Korban Banjir Kekurangan Obat

Senin, 22 Desember 2014 - 11:00 WIB
Korban Banjir Kekurangan Obat
Korban Banjir Kekurangan Obat
A A A
MEDAN - Banjir yang merendam ratusan rumah di Jalan Rawe 5, Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan sudah surut dan warga pun kembali ke rumah masing-masing.

Tetapi, penderitaan korban belum berakhir karena penyakit dari dampak banjir kini menerpa mereka. Saat didatangi KORAN SINDO MEDAN, kemarin, banyak warga mengaku banyak menderita penyakit kulit (gatalgatal), demam, diare, flu, dan batuk. Warga kesulitan mendapatkan obat karena posko korban kebanjiran sudah ditiadakan.

Ari Kurniawan, 25, warga Jalan Rawe 5, Lingkungan VII, Kelurahan Tangkahan, mengatakan, warga yang sempat mengungsi sudah mulai kembali ke rumah masing-masing setelah air surut pada Sabtu (20/12) sore. Seiring kembalinya warga, bantuan makanan dan obat - obatan juga ditiadakan. Jika pelayanan kesehatan tidak segera diberikan kepada warga, dikhawatirkan semakin banyak yang terserang penyakit.

Lantaran penyakit gatal-gatal yang dialami warga bisa menular. Setidaknya, warga sekitar Lingkungan 7 yang terserang penyakit mencapai belasan orang. Dia menduga gatalgatal disebabkan air limbah dari industri di Kawasan Industri Medan (KIM) yang bercampur dengan banjir.

Menurut Arif, setelah banjir surut seharusnya pertolongan makanan dan obat-obatan tetap diberikan karena saat ini mereka masih membersihkan rumah sehingga belum memikirkan kebutuhan sehari-hari.

“Kami meminta Pemko Medan tetap memperhatikan korban bencana, karena seusai banjir penderitaan kami belum juga selesai. Pemko Medan juga diminta memberi tindakan kepada industri di KIM yang tidak mengelola air limbahnya secara benar,” ujarnya.

Sulastri, 62, warga setempat, mengungkapkan, saat ini sangat membutuhkan perobatan penyakit gatal yang dideritanya. Dengan tidak adanya posko kesehatan mengakibatkan warga kesulitan mendapatkan pengobatan. Selain dia, banyak juga warga yang membutuhkan obatobatan, misalnya tetangganya bernama Ningsih, 27, yang baru saja melahirkan.

Saat ini Ningsih sedang sakit bersama suami dan tiga anaknya. “Pusing kami. Sudah krisis makanan, krisis obat- obatan pula. Tolonglah kepada Pemko Medan memperhatikan nasib kami,” ucapnya. Ada pula warga yang mengalami krisis air bersih, terutama yang rumahnya dekat pinggiran parit besar.

Sebab, air parit besar yang biasa digunakan berubah menjadi berwarna hitam dan berminyak. Warga terpaksa mencari air bersih ke tetangga. Terpisah, Sekretaris Camat Medan Labuhan, Indra Utama, mengatakan, tidakadalagi posko menyediakan makanan dan obat-obatan di sekitar kawasan banjir itu.

Dia menyarankan warga yang terserang penyakit langsung berobat ke puskesmas pembantu di Kelurahan Besar yang berjarak hanya sekitar 300 meter dari lokasi banjir. “Pemerintah setempat tidak melakukan pelayanan kesehatan dengan mendatangi warga. Jadi, saat ini kami mengimbau warga yang terserang penyakit langsung ke puskesmas,” katanya.

Kepala Lingkungan (Kepling) VII, Tangkahan Amrizal Saragih, membenarkan beberapa warga di lingkungan VII terkena banjir sedang terserang penyakit. Dia menyarankan warga tersebut melakukan pengobatan ke puskesmas pembantu di Kelurahan Besar lantaran tidak ada lagi posko kesehatan.

Selain terkena penyakit warga juga mengalami kerugian karena harta bendanya tidak terselamatkan dari banjir. “Aktivitas warga sudah kembali normal. Ada beberapa warga terkena penyakit gatal-gatal dan demam, tapi tidak secara global hanya beberapa saja. Air warga yang dekat parit besar juga berwarna hitam. Kami tidak bisa berbuat banyak hanya menyarankan mereka yang terserang penyakit berobat ke puskesmas,” ungkapnya.

Sementara Kepling VIII, Tangkahan Andi Chandra Pardede, menambahkan, aktivitas warga sudah kembali normal, bahkan warga yang beragama Kristen sudah kembali beribadah di gereja. Menurut dia, tidak banyak warga yang terserang penyakit karena saat banjir terjadi warga yang sakit langsung disuruh berobat ke posko.

“Sejauh ini warga saya belum ada yang mengeluh. Mereka sudah melaksanakan aktivitas seperti biasa. Sebab, sejak semalam mereka sudah beres- beres,” katanya. Sementara itu, anggota Komisi B DPRD Medan, Jumadi, mengatakan, tidak ada salahnya petugas puskesmas turun langsung ke permukiman untuk mengecek kesehatan masyarakat korban banjir.

Dengan turun langsung akan diketahui pula apa saja yang dibutuhkan masyarakat, selain dari pemeriksaan kesehatan. “Ini kan namanya musibah. Jadi, tidak ada masalah petugasnya mendatangi warga. Bagaimanapun mereka masyarakat dan mereka juga tidak minta kondisinya seperti itu,” ujarnya.

Dia memaparkan, dari peninjauan langsung ke lapangan aparat pemerintah juga tahu apa saja yang harus dipenuhi dan diberikan kepada para korban. Tentunya tidak hanya sekadar obat-obatan, tapi juga air bersih, selimut, dan pakaian layak pakai.

Sebab, banyak harta benda warga yang tidak terselamatkan. Apalagi pascabanjir mereka takut meninggalkan rumah. “Biasanya habis terjadi banjir rawan aksi pencurian. Jadi, mereka takut meninggalkan rumah meskipun jarak tempuh ke puskesmas cukup dekat. Belum lagi mereka harus membersihkan rumah,” katanya.

Jumadi berharap Pemko Medan segera turun ke lapangan mengecek situasi terakhir dan memberikan bantuan apa saja yang dibutuhkan masyarakat. Jangan lagi menunggu didesak. “Dengan begitu warga tetap terlayani dan merasa diperhatikan. Tidak ada salahnya hal itu dilakukan,” tandasnya.

Irwan Siregar/ Reza Shahab
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0294 seconds (0.1#10.140)