Seribuan Orang Mengungsi

Sabtu, 20 Desember 2014 - 12:39 WIB
Seribuan Orang Mengungsi
Seribuan Orang Mengungsi
A A A
MEDAN - Sebanyak seribu lebih warga dari enam lingkungan di Jalan Rawe V Kelurahan Tangkahan, Medan Labuhan, terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam banjir hingga 1 meter, kemarin.

Warga yang mengungsi ditampung di lima posko pengungsian, termasuk di masjid, gereja, sekolah, dan rumah kerabatnya. Menurut informasi, selain curah hujan tinggi, banjir disebabkan ukuran drainase kecil dan tidak berfungsi serta limbah industri dari Kawasan Industri Medan (KIM) ikut menambah genangan air.

Sekretaris Kecamatan Medan Labuhan, Indra Utama mengungkapkan, drainase yang kecil dan tumpat di kawasan itu tak mampu menampung air hujan deras yang turun pada Kamis (18/12) sekitar pukul 21.00 WIB itu. Air terlihat jorok dan hitam diduga beberapa industri di KIM membuang air limbah sehingga air semakin besar.

“Ratusan KK sudah mengungsi lantaran rumahnya terkena banjir. Tadi malam (18/12), genangan air sampai sedada orang dewasa. Kalausiangini(kemarin) mulai surut hingga sepinggang orang dewasa,” katanya kepada KORAN SINDO MEDAN di lokasi banjir, kemarin.

Menurut dia, baru kali ini banjir besar terjadi di Kecamatan Martubung. Meski terjadi banjir, biasanya hanya kecil. Jika hujan deras kembali turun, banjir akan semakin parah. Indra berharap dua hari ke depan, hujan tidak turun dengan volume air besar agar banjir surut dan warga kembali beraktivitas seperti biasa.

Berdasarkan pantauan KORAN SINDO MEDAN , tidak sedikit warga yang bertahan di rumahnya walaupun tergenang air hingga 1 meter. Ini dilakukan untuk menjaga harta bendanya. Saat ini bantuan logistik yang datang ke posko pengungsian, seperti makan siang, tikar, dan selimut, masih minim.

Sejumlah warga mengaku di posko tempat mereka mengungsi mengalami krisis makanan, minuman, dan obat-obatan. Ningsih, 27, warga Jalan Rawe V Lingkungan VI, Ningsi, 27, menuturkan, sejak mengungsi ke SD Negeri 067692, Kelurahan Tangkahan, hanya mendapatkan mi dari tetangga yang kasihan melihat kondisinya.

Perempuan yang baru dua pekan melahirkan anak ketiganya itu sangat membutuhkan obat-obatan dan makanan. Sebab sang suami, Ivan, 35, yang berdagang balon, sedang sakit. Sementara barang-barang di rumah kontrakannya terendam banjir.

“Saya sangat mengharapkan bantuan pemerintah dalam kondisi seperti ini. Obat untuk anak-anak saya, popok bayi saya yang baru lahir. Selain itu, juga butuh makan karena kami kebingungan mau makan apa sekarang. Anak saya sangat membutuhkan susu, sementara suami tidak kerja,” katanya sambil meneteskan air mata.

Sulastri, 62, warga Jalan Rawe V Lingkungan 7, mengatakan, banjir setinggi ini baru pertama kali terjadi sejak beberapa tahun belakangan. Menurut dia, warga sekitar mengeluhkan limbah dari KIM yang membuat air menggenangi rumah mereka berwarna hitam dan berminyak. “Kondisi kami sudah mengalami gatal-gatal,” katanya.

Sementara itu, beberapa sekolah yang terkena banjir terpaksa meliburkan siswanya karena dijadikan lokasi penampungan. “Tidak mungkinlah kami sekolah, kami kan sedang banjir,” kata Fanny Nurhayati, siswa kelas 6 SD Negeri 067692.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Medan, Hanalore Simanjuntak mengatakan, korban banjir di Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan, dan Kelurahan Mabar Hilir, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli, sebanyak 5.425 jiwa.

BPBD bekerja sama dengan kepala lingkungan, kelurahan, dan kecamatan mengevakuasi warga dan mendistribusikan bantuan logistik, membuat posko. Selain itui, mengadakan pengobatan bekerja sama dengan puskesmas terkait.

Kepala Bidang Drainase Dinas Bina Marga Kota Medan Yusdartono mengungkapkan, banjir di kawasan Martubung akibat sistem pembuangan air tidak maksimal. Air pembuangan tidak langsung ke sungai atau laut, tapi paluh atau paya. Akibatnya, kondisi paya tergantung kondisi air laut, apabila sedang pasang, maka air akan tinggi dan begitu juga sebaliknya.

Bila kondisi sedang pasang ditambah air hujan, akan meluap. Jika sedang surut, air yang dialirkan bisa ditampung. “Ini akibat sistem pembuangannya tidak langsung ke laut, tapi paya. Jadi, dia tergantung kondisi air laut,” katanya.

Selain itu, waduk yang ada di Perumnas Martubung tidak dikelola baik oleh pihak Perumnas. Waduk ini tidak diserahkan ke Pemerintah Kota (Pemko) Medan, hanya jalan yang diusulkan. Apabila waduk atau penampungan air tersebut dikelola dengan maksimal, maka kondisi air bisa dikendalikan dengan mudah.

Beberapa waktu lalu, mereka pernah mengusulkan pembuatan parit besar di sekitar kolam penampungan air, tapi tidak dilaksanakan. Padahal mereka sudah membuat parit-parit kecil di sekitar untuk pendukung.

Sementara parit besar yang ada di sekitar kawasan itu lebih tinggi daripada badan jalan sehingga air tergenang. “Sungai di kawasan Labuhan juga ditembok, seperti di Simpang Kantor. Sebab kalau dibuka air sungai akan meluap ke permukiman,” katanya.

Dinas Bina Marga Kota Medan telah mengusulkan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) membantu menyelesaikan masalah ini karena mereka tidak memiliki anggaran. Namun hingga kini, belum juga ada jawaban.

Kadis PU Bina Marga Medan Khairul Syahnan mengatakan, untuk mengatasi banjir di kawasan Medan Utara harus dibangun waduk seluas 3 hektare. “Nanti akan kami usulkan pembangunan waduknya ke Kementerian PU. Kalau dari anggaran kami, tidak mencukupi. Tapi, untuk pembebasan lahannya bisa dari anggaran pemko,” katanya.

Menurut dia, selain di Martubung, banjir di Jalan KL Yos Sudarso terjadi karena pintu air di dekat pabrik Gunung Gahapi ditutup. Setelah mereka membuka pintu air itu, air mulai surut. Wali Kota Medan Dzulmi Eldin mengatakan, sudah menyampaikan surat permohonan kepada Balai Wilayah Sungai (BWS) untuk pengerukan Sungai Deli yang kian dangkal. “Kami berharap sebelum tahun ini berakhir, proses pengerukan sudah dilakukan instansi tersebut,” ujarnya.

Potensi Banjir Hingga Akhir Desember

Berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I Sumut, potensi banjir di perkotaan masih mungkin terjadi hingga akhir Desember. Meskipun curah hujan tidak setinggi November, tapi potensi intensitas hujan cukup tinggi.

“Tiga hari belakangan ini curah hujan di wilayah Sumut tinggi. Ini karena adanya gangguan cuaca di sekitar Samudra Hindia. Akibatnya, terjadi cuaca seperti di Medan ini. Tapi pada dasarnya, bulan ini memang masih periode musim hujan,” kata staf pelayanan Jasa BMKG Sumut, Kristin kepada KORAN SINDO MEDAN , kemarin.

Dengan intensitas hujan tinggi, potensi terjadi banjir di perkotaan, terutama di pinggiran sungai juga tinggi. Karena selain mendapat kiriman dari pegunungan, air sungai juga meluap akibat hujan turun terus menerus.

“Sebenarnya, musim hujan di wilayah Sumut sudah terjadi sejak Agustus lalu, namun intensitas dan curah hujan meningkat pada akhir tahun. Bahkan, Desember ini merupakan puncak hujan hingga awal Januari 2015,” katanya.

Sementara tanah yang daya serapnya lebih kecil akan berpotensi terjadi longsor. Musim hujan akan disertai angin dan petir, tapi kecepatan anginnya tidak sebesar pada November 2014. BMKG Wilayah Sumut mengimbau masyarakat mewaspadai potensi alam yang akan terjadi.

Ratusan Rumah di Deliserdang Terendam

Banjir juga merendam ratusan rumah di lima dusun di Desa Sugiharjo, Kecamatan Batangkuis, Deliserdang, kemarin. Lima desa di Kecamatan Percut Sei Tuan dan satu desa di Kecamatan Labuhan Deli, juga ikut terendam banjir hingga setinggi 80-100 cm.

Meski tidak ada korban jiwa dalam musibah itu, tapi sebagian warga terpaksa mengungsi karena khawatir banjir kiriman terjadi lagi. Banjir melumpuhkan seluruh aktivitas sebagian warga. Namun, data kecamatan dengan Dinas Sosial Pemkab Deliserdang tidak sinkron.

“Kalau dari laporan Camat Batangkuis, tidak ada banjir yang berdampak besar, maka hanya Kecamatan Percut Sei Tuan dengan Kecamatan Labuhan Deli yang terdata sama kami,” kata Kepala Bidang Pelayanan Sosial Dinas Sosial Pemkab Deliserdang Darwin Surbakti saat dikonfirmasi KORAN SINDO MEDAN, kemarin.

Dari data yang dihimpun Dinas Sosial, untuk di Kecamatan Percut Sei Tuan ada 60 rumah di Desa Sentis, 50 rumah di Desa Cinta Rakyat, 30 rumah di Desa Percut Sei Tuan, 150 rumah di Desa Sampali, dan 72 rumah di Desa Tanjung Selamat.

Sementara untuk di Kecamatan Labuhan Deli ada 300 rumah di Desa Pematang Johar. “Tinggi airnya ini bervariasi antara 80-100 sentimeter. Banjirnya ini memang meluap dari Sungai Kera yang membatasi Desa Pematang Johar dengan Desa Sampali,” ujarnya.

Dinas Sosial langsung mengevakuasi warga sekaligus memberikan bantuan sandang dan pangan.

Irwan Siregar/Eko Agustyo fb/ Reza Shahab/ Lia Anggia Nasution/ M Andi Yusri
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4244 seconds (0.1#10.140)
pixels