Pengungsi Terserang Penyakit
A
A
A
BANDUNG - Memasuki hari keenam, ribuan pengungsi bencana banjir di 22 lokasi pengungsian di Kecamatan Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang, mulai terserang penyakit gatal-gatal, diare, batuk, demam, dan flu.
Pantauan KORAN SINDO, wabah penyakit tersebut menyerang pengungsi akibat air bersih sangat minim. Sementara, suhu udara sangat dingin, terutama malam hari. Kondisi semakin parah karena hujan terus mengguyur kawasan Bandung Raya selama sepekan terakhir. Sedangkan banjir yang merendam puluhan ribu rumah warga belum juga surut.
M Taufik, warga Dayeuhkolot mengatakan, telah hampir tiga hari berada di lokasi pe ngungsian karena rumahnya di kawasan Bojong Asih tergenang air setinggi 1,5 meter. Dia dan keluarganya mulai diserang penyakit kulit dan pernapasan karena air yang dikonsumsi tak higienis dan lingkungan di lokasi pengungsian kotor.
”Anak saya yang berumur 8 tahun menderita gatal-gatal dan istri saya demam. Kami berharap ada tim medis dan obat-obatan,” kata M Taufik. Menurut dia, bukan hanya keluarganya yang terserang penyakit, beberapa pengungsi lain juga menderita penyakit serupa. Puluhan warga yang mayoritas anakanak dan lanjut usia (lansia) juga terserang penyakit.
Disinggung terkait pengecekan kesehatan, M Taufik mengemukakan, sempat ada petugas medis dari Dinkes Kabupaten Bandung. Tapi kunjungan itu tidak dilakukan secara intensif, apalagi terhadap warga yang baru datang ke lokasi pengungsian. “Kami juga tidak tahu sampai kapan bertahan di sini (lokasi pengungsian). Untuk logistik juga kami berharap pemerintah kembali memberikan bantuan meski memang sempat beberapa kali ada distribusi,” ungkap dia.
Sementara itu, bencana banjir yang melanda Baleendah, Bojong soang, dan Dayeuhkolot selama satu pekan menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Disperindag Kabupaten Bandung memperkirakan kerugian mencapai Rp1,7 miliar lebih.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Dis perindag) Kabupaten Bandung Popi Hopipah mengatakan, banjir yang telah merendam sejumlah kawasan selama tujuh hari, menyebabkan 323 kios dan 200 toko di Pasar Dayeuhkolot tutup atau tak beroperasi. Saat ini, kata Popi, pihaknya masih melakukan pendataan untuk menghitung kerugian secara menyeluruh. Termasuk kerugian yang diderita sejumlah pabrik yang berada di tiga kecamatan tersebut.
“Dalam hitungan kasar setiap kios mendapatkan omset sekitar Rp750.000 per hari dikali 7 hari, total kerugian diperkirakan mencapai Rp1.695.750.000,” kata Popi. Dia mengemukakan, pemerintah berencana memberikan bantuan kepada para pedagang yang mengalami kerugian akibat banjir tersebut. “Apakah nanti akan ada pemberian bantuan maupun sebagainnya akan kami kaji lebih dulu dan merekomendasikannya kepada SKPD dan BPBD,” tutur dia.
Selain pasar tak beroperasi, banjir juga menyebabkan 15 trayek angkutan umum di wilayah Kabupaten Bandung terganggu. Akibat trayek angkutan umum terganggu, potensi retribusi untuk memenuhi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor angkutan umum terancam hilang.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bandung Teddy Kusdiana mengatakan, tak beroperasinya angkutan kota ini terjadi karena akses jalan yang biasa dilalui untuk mengangkut penumpang terputus akibat terendam banjir sehingga sulit dilintasi. Para sopir tak dapat beroperasi optimal. “Kalaupun menjalankan aktivitas para supir ini mengangkut sebisanya dan memutar balik,” kata Teddy di Soreang ke marin.
Dia mengemukakan, trayek angkutan umum yang terganggu berstatus antara kota dalam provinsi (AKDP), yaitu Majalaya-Bandung, Ciparay-Tegalega, Ciparay-Kebonkalapa, Ma jalaya-Kebonkalapa, Pangalengan-Tegalega, Pangalengan- Kebonkalapa, Baleendah-Kebon kalapa, Tegalega-Baleendah-Ban jaran, dan Baleendah- Dayeuh Kolot-Buahbatu.
“Sementara trayek lokal di antaranya, Palasari-Sayati, Taman Cibaduyut-Baleendah, Soreang-Banjaran, Cibaduyut- Asem, Baleendah-Cibaduyut, dan Baleendah-Andir-Rancamanyar,” tutur Kadishub. Teddy mengungkapkan, beberapa trayek terpaksa di alihkan melalui akses lain karena jalur normal terputus di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, dan Banjaran.
Sebagian besar yang berada di Majalaya memutar ke kawasan Rancaekek, dari Pangalengan menuju Kopo Sayati, dan beberapa di antaranya dibagi ke dalam dua trayek. “Kalau banjir ini terjadi lebih lama, potensi kehilangan retribusi untuk menunjang PAD akan terancam,” ung kap Teddy.
Dia mengemukakan, sesuai perhitungan potensi kehilangan PAD diperkirakan sekitar 2% dari target retribusi angkutan umum tahun ini sebesar Rp1,5 mi liar. Terlebih, beberapa angkutan ada nyaris tidak beroperasi sehingga 80% pendapatan harian terminal hilang.
Untungnya, target raihan hingga Selasa (23/12) kemarin telah terealisasi 97%. “Kami menyiapkan bus gratis setelah berkoordinasi dengan Dishub Jabar tapi masih dikaji agar tidak menimbulkan persoalan, khususnya dengan para sopir,” ujar dia.
Jalur Garut-Tasikmalaya Ambles
Arus lalu lintas melalui jalan penghubung Garut-Tasik malaya via Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, terputus. Penyebabnya, jalan di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya ini ambles sedalam 60 meter dengan lebar enam meter. Peristiwa tersebut terjadi bersamaan saat hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Garut pada Selasa 23 Desember lalu.
Kepala Bagian Informatika Setda Kabupaten Garut Basuki Eko mengatakan, jalur itu ambles karena ada pergerakan tanah seiring tingginya curah hujan. “Pada Selasa itu, beberapa daerah di Garut, seperti Kecamatan Cibalong dan Singajaya dilanda bencana longsor, banjir bandang, dan tanah ambles. Jalur satu-satunya menuju Tasikmalaya yang kondisinya di aspal juga ambles,” kata Eko kemarin.
Meski demikian, ujar dia, masih ada jalur lain yang bisa dipakai. Namun kondisinya tidak sebaik dengan jalur yang ambles itu. “Masih ada jalur lain. Tapi lebih kecil dan tidak beraspal. Tidak disarankan untuk dilintasi,” ujar dia.
Dila Nashear/ Fani Ferdiansyah
Pantauan KORAN SINDO, wabah penyakit tersebut menyerang pengungsi akibat air bersih sangat minim. Sementara, suhu udara sangat dingin, terutama malam hari. Kondisi semakin parah karena hujan terus mengguyur kawasan Bandung Raya selama sepekan terakhir. Sedangkan banjir yang merendam puluhan ribu rumah warga belum juga surut.
M Taufik, warga Dayeuhkolot mengatakan, telah hampir tiga hari berada di lokasi pe ngungsian karena rumahnya di kawasan Bojong Asih tergenang air setinggi 1,5 meter. Dia dan keluarganya mulai diserang penyakit kulit dan pernapasan karena air yang dikonsumsi tak higienis dan lingkungan di lokasi pengungsian kotor.
”Anak saya yang berumur 8 tahun menderita gatal-gatal dan istri saya demam. Kami berharap ada tim medis dan obat-obatan,” kata M Taufik. Menurut dia, bukan hanya keluarganya yang terserang penyakit, beberapa pengungsi lain juga menderita penyakit serupa. Puluhan warga yang mayoritas anakanak dan lanjut usia (lansia) juga terserang penyakit.
Disinggung terkait pengecekan kesehatan, M Taufik mengemukakan, sempat ada petugas medis dari Dinkes Kabupaten Bandung. Tapi kunjungan itu tidak dilakukan secara intensif, apalagi terhadap warga yang baru datang ke lokasi pengungsian. “Kami juga tidak tahu sampai kapan bertahan di sini (lokasi pengungsian). Untuk logistik juga kami berharap pemerintah kembali memberikan bantuan meski memang sempat beberapa kali ada distribusi,” ungkap dia.
Sementara itu, bencana banjir yang melanda Baleendah, Bojong soang, dan Dayeuhkolot selama satu pekan menyebabkan kerugian ekonomi cukup besar. Disperindag Kabupaten Bandung memperkirakan kerugian mencapai Rp1,7 miliar lebih.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Dis perindag) Kabupaten Bandung Popi Hopipah mengatakan, banjir yang telah merendam sejumlah kawasan selama tujuh hari, menyebabkan 323 kios dan 200 toko di Pasar Dayeuhkolot tutup atau tak beroperasi. Saat ini, kata Popi, pihaknya masih melakukan pendataan untuk menghitung kerugian secara menyeluruh. Termasuk kerugian yang diderita sejumlah pabrik yang berada di tiga kecamatan tersebut.
“Dalam hitungan kasar setiap kios mendapatkan omset sekitar Rp750.000 per hari dikali 7 hari, total kerugian diperkirakan mencapai Rp1.695.750.000,” kata Popi. Dia mengemukakan, pemerintah berencana memberikan bantuan kepada para pedagang yang mengalami kerugian akibat banjir tersebut. “Apakah nanti akan ada pemberian bantuan maupun sebagainnya akan kami kaji lebih dulu dan merekomendasikannya kepada SKPD dan BPBD,” tutur dia.
Selain pasar tak beroperasi, banjir juga menyebabkan 15 trayek angkutan umum di wilayah Kabupaten Bandung terganggu. Akibat trayek angkutan umum terganggu, potensi retribusi untuk memenuhi pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor angkutan umum terancam hilang.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Bandung Teddy Kusdiana mengatakan, tak beroperasinya angkutan kota ini terjadi karena akses jalan yang biasa dilalui untuk mengangkut penumpang terputus akibat terendam banjir sehingga sulit dilintasi. Para sopir tak dapat beroperasi optimal. “Kalaupun menjalankan aktivitas para supir ini mengangkut sebisanya dan memutar balik,” kata Teddy di Soreang ke marin.
Dia mengemukakan, trayek angkutan umum yang terganggu berstatus antara kota dalam provinsi (AKDP), yaitu Majalaya-Bandung, Ciparay-Tegalega, Ciparay-Kebonkalapa, Ma jalaya-Kebonkalapa, Pangalengan-Tegalega, Pangalengan- Kebonkalapa, Baleendah-Kebon kalapa, Tegalega-Baleendah-Ban jaran, dan Baleendah- Dayeuh Kolot-Buahbatu.
“Sementara trayek lokal di antaranya, Palasari-Sayati, Taman Cibaduyut-Baleendah, Soreang-Banjaran, Cibaduyut- Asem, Baleendah-Cibaduyut, dan Baleendah-Andir-Rancamanyar,” tutur Kadishub. Teddy mengungkapkan, beberapa trayek terpaksa di alihkan melalui akses lain karena jalur normal terputus di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, dan Banjaran.
Sebagian besar yang berada di Majalaya memutar ke kawasan Rancaekek, dari Pangalengan menuju Kopo Sayati, dan beberapa di antaranya dibagi ke dalam dua trayek. “Kalau banjir ini terjadi lebih lama, potensi kehilangan retribusi untuk menunjang PAD akan terancam,” ung kap Teddy.
Dia mengemukakan, sesuai perhitungan potensi kehilangan PAD diperkirakan sekitar 2% dari target retribusi angkutan umum tahun ini sebesar Rp1,5 mi liar. Terlebih, beberapa angkutan ada nyaris tidak beroperasi sehingga 80% pendapatan harian terminal hilang.
Untungnya, target raihan hingga Selasa (23/12) kemarin telah terealisasi 97%. “Kami menyiapkan bus gratis setelah berkoordinasi dengan Dishub Jabar tapi masih dikaji agar tidak menimbulkan persoalan, khususnya dengan para sopir,” ujar dia.
Jalur Garut-Tasikmalaya Ambles
Arus lalu lintas melalui jalan penghubung Garut-Tasik malaya via Kecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, terputus. Penyebabnya, jalan di Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya ini ambles sedalam 60 meter dengan lebar enam meter. Peristiwa tersebut terjadi bersamaan saat hujan deras mengguyur sejumlah wilayah di Kabupaten Garut pada Selasa 23 Desember lalu.
Kepala Bagian Informatika Setda Kabupaten Garut Basuki Eko mengatakan, jalur itu ambles karena ada pergerakan tanah seiring tingginya curah hujan. “Pada Selasa itu, beberapa daerah di Garut, seperti Kecamatan Cibalong dan Singajaya dilanda bencana longsor, banjir bandang, dan tanah ambles. Jalur satu-satunya menuju Tasikmalaya yang kondisinya di aspal juga ambles,” kata Eko kemarin.
Meski demikian, ujar dia, masih ada jalur lain yang bisa dipakai. Namun kondisinya tidak sebaik dengan jalur yang ambles itu. “Masih ada jalur lain. Tapi lebih kecil dan tidak beraspal. Tidak disarankan untuk dilintasi,” ujar dia.
Dila Nashear/ Fani Ferdiansyah
(ftr)