Kosasih, Lisma D Gumelar, Anti Dewi, Irni Resmi, Ahmad Zaki, Hennie Noer, dan Ani Shebe. Desainer busana muslim ini menampilkan akulturasi budaya China pada karya terbarunya di milad Ikatan Perancang Busana Muslim (IPBM) Jawa Barat.

Sebagai pembuka, perancang muslim andal Toera Imara menampilkan koleksi ala Tiongkok. Desainer asal Bandung itu hadir dengan koleksi bertemakan The Beauty of Silk Road. Sudah pasti dominasi merah menjadi ciri khasnya. Tak pelak modifikasi desain yang disematkannya menjadi daya tarik tersendiri. Detail busana yang dibuat Toera kali ini, terinspirasi eksotika Negeri Tirai Bambu.

Eksplorasi desainnya terinpirasi kecantikan gadis oriental di saat beranjak dewasa, keindahan arsitektur, dan kulturnya yang dapat berasimilasi dengan budaya lain. Hal ini diterjemahkan pada tujuh busana yang memiliki tampilan klasik dan elegan. Untuk urusan warna, busana rancangan Toera didominasi dengan magenta, hijau emerald, dan biru. Warna tersebut kemudian diwujudkan dalam material berupa sutera china, thompson silk, brukat, serta batik cirebon.

Uniknya, penggunaan batik cirebonan tersebut menjadi bentuk fusi antara budaya China dan Indonesia. Sehingga sesuai dengan konsep awal, hal ini menunjukkan keluwesan budaya China dalam menerima pengaruh dari budaya lain. Perancang asal Garut Errin Ugaru kembali menggebrak panggung IPBM dengan latar belakang negara Korea kuno. Seperti galibnya busana Errin, pada dia memunculkan warna hitam sebagai identitas utama.

Dengan tema Goguryeo, Errin menuangkan idenya lewat baju tradisional Korea yang disulap menjadi busana muslim atraktif. Dia menggali kembali keindahan sebuah kerajaan kuno yang menduduki wilayah Manchuria dan sebelah utara Semenanjung Korea. Goguryeo termasuk ke dalam tiga kerajaan Korea bersama Kerajaan Baekje dan Silla. Goguryeo merupakan kerajaan yang terbesar.

“Goguryeo bercerita soal Korea era klasik. Lewat sejarah inilah saya mendesain sebuah outfitmewah dengan konsep dasar serbahitam. Sementara untuk siluet menggunakan pola A linedengan detail ornamen mengikuti pakaian tradisional khas Korea, semisal turtle neck serta ornamen kancing berukuran besar,” papar Errin.

Racikan busana mutkahir ala Errin mengambil material siffon dan tafetta dengan kombinasi warna abu dan hitam. Kendati mengangkat etnik tradisional, dia tetap mengolaborasikannya dengan nuansa modern dan inovatif.

Sementara Meeta Fauzan hadir membawa konsep Sunsriseatau matahari terbit. Desainnya kali ini berhasil mencuri perhatian audiens lewat konsep siap pakai. Terilhami dengan gaya hidup masyarakat Singapura yang modern dan praktis, Meeta pun merancang desain busananya dengan gaya yang elegan, cerdas, dan kekinian.

“Saya mengangkat gaya hidup Singapura yang modern dan dinamis. Semua terwakilkan lewat bahan siffon, katun, serta lace. Sedangkan untuk warna mengandalkan warna cerah seperti halnya matahari. Misalnya merah, kuning serta jingga,” katanya.

Dini Budiman
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1146 seconds (0.1#10.140)