Setelah Dicat, Dicoret Lagi
A
A
A
PALEMBANG - Aksi corat-coret tidak hanya terjadi pada sarana di tengah kota. Meski jadi lokasi berkumpul para remaja, Jembatan Ujong di Kelurahan Karang Ayar, Ke camatan Gandus juga terkena sasaran.
Jembatan yang dibangun sekitar tahun 1980-an itu, dipenuhi coretan catpilok. Pihak Kecamatan mengaku sudah terlalu sering melakukan pembersihan terhadap jembatan tersebut, namun selalu dijadikan ajang corat-coret, diduga oknum remaja tak bertanggunggung jawab.
Camat Gandus Ricky Fernandi mengatakan, dalam dua tahun terakhir sudah dilakukan proses pengecatan jembatan itu. Namun, setelah dilakukan pembersihan dan pengecatan, masih terdapat corat-coret.
“Kami sudah koordinasikan dengan kelurahan, Dinas Pekerjaan Umum dan lainnya, untuk lakukan pembersihan. Tapi begitulah, jembatannya masih kotor terus,” ungkapnya kepada KORAN SINDO PALEMBANG,kemarin.
Ia mengatakan,memang lokasi jembatan menjadi lokasi lebih tinggi di antara wilayah lainnya. Itu kerap dijadikan tempat berkumpul pemuda di areal tersebut. Apalagi, ketika berada di atas jembatan itu, terdapat pemandangan aktivitas Sungai Musi dan kapal yang hilir mudik. “Memang jembatannya ramai jika sore hari, apalagi hari libur. Tapi ya itu, sayangnya jembatannya terus dicorat-coret,”tukasnya.
Aktivitas mencorat-coret itu pun dilakukan pada malam hari. “Lepas pengawasannya saat malam, karena aktivitasnya sering pada malam hari. Setelah dicat, dicoret,”ungkapnya. Karena itu, pihak kecamatan belum memastikan akan melakukan pengecatan ulang pada anggaran tahun depan.
Ricky menambahkan masih akan melakukan koordinasi untuk bagaimana menimalisasi aktivitas coratcoret yang dilakukan pemuda di atas Jembatan Sungai Ujong tersebut. “Nanti akan dicat lagi, tapi disiasati,”pungkasnya.
Murni, warga RT 18, Kelurahan Karang Ayar mengatakan,jembatan itu sudah sering dilakukan pengecatan, namun tetap dijadikan arena corat-coret pemuda. Tidak hanya sekali, meski sudah banyak coretan, jembatan itupun masih dicoret-coret.
“Sering dicat, tapi dikotorin. Sejak tinggal di sini tahun 1990- an, sudah sekitar lima kali dicat. Hanya mungkin, anak-anak butuh lokasi berekspresi lebih banyak di sini,”ujarnya.
Tasmalinda
Jembatan yang dibangun sekitar tahun 1980-an itu, dipenuhi coretan catpilok. Pihak Kecamatan mengaku sudah terlalu sering melakukan pembersihan terhadap jembatan tersebut, namun selalu dijadikan ajang corat-coret, diduga oknum remaja tak bertanggunggung jawab.
Camat Gandus Ricky Fernandi mengatakan, dalam dua tahun terakhir sudah dilakukan proses pengecatan jembatan itu. Namun, setelah dilakukan pembersihan dan pengecatan, masih terdapat corat-coret.
“Kami sudah koordinasikan dengan kelurahan, Dinas Pekerjaan Umum dan lainnya, untuk lakukan pembersihan. Tapi begitulah, jembatannya masih kotor terus,” ungkapnya kepada KORAN SINDO PALEMBANG,kemarin.
Ia mengatakan,memang lokasi jembatan menjadi lokasi lebih tinggi di antara wilayah lainnya. Itu kerap dijadikan tempat berkumpul pemuda di areal tersebut. Apalagi, ketika berada di atas jembatan itu, terdapat pemandangan aktivitas Sungai Musi dan kapal yang hilir mudik. “Memang jembatannya ramai jika sore hari, apalagi hari libur. Tapi ya itu, sayangnya jembatannya terus dicorat-coret,”tukasnya.
Aktivitas mencorat-coret itu pun dilakukan pada malam hari. “Lepas pengawasannya saat malam, karena aktivitasnya sering pada malam hari. Setelah dicat, dicoret,”ungkapnya. Karena itu, pihak kecamatan belum memastikan akan melakukan pengecatan ulang pada anggaran tahun depan.
Ricky menambahkan masih akan melakukan koordinasi untuk bagaimana menimalisasi aktivitas coratcoret yang dilakukan pemuda di atas Jembatan Sungai Ujong tersebut. “Nanti akan dicat lagi, tapi disiasati,”pungkasnya.
Murni, warga RT 18, Kelurahan Karang Ayar mengatakan,jembatan itu sudah sering dilakukan pengecatan, namun tetap dijadikan arena corat-coret pemuda. Tidak hanya sekali, meski sudah banyak coretan, jembatan itupun masih dicoret-coret.
“Sering dicat, tapi dikotorin. Sejak tinggal di sini tahun 1990- an, sudah sekitar lima kali dicat. Hanya mungkin, anak-anak butuh lokasi berekspresi lebih banyak di sini,”ujarnya.
Tasmalinda
(ftr)