Macet Pantura Sangat Mengganggu

Senin, 22 Desember 2014 - 10:35 WIB
Macet Pantura Sangat Mengganggu
Macet Pantura Sangat Mengganggu
A A A
SEMARANG - Macet akibat proyek betonisasi di jalur pantura Kota Semarang dinilai merugikan masyarakat. Selain membuat pusing pengguna jalan, proyek ini juga memicu kenaikan harga kebutuhan pokok karena pembengkakan biaya operasional.

Di Kota Semarang pembetonan dilakukan di sepanjang Jalan Siliwangi dan Jalan Walisongo. Kedua jalan tersebut merupakan jalur penghubung utama dari Kendal (arah Jakarta) menuju Tol Krapyak (arah Solo- Yogya) maupun Pelabuhan Tanjung Emas (arah Surabaya) dan sebaliknya.

Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jawa Tengah, Ngargono, mengatakan, masyarakat seharusnya berhak menerima informasi sedini terkait efek proyek. Semestinya jalur alternatif pun sudah disiapkan dan rambu peringatan sudah dipasang di jalur ke arah sumber kemacetan.

Penyediaan informasi itu seperti yang diterapkan Jasa Marga di pintu tol. Biasanya, di pintu tol sudah tertulis peringatan akan adanya jalur kemacetan, sehingga pengguna jalan bisa bersiap- siap mengambil jalur sesuai kelasnya. Jika tidak dilakukan, tidak menutup kemungkinan terjadi kemacetan baru di jalur lain.

“Dulu Jalan Abdurrahman Saleh pernah dilalui kendaraan besar, padahal bukan kelasnya. Akibatnya, jika ada dua kendaraan besar bersimpangan, mereka tidak bisa melewati lantaran ukuran kendaraan terlalu besar. Kondisi itu menyebabkan kemacetan baru di titik yang seharusnya menjadi jalur alternatif,” katanya, kemarin.

Untuk masalah teknis dan deadline sebuahproyek, pemerintah harus sudah mempunyai kesepakatan tersendiri dengan kontraktor. Jikakontraktortidak bisa menyelesaikan proyek sebelum batas waktu yang ditentukan, pemerintah wajib menegur bahkan mem-blacklist perusahaan kontraktor tersebut.

Efek kemacetan akibat betonisasi jalur pantura, menurut Ngargono, juga bisa menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok karena membengkaknya biaya operasional kendaraan. Kerusakan mesin juga rawan terjadi ketika kendaraan besar hanya bergerak sedikit demi sedikit.

“Harga barang juga bisa naik. Truk barang yang harusnya bisa setoran tiga kali sehari, bisa saja hanya bisa melakukan setoran dua kali. Untuk menutupi biaya, menaikkan harga barang menjadi jalan pintas, namun itu sebenarnya bersifat ilegal,” katanya.

Penumpang bus pun terkadang menjadi korban. Pengusaha bus tentu tidak ingin membelah kemacetan lantaran akan membuang waktu dan bahan bakar. “Karena itu, pengusaha bus yang nakal bisa saja menurunkan penumpang di tempat yang seharusnya bukan menjadi tujuan,” tutur Ngargono.

Dia berharap meskipun terjadi kemacetan, masyarakat tetap bisa mendapatkan pelayanan prima dari pengusaha atau penyedia jasa. Sementara itu, menurut pengamat, betonisasi jalur pantura dianggap solusi ideal untuk mengatasi kerusakan yang kerap dikeluhkan pengguna jalan. Dibanding aspal, jalan beton punya umur yang lebih panjang asalkan dikerjakan secara benar.

Pengerjaan betonisasi juga idealnya dilakukan di musim kering. Menurut pakar transportasi Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno, jalan berbeton sudah ada sekitar 1985 di Semarang. Jalan tersebut ada di jalan menuju Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.

Diperkirakan, jalan tersebut sudah tertimbun material jalan baru hingga satu meter di bawah jalan yang baru. “Umur jalan beton idealnya adalah sekitar sepuluh tahun. Kalau umur beton baru sebentar tapi sudah rusak parah, perlu dicurigai material yang digunakan tidak sesuai standar atau dikorupsi,” ujarnya.

Djoko mengingatkan, jalan beton juga harus dirawat. Perawatan yang biasa dilakukan adalah segera menambalnya ketika sudah terindikasi rusak. Menurut Djoko, proyek betonisasi lebih baik dikerjakan ketika musim kering. Dengan pengerjaan yang sesuai standar, satu ruas blok betonisasi jalan bisa dikerjakan dalam waktu satu pekan.

Namun, yang terjadi, pengerjaan betonisasi dilakukan di musim penghujan. “Mungkin terkendala mekanisme prosedural seperti proses lelang dan sebagainya yang membutuhkan waktu cukup lama,” katanya.

Sementara Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Semarang, Agus Harmunanto, mengatakan, proyek perbaikan jalur pantura sepanjang Jalan Siliwangi dan Jalan Walisongo yang melaksanakan pemerintah pusat. Pihaknya sudah menyediakan jalur alternatif dan rambu yang mendukung pengetahuan penggunaan jalan atas keberadaan jalur alternatif tersebut.

“Kami memang juga selalu berharap proyek betonisasi untuk perbaikan jalur pantura ini cepat selesai, karena menyebabkan kemacetan khususnya pada jam-jam tertentu. Namun, kami juga sudah menyediakan jalur alternatif. Seperti dari Mangkang bisa ke arah Palir, Mijen, Jalan Untung Suropati kemudian ke kota,” ungkapnya.

M Abduh
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6366 seconds (0.1#10.140)