Berprestasi dalam Tugas dan Kejar Zero Accident
A
A
A
LETKOL Arh Syaepul Mukti menjabat Kepala Pe ne - rang an Kodam (Kapendam) II Sriwijaya.Syaepul merupakan perwira TNI lulusan Akmil 1994 yang dikenal berkepribadian sederhana.
Karena itu, penerima penghargaan Trisakti Wiratama ini menjadi teladan dan dihormati prajurit lainnya. Baginya jabatan apapun yang diberikan adalah merupakan amanah yang wajib dikerjakan sebaik mungkin. Apalagi, dengan menjaga dan menjalankan amanah atau tugas itulah, kepribadian seorang prajurit dapat diukur.
Prinsifnya, bila ingin dicontoh, maka seorang pemimpin harus mendahuluinya dengan teladan. Apa saja yang akan dilakukan Syaepul dengan jabatan barunya sebagai Kapendam II Sriwijaya? Berikut wawancara reporter KORAN SINDO PALEMBANG, Retno Palupi dengan Letkol Arh Syaepul Mukti Ginanjar baru – baru ini.
Bagaimana rasanya ditugaskan di Kota Palembang?
Pada dasarnya saya siap ditugaskan di mana pun. Alhamdulillah, saya senang ditugaskan di sini. Salah satunya juga senang bisa makan Pempek, karena biasanya saya kalau pingin makan pempek dulu diantar oleh teman, sekarang bisa langsung berburu makanan khas sini. Kemudian, untuk jabatan baru ini saya bersyukur dilantik sebagai Kapendam II Sriwijaya. Saya berusaha akan memperkuat komunikasi dan kerjasama dengan media-media massa. Saya berusaha mengemban tugas ini sesuai dengan amanah dari pangdam untuk membangun citra positif Kodam II Sriwijaya.
Mengawali tugas baru, apa saja dilakukan terkait kerjakerja di bidang penerangan?
Saya berusaha menjalankan apa yang sudah diamanahkan dan disampaikan langsung oleh Pangdam II Sriwijaya kepada saya saat sertijab. Tugas kita diantaranya sebagai pengemban fungsi penerangan dalam mendukung tugas pokok Kodam. Bagaimana terus meningkatkan upaya membangun citra Kodam dengan meningkatkan frekuensi publikasi atau pemberitaan terkait kebijakan pimpinan dan program kegiatan satuan jajaran Kodam di media massa.
Bagaimana tanggapan Anda bahwa dari hasil rekapitulasi pemberitaan di media massa seluruh Kotama/Balakpus TNI AD oleh Dispenad yang saat ini menempatkan Kodam II Sriwijaya di posisi ke-2?
Hal baik itu kita harap dapat senantiasa berjalan dengan baik. Namun, saya tak ada target untuk mengalahkan itu. Untuk apa kalah mengalahkan, karena soal pemberitaan itu bukan lomba. Namun yang penting, bagaimana kita memberikan manfaat yang lebih baik pada Kodam ini. Dimana citra Kodam II Sriwijaya yang sudah baik ini dapat menjadi lebih baik lagi. Dimana pun saya bertugas, selalu menjadikan sebagai tempat yang saya cintai. Untuk itu, semua untuk Kodam tercinta. Tentunya kita harus berusaha dalam hal berprestasi tugas dan nol pelanggaran. Yang harus ditanamkan, agar dapat dicintai rakyat maka kita harus mencintai rakyat terlebih dahulu. Barulah rakyat bisa mencintai kita.
Terkait tugas Anda sebagai Kapendam, bagaimana langkah kedepan?
Kembali pada apa yang diamanahkan oleh Pangdam, yakni harus membangun komunikasi dan kerja sama dengan insan media, serta tingkatkan kemampuan sumber daya personel penerangan agar mampu menghasilkan produkproduk penerangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat maupun personel satuan jajaran Kodam II.
Apa upaya peningkatan citra Kodam II Sriwijaya?
Terkait tugas pokok Pendam, saya bertekad meningkatkan citra kodam dengan membangun komunikasi dan kerja sama dengan insan media. Saya juga bersedia dikonfirmasi oleh awak media terkait pemberitaan. Dari pemberitaan itu, nanti akan saya tindak lanjuti dengan koordinasi dengan kesatuan terkait, sehingga informasi yang diterima insan pers betul-betul valid. Perlu disadari, jabatan merupakan amanah yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan satuan, tetapi juga harus dipertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya, amanah jabatan yang disampaikan Pangdam saat Sertijab akan saya jalankan sebaik mungkin.
Sedikit masalah pribadi, Anda bisa menjadi anggota TNI memang cita-cita?
Sebenarnya bukan cita-cita, namun keinginan tersebut tumbuh saat SMA. Keluarga saya pun tak ada yang TNI, bahkan ibu saya merupakan PNS Golongan II di kejaksaan dan ayah saya seorang penjahit. Saya termotivasi dengan banyaknya teman-teman yang mendaftar dan saya pun berminat. Kemudian mengikuti tes AKMIL, padahal saat itu saya dapat PMDK di Institut Pertanian Bogor (IPB). Alhamdulillah saya bisa lolos ke AKMIL tahun 1991 dan lulus 1994. Saat itu, 3 tahun menempuh pendidikan, dan ada setahun untuk kecabangan saya mendapat pangkat Letda Arhanud saat itu.
Bagaimana perjalanan karir dan jabatan?
Pertama tugas di Jakarta saat itu menjadi Pama Yonarhanudse- 10 pada Tahun 1995. Dimana pun ditugaskan, tentu saja menjadi pengalaman berharga. Kemudian, saya juga menjalani sekolah lanjut perwira Arhanud di Malang ke pangkat Mayor. Adapun, saya sempat ditugaskan di berbawai wilayah di Sumatera diantaranya Aceh dan Sumatera Utara, dan sebelumnya di wilayah Jawa.
Sampai-sampai, raport anak saya di SD bisa sampai enam raport karena kerap dipindahtugaskan. Anak saya saat SD pernah di Jawa, Aceh, Sumut, Jabar dan Jatim, karena saya selalu membawa keluarga saat pindah tugas. Nah, sejumlah pengalaman menarik juga saya dapatkan saat menjabat Danyon Arhanud di Binjai, kemudian dari Danyon menjadi Dandim Deli Serdang. Saat itu memang sedang sibuksibuknya saat pembangunan Bandara Kualanamu.
Oh ya, bagaimana rasanya saat ditugaskan di Aceh?
Benar, penempatan di Aceh banyak memberikan hikmah. Saya diajarkan bagaimana harus bersyukur. Karena, jika biasanya ditugaskan di tengah kota namun saat di Aceh memiliki karakter sedikit berbeda. Secara umum, Aceh sempat menjadi daerah konflik dan membangun pascatsunami. Saya sangat bersyukur karena banyak pengalaman yang saya peroleh.
Dari sisi tugas, saya ditempa bagaimana memimpin satuan-satuan yang terpisah di tengah hutan. Selama ini kan, biasanya di kota melihat gedung bertingkat, mal, dan mudah berkordinasi. Selain itu saat di Aceh, kita terdorong rajin ke masjid karena di sana begitu banyak masjid, jadi kita terbiasa salat di masjid. Apalagi, didikan orang tua dari kecil agar tak melupakan ibadah, karena lingkungan keluarga saya keras dalam hal pendidikan agama.
Bicara kepemimpinan, tentu tidak semua orang dapat menjadi pemimpin yang diterima banyak pihak. Pendapat Anda?
Perihal kepemimpinan, maka seorang prajurit harus menjadi agent of change. Seorang pemimpin itu dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang komandan atau kepala itu harus bisa menjadi contoh dan panutan bagi bawahannya. Dari sisi disiplin prajurit, jika ingin memerintahkan prajurit untuk disiplin, komandan harus disiplin duluan. Dengan begitu, seorang prajurit akan tergerak hatinya untuk disiplin tanpa dengan perintah. Bagaimana kita ingin mengajak disiplin kalau kita sendiri tidak disiplin, memang anggota akan mengikuti perintah itu, tapi bukan kesadaran sendiri.
Berbagi pengalaman saat Anda menjadi Danyon Arhanudse 11/BS bagaimana?
Pengalaman saat menjadi Danyon Arhanudse memang dihadapkan pada situasi posisi yang terpisah-pisah. Makanya, saya didorong agar pintar membina anggota. Saya secara intens berkeliling ke tempat anggota, bahkan kadang dari satu tempat ke tempat lain memakan waktu sampai 1,5 jam.
Selain itu, saya turun bertemu para anggota dan juga sebulan sekali mereka juga datang ke markas Batalyon. Situasi di Sumatera agak berbeda dengan di Jawa yang berada di perkotaan. Ditambah, pada Batalyon itu hampir beranggotakan 600 an orang lebih. Ibarat kata, seperti memegang geranat yang sudah dibuka penutupnya. Sehingga “pertaruhannya” kuat. Karena jika anggota salah maka kita yang bertanggung jawab dan bisa saja kita dicopot.
Untuk itu, pengalaman memimpin Batalyon tersebut, sebagai pemimpin saya terjun lapangan dan intens face to face dengan anggota. Bagaimana pun juga, kita harus membuktikan sebagai seorang leaderatau Danyon kepada para anggota yang masih remaja-remaja. Makanya, yang saya tanamkan harus bisa menjadi contoh. Seperti dalam sebuah hadits, sebaik-baik iman manusia adalah, bagaimana dia bermanfaat bagi manusia lainnya.
Misalkan kita menyuruh anggota bangun pagi, ke masjid, lari siang dan lainnya, maka kita pun harus bisa menjadi contoh. Jadi saat diberikan kesempatan memimpin maka harus bisa memberikan manfaat untuk orang yang kita pimpin. Termasuk menjaga silaturahmi dan persaudaraan. Karena, dimana pun saya bertugas, saya selalu mendapat saudara baru. Dengan rekanrekan pers pun saya siap 24 jam yang penting saat handphone battery-nya gak mati, saya siap dihubungi.
Apa makna keluarga bagi Anda?
Bagi saya, memanfaatkan waktu dengan keluarga itu wajib. Apalagi kalau libur weekend,saya biasanya jalan-jalan sama istri dan anak-anak. Karena kita bekerja ini kan untuk keluarga. Makanya setiap pindah tugas saya selalu membawa keluarga, kecuali sekarang anak saya kelas 3 SMP biar tamatkan terlebih dahulu. Untuk hobi sendiri, apakah Anda menyukai seni dan olahraga? Saya suka berolahraga.
Diantaranya renang, lari, bola kaki, tennis, badminton. Saya juga lumayan suka membaca biografi para tokoh. Yang penting lagi, olahraga memang menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan bagi saya. Disatu sisi untuk menjaga stamina dan kesehatan, yang tentu saja dapat menunjang kinerja. Bahkan, seperti saya kan masih akan banyak melalui berbagai tes dalam hal karir dan kepangkatan. Makanya saya biasakan diri untuk lari dan renang biasa tiga kali seminggu.
Kita pun ada uji kompetensi jika akan naik pangkat atau menempati jabatan. Makanya tes fisik, akademik, sikap dan kepribadian prajurit harus terukur. Saat akan menjadi Dandim tes renang 50 meter dengan menggunakan helm, senjata, dan PDH.
Karena itu, penerima penghargaan Trisakti Wiratama ini menjadi teladan dan dihormati prajurit lainnya. Baginya jabatan apapun yang diberikan adalah merupakan amanah yang wajib dikerjakan sebaik mungkin. Apalagi, dengan menjaga dan menjalankan amanah atau tugas itulah, kepribadian seorang prajurit dapat diukur.
Prinsifnya, bila ingin dicontoh, maka seorang pemimpin harus mendahuluinya dengan teladan. Apa saja yang akan dilakukan Syaepul dengan jabatan barunya sebagai Kapendam II Sriwijaya? Berikut wawancara reporter KORAN SINDO PALEMBANG, Retno Palupi dengan Letkol Arh Syaepul Mukti Ginanjar baru – baru ini.
Bagaimana rasanya ditugaskan di Kota Palembang?
Pada dasarnya saya siap ditugaskan di mana pun. Alhamdulillah, saya senang ditugaskan di sini. Salah satunya juga senang bisa makan Pempek, karena biasanya saya kalau pingin makan pempek dulu diantar oleh teman, sekarang bisa langsung berburu makanan khas sini. Kemudian, untuk jabatan baru ini saya bersyukur dilantik sebagai Kapendam II Sriwijaya. Saya berusaha akan memperkuat komunikasi dan kerjasama dengan media-media massa. Saya berusaha mengemban tugas ini sesuai dengan amanah dari pangdam untuk membangun citra positif Kodam II Sriwijaya.
Mengawali tugas baru, apa saja dilakukan terkait kerjakerja di bidang penerangan?
Saya berusaha menjalankan apa yang sudah diamanahkan dan disampaikan langsung oleh Pangdam II Sriwijaya kepada saya saat sertijab. Tugas kita diantaranya sebagai pengemban fungsi penerangan dalam mendukung tugas pokok Kodam. Bagaimana terus meningkatkan upaya membangun citra Kodam dengan meningkatkan frekuensi publikasi atau pemberitaan terkait kebijakan pimpinan dan program kegiatan satuan jajaran Kodam di media massa.
Bagaimana tanggapan Anda bahwa dari hasil rekapitulasi pemberitaan di media massa seluruh Kotama/Balakpus TNI AD oleh Dispenad yang saat ini menempatkan Kodam II Sriwijaya di posisi ke-2?
Hal baik itu kita harap dapat senantiasa berjalan dengan baik. Namun, saya tak ada target untuk mengalahkan itu. Untuk apa kalah mengalahkan, karena soal pemberitaan itu bukan lomba. Namun yang penting, bagaimana kita memberikan manfaat yang lebih baik pada Kodam ini. Dimana citra Kodam II Sriwijaya yang sudah baik ini dapat menjadi lebih baik lagi. Dimana pun saya bertugas, selalu menjadikan sebagai tempat yang saya cintai. Untuk itu, semua untuk Kodam tercinta. Tentunya kita harus berusaha dalam hal berprestasi tugas dan nol pelanggaran. Yang harus ditanamkan, agar dapat dicintai rakyat maka kita harus mencintai rakyat terlebih dahulu. Barulah rakyat bisa mencintai kita.
Terkait tugas Anda sebagai Kapendam, bagaimana langkah kedepan?
Kembali pada apa yang diamanahkan oleh Pangdam, yakni harus membangun komunikasi dan kerja sama dengan insan media, serta tingkatkan kemampuan sumber daya personel penerangan agar mampu menghasilkan produkproduk penerangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat maupun personel satuan jajaran Kodam II.
Apa upaya peningkatan citra Kodam II Sriwijaya?
Terkait tugas pokok Pendam, saya bertekad meningkatkan citra kodam dengan membangun komunikasi dan kerja sama dengan insan media. Saya juga bersedia dikonfirmasi oleh awak media terkait pemberitaan. Dari pemberitaan itu, nanti akan saya tindak lanjuti dengan koordinasi dengan kesatuan terkait, sehingga informasi yang diterima insan pers betul-betul valid. Perlu disadari, jabatan merupakan amanah yang tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan satuan, tetapi juga harus dipertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karenanya, amanah jabatan yang disampaikan Pangdam saat Sertijab akan saya jalankan sebaik mungkin.
Sedikit masalah pribadi, Anda bisa menjadi anggota TNI memang cita-cita?
Sebenarnya bukan cita-cita, namun keinginan tersebut tumbuh saat SMA. Keluarga saya pun tak ada yang TNI, bahkan ibu saya merupakan PNS Golongan II di kejaksaan dan ayah saya seorang penjahit. Saya termotivasi dengan banyaknya teman-teman yang mendaftar dan saya pun berminat. Kemudian mengikuti tes AKMIL, padahal saat itu saya dapat PMDK di Institut Pertanian Bogor (IPB). Alhamdulillah saya bisa lolos ke AKMIL tahun 1991 dan lulus 1994. Saat itu, 3 tahun menempuh pendidikan, dan ada setahun untuk kecabangan saya mendapat pangkat Letda Arhanud saat itu.
Bagaimana perjalanan karir dan jabatan?
Pertama tugas di Jakarta saat itu menjadi Pama Yonarhanudse- 10 pada Tahun 1995. Dimana pun ditugaskan, tentu saja menjadi pengalaman berharga. Kemudian, saya juga menjalani sekolah lanjut perwira Arhanud di Malang ke pangkat Mayor. Adapun, saya sempat ditugaskan di berbawai wilayah di Sumatera diantaranya Aceh dan Sumatera Utara, dan sebelumnya di wilayah Jawa.
Sampai-sampai, raport anak saya di SD bisa sampai enam raport karena kerap dipindahtugaskan. Anak saya saat SD pernah di Jawa, Aceh, Sumut, Jabar dan Jatim, karena saya selalu membawa keluarga saat pindah tugas. Nah, sejumlah pengalaman menarik juga saya dapatkan saat menjabat Danyon Arhanud di Binjai, kemudian dari Danyon menjadi Dandim Deli Serdang. Saat itu memang sedang sibuksibuknya saat pembangunan Bandara Kualanamu.
Oh ya, bagaimana rasanya saat ditugaskan di Aceh?
Benar, penempatan di Aceh banyak memberikan hikmah. Saya diajarkan bagaimana harus bersyukur. Karena, jika biasanya ditugaskan di tengah kota namun saat di Aceh memiliki karakter sedikit berbeda. Secara umum, Aceh sempat menjadi daerah konflik dan membangun pascatsunami. Saya sangat bersyukur karena banyak pengalaman yang saya peroleh.
Dari sisi tugas, saya ditempa bagaimana memimpin satuan-satuan yang terpisah di tengah hutan. Selama ini kan, biasanya di kota melihat gedung bertingkat, mal, dan mudah berkordinasi. Selain itu saat di Aceh, kita terdorong rajin ke masjid karena di sana begitu banyak masjid, jadi kita terbiasa salat di masjid. Apalagi, didikan orang tua dari kecil agar tak melupakan ibadah, karena lingkungan keluarga saya keras dalam hal pendidikan agama.
Bicara kepemimpinan, tentu tidak semua orang dapat menjadi pemimpin yang diterima banyak pihak. Pendapat Anda?
Perihal kepemimpinan, maka seorang prajurit harus menjadi agent of change. Seorang pemimpin itu dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Seorang komandan atau kepala itu harus bisa menjadi contoh dan panutan bagi bawahannya. Dari sisi disiplin prajurit, jika ingin memerintahkan prajurit untuk disiplin, komandan harus disiplin duluan. Dengan begitu, seorang prajurit akan tergerak hatinya untuk disiplin tanpa dengan perintah. Bagaimana kita ingin mengajak disiplin kalau kita sendiri tidak disiplin, memang anggota akan mengikuti perintah itu, tapi bukan kesadaran sendiri.
Berbagi pengalaman saat Anda menjadi Danyon Arhanudse 11/BS bagaimana?
Pengalaman saat menjadi Danyon Arhanudse memang dihadapkan pada situasi posisi yang terpisah-pisah. Makanya, saya didorong agar pintar membina anggota. Saya secara intens berkeliling ke tempat anggota, bahkan kadang dari satu tempat ke tempat lain memakan waktu sampai 1,5 jam.
Selain itu, saya turun bertemu para anggota dan juga sebulan sekali mereka juga datang ke markas Batalyon. Situasi di Sumatera agak berbeda dengan di Jawa yang berada di perkotaan. Ditambah, pada Batalyon itu hampir beranggotakan 600 an orang lebih. Ibarat kata, seperti memegang geranat yang sudah dibuka penutupnya. Sehingga “pertaruhannya” kuat. Karena jika anggota salah maka kita yang bertanggung jawab dan bisa saja kita dicopot.
Untuk itu, pengalaman memimpin Batalyon tersebut, sebagai pemimpin saya terjun lapangan dan intens face to face dengan anggota. Bagaimana pun juga, kita harus membuktikan sebagai seorang leaderatau Danyon kepada para anggota yang masih remaja-remaja. Makanya, yang saya tanamkan harus bisa menjadi contoh. Seperti dalam sebuah hadits, sebaik-baik iman manusia adalah, bagaimana dia bermanfaat bagi manusia lainnya.
Misalkan kita menyuruh anggota bangun pagi, ke masjid, lari siang dan lainnya, maka kita pun harus bisa menjadi contoh. Jadi saat diberikan kesempatan memimpin maka harus bisa memberikan manfaat untuk orang yang kita pimpin. Termasuk menjaga silaturahmi dan persaudaraan. Karena, dimana pun saya bertugas, saya selalu mendapat saudara baru. Dengan rekanrekan pers pun saya siap 24 jam yang penting saat handphone battery-nya gak mati, saya siap dihubungi.
Apa makna keluarga bagi Anda?
Bagi saya, memanfaatkan waktu dengan keluarga itu wajib. Apalagi kalau libur weekend,saya biasanya jalan-jalan sama istri dan anak-anak. Karena kita bekerja ini kan untuk keluarga. Makanya setiap pindah tugas saya selalu membawa keluarga, kecuali sekarang anak saya kelas 3 SMP biar tamatkan terlebih dahulu. Untuk hobi sendiri, apakah Anda menyukai seni dan olahraga? Saya suka berolahraga.
Diantaranya renang, lari, bola kaki, tennis, badminton. Saya juga lumayan suka membaca biografi para tokoh. Yang penting lagi, olahraga memang menjadi gaya hidup bahkan kebutuhan bagi saya. Disatu sisi untuk menjaga stamina dan kesehatan, yang tentu saja dapat menunjang kinerja. Bahkan, seperti saya kan masih akan banyak melalui berbagai tes dalam hal karir dan kepangkatan. Makanya saya biasakan diri untuk lari dan renang biasa tiga kali seminggu.
Kita pun ada uji kompetensi jika akan naik pangkat atau menempati jabatan. Makanya tes fisik, akademik, sikap dan kepribadian prajurit harus terukur. Saat akan menjadi Dandim tes renang 50 meter dengan menggunakan helm, senjata, dan PDH.
(ars)