Warga Harus Tetap Waspada
A
A
A
BANDUNG - Badan Meteorologi Klimatogi dan Geofisika (BMKG) Kota Bandung memprediksi hujan yang disertai petir dan angin kencang masih akan melanda dalam tiga hari ke depan.
Prakirawan BMKG Kota Bandung Neneng Sugianti mengatakan, dalam cuaca seperti itu, potensi angin beliung untuk kembali terjadi masih ada. Menurut dia hal ini ter jadi karena perbedaan tekanan udara.
“Pas kejadian itu dari pagi sam pe siang suhu udara sangat panas. Pemanasan itu sangat kuat. Lalu terbentuk awan cumulunimbus. Awan yang bentuknya membumbung tinggi, tiba tiba berubah menjadi hitam. Itu ber potensi terjadi angin puting beliung,” kata Neneng. Kawasan Bandung timur, ujar dia, menjadi daerah yang sering dilanda angin pu ting beliung karena lahan hijau di kawasan itu telah berubah.
“Sebenarnya akibat dari vegetasi berkurang, dari tumbuham jadi rumah. Puting beliung terjadi di daerah terbuka. Sedangkan di tengah Kota Bandung tak terjadi karena banyak gedung tinggi,” ujar dia.
Neneng mengimbau masyarakat untuk selalu waspada. Saat hujan datang disertai angin kencang, pengendara roda dua lebih baik menepi, berteduh di tempat aman. Musim hujan akan mencapai pun caknya pada Januari 2015 mendatang.
1.911 Rumah Rusak
Jumlah rumah warga yang mengalami kerusakan akibat terjangan angin puting be - liung pada Kamis (18/12) petang, bertambah menjadi dari 800 menjadi 1.911 unit. Kecamatan Panyileukan menjadi daerah paling parah dengan jumlah 1.068 rumah rusak. Wakil Ketua Satgas Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Ferdi Ligaswara mengatakan, jumlah 1.911 rumah yang mengalami kerusakan tersebar di empat kecamatan, yakni Panyileukan, Cinambo, Arca manik, dan Cibiru.
Di Kecamatan Panyileukan ada 1.058 rumah rusak; Cibiru 381; Cinambo 299; dan Arcamanik 173. Selain itu, 21 warga mengalami luka-luka, dengan perincian 7 luka sedang dan 14 luka ringan. “Untuk rumah yang mengalami kerusakan sebagian besar atapnya karena tersapu angin puting beliung,” kata Ferdi kepada KORAN SINDOkemarin.
Saat ini, tutur dia, 1.600 personel gabungan dikerahkan untuk membantu proses evakuasi. Dua pekerjaan yang menjadi prioritas petugas di lapangan dalam proses evakuasi. Pertama perbaikan rumah warga dan kedua rehabilitasi sarana dan prasarana. “Pertama kami prioritaskan per baikan atap rumah yang rusak. Karena saat ini hujan masih terjadi. Prioritas kedua, rehabilitasi sarana dan prasarana termasuk termasuk evakuasi pohon pohon tumbang,” tutur dia.
Ferdi mengemukakan, saat ini tim tanggap darurat telah mendirikan empat posko di masing masing kecamatan dengan induk di Kecamatan Cinambo. Posko ini menjadi pusat komando terkait proses evakuasi, pendistribusian bantuan, dan dapur umum. “Distribusi bantuan lancar seperti bahan makanan dan obat obatan. Namun kami masih membutuhkan material bangunan terutama untuk atap, seperti seng, genting, dan asbes karena jumlah rumah warga yang rusak banyak sekali,” ungkap Ferdi.
Menurut dia, warga yang rumahnya mengalami kerusakan cukup parah, lebih memilih untuk tinggal sementara di rumah tetangga atau sanak saudara. “Kami meng imbau warga untuk selalu siap siaga menghadapi ancaman bencana,” ujar dia.
Dian rosadi
Prakirawan BMKG Kota Bandung Neneng Sugianti mengatakan, dalam cuaca seperti itu, potensi angin beliung untuk kembali terjadi masih ada. Menurut dia hal ini ter jadi karena perbedaan tekanan udara.
“Pas kejadian itu dari pagi sam pe siang suhu udara sangat panas. Pemanasan itu sangat kuat. Lalu terbentuk awan cumulunimbus. Awan yang bentuknya membumbung tinggi, tiba tiba berubah menjadi hitam. Itu ber potensi terjadi angin puting beliung,” kata Neneng. Kawasan Bandung timur, ujar dia, menjadi daerah yang sering dilanda angin pu ting beliung karena lahan hijau di kawasan itu telah berubah.
“Sebenarnya akibat dari vegetasi berkurang, dari tumbuham jadi rumah. Puting beliung terjadi di daerah terbuka. Sedangkan di tengah Kota Bandung tak terjadi karena banyak gedung tinggi,” ujar dia.
Neneng mengimbau masyarakat untuk selalu waspada. Saat hujan datang disertai angin kencang, pengendara roda dua lebih baik menepi, berteduh di tempat aman. Musim hujan akan mencapai pun caknya pada Januari 2015 mendatang.
1.911 Rumah Rusak
Jumlah rumah warga yang mengalami kerusakan akibat terjangan angin puting be - liung pada Kamis (18/12) petang, bertambah menjadi dari 800 menjadi 1.911 unit. Kecamatan Panyileukan menjadi daerah paling parah dengan jumlah 1.068 rumah rusak. Wakil Ketua Satgas Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Ferdi Ligaswara mengatakan, jumlah 1.911 rumah yang mengalami kerusakan tersebar di empat kecamatan, yakni Panyileukan, Cinambo, Arca manik, dan Cibiru.
Di Kecamatan Panyileukan ada 1.058 rumah rusak; Cibiru 381; Cinambo 299; dan Arcamanik 173. Selain itu, 21 warga mengalami luka-luka, dengan perincian 7 luka sedang dan 14 luka ringan. “Untuk rumah yang mengalami kerusakan sebagian besar atapnya karena tersapu angin puting beliung,” kata Ferdi kepada KORAN SINDOkemarin.
Saat ini, tutur dia, 1.600 personel gabungan dikerahkan untuk membantu proses evakuasi. Dua pekerjaan yang menjadi prioritas petugas di lapangan dalam proses evakuasi. Pertama perbaikan rumah warga dan kedua rehabilitasi sarana dan prasarana. “Pertama kami prioritaskan per baikan atap rumah yang rusak. Karena saat ini hujan masih terjadi. Prioritas kedua, rehabilitasi sarana dan prasarana termasuk termasuk evakuasi pohon pohon tumbang,” tutur dia.
Ferdi mengemukakan, saat ini tim tanggap darurat telah mendirikan empat posko di masing masing kecamatan dengan induk di Kecamatan Cinambo. Posko ini menjadi pusat komando terkait proses evakuasi, pendistribusian bantuan, dan dapur umum. “Distribusi bantuan lancar seperti bahan makanan dan obat obatan. Namun kami masih membutuhkan material bangunan terutama untuk atap, seperti seng, genting, dan asbes karena jumlah rumah warga yang rusak banyak sekali,” ungkap Ferdi.
Menurut dia, warga yang rumahnya mengalami kerusakan cukup parah, lebih memilih untuk tinggal sementara di rumah tetangga atau sanak saudara. “Kami meng imbau warga untuk selalu siap siaga menghadapi ancaman bencana,” ujar dia.
Dian rosadi
(ars)