Longsor Susulan di Mana-Mana

Rabu, 17 Desember 2014 - 12:41 WIB
Longsor Susulan di Mana-Mana
Longsor Susulan di Mana-Mana
A A A
BANJARNEGARA - Rentetan longsor susulan terjadi di sejumlah titik di Banjarnegara, kemarin. Kondisi tanah yang labil serta hujan deras membuat tanah kembali retak dan bergerak di Kecamatan Karangkobar, Kalibening dan Punggelan.

Longsor terjadi di Dusun Gintung, Kecamatan Karangkobar, yang dihuni 30 kepala keluarga (KK); di Desa Krakal, Karangkobar, dihuni 8 KK; di Desa Kertosari, Kecamatan Kalibening, dihuni 120 KK; dan di Dusun Sripat, Kecamatan Punggelan, dihuni 180 KK.

Beruntung tak ada korban karena warga yang tinggal di kawasan tersebut sudah mengungsi. Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno menyatakan, masyarakat yang ada di lokasi-lokasi longsor tersebut memang sudah diungsikan. “Memang tinggal di Banjarnegara itu harus siap-siap dengan risiko bencana longsor,” ujarnya.

Posko bencana longsor Banjarnegara mengimbau kepada warga agar tidak mendekati lokasi longsoran. Saat ini ancaman retakan tanah meningkat sehingga sangat berbahaya. Selain itu, masyarakat diminta waspada saat turun hujan. Jika terasa ada getaran tanah, diminta segera mengungsi.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, curah hujan diperkirakan akan meningkat hingga Januari nanti. “Karena itu, kami terus mengimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada,” katanya.

Kasubdit Mitigasi Bencana Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana dan Kegunungapian (PVMBG), Kristiyanto mengatakan, banyak pemicu bencana longsor di Dusub Jemblung. “Ada gerakan tanah karena pelapukan yang mudah. Mudahnya pelapukan ini karena air. Kita lihat penataan drainase kurang baik. Tidak diplester, sehingga air yang mengalir merembet ke manamana. Ini yang bisa mempercepat pelapukan tanah,” katanya.

Selain itu, kata dia, kawasan Dusun Jemblung berada di lereng dengan kemiringan 40-60 derajat. “Juga dipicu curah hujan. Informasi dari BMKG ini masih awal musim hujan. Jadi belum puncaknya,” ujarnya.

Diakuinya, kawasan Banjarnegara rentan terjadi bencana longsor. Atas dasar itu, masyarakat diminta bisa menjaga kelestarian alam. “Menanam pohon-pohon yang memiliki daya ikat kuat terhadap tanah. Tidak potong pohon secara sembarangan, juga tidak melakukan alih fungsi lahan,” katanya.

Kolam di Puncak Belum Tertangani

Sementara itu, kolam seluas sekitar 30 meter persegi berisi air sedalam 1 meter di sisi timur puncak mahkota longsor di Dusun Jemblung belum bisa tertangani. Pada satu sisi, kondisi cuaca mulai tidak bersahabat. Hadi Supeno menjelaskan, sedianya kemarin sudah disiapkan pipa-pipa kecil untuk membuang air dari kolam tersebut.

“Namun cuaca tidak bersahabat. Karena turun hujan, maka belum bisa dilakukan. Semoga secepatnya bisa dilakukan agar penanganan musibah Jemblung ini juga berjalan cepat dan aman,” ujarnya. Kemarin, hujan mulai mengguyur lokasi bencana. Intensitas hujan meningkat mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 19.30 WIB tadi malam. “Tentu tidak bisa kami paksakan. Karena sangat berbahaya dalam kondisi seperti itu (hujan),” katanya.

Hujan deras tadi malam juga sempat membuat adanya informasi air di kolam itu meluap dan membawa material longsoran. Namun, Hadi Supeno mengatakan, hal itu tidak terjadi. “Namun kalau jalan utama yang saat ini timbunan tanahnya sudah bisa disingkirkan, masih bahaya. Karena masih ada sisa-sisa tanah yang rawan turun ke bawah,” ucapnya.

Hingga saat ini, kata dia, kebutuhan dasar pengungsi tercukupi. Kebutuhan mendesak adalah permakanan, pakaian, pakaian anak, susu anak-anak, selimut, obat-obatan, dan sanitasi. “Untuk kerugian dan kerusakan akibat longsor masih dihitung. Rencana relokasi masih disiapkan. Sedang dicarikan lahan yang aman dan lokasinya tidak jauh dari desa asal,” katanya.

Kepala Kantor SAR Semarang Agus Haryanto mengatakan alat berat belum bisa diturunkan dalam proses evakuasi ini. Sebab kondisi timbunan tanah masih sangat rawan. “Kondisi tanah masih gembur dan rawan longsor,” ujarnya.

Ketua DPRD Banjarnegara Syaeful Muzad mendorong semua masyarakat di daerah ini mengenali bencana. “Sehingga semua tahu akan ancaman bencana dan antisipasinya,” katanya. Terkait penanganan para korban bencana di Jemblung, kata dia, semua pihak perlu duduk bersama. “Masukan dari pusat, provinsi, hingga masyarakat ditampung semua. Kemudian dicari solusi terbaik,” katanya.

7 Warga Cirebon Jadi Korban

Sedikitnya tujuh warga Desa Kaligawe dan Desa Susukantonggoh, Kecamatan Susukanlebak, Kabupaten Cirebon, menjadi korban tanah longsor Banjarnegara. Empat orang dari jumlah tersebut berhasil ditemukan, sedangkan tiga lainnya masih dinyatakan hilang.

Berdasarkan informasi, ketujuh warga Kabupaten Cirebon itu masing-masing dua warga Desa Susukantonggoh, yakni Mamat Muhamad, 45, dan Katmo, 45, serta lima warga Desa Kaligawe, yakni Carma, 64, Darti, 59, Yatno, 29,Lina, 25, dan Syilfa, 4. Mereka berangkat ke Banjarnegara pada Jumat (12/12) pagi, menggunakan travel.

Kirim Tenaga Konseling

Sementara itu, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) akan mengirimkan tenaga konseling atau konselor ke daerah yang menjadi lokasi bencana tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara. Pengiriman konselor ke lokasi bencana dimaksudkan untuk memulihkan kondisi psikologis warga yang menjadi korban.

“Kami segera mengirim relawan ke sana. Para korban luka maupun yang kehilangan sanak saudara akibat tanah longsor sangat membutuhkan pemulihan kondisi psikologis atau kejiwaan mereka. Masyarakat di kawasan tersebut membutuhkan pendampingan untuk mengembalikan kepercayaan diri dan semangat hidup seusai syok dan trauma akibat bencana yang menimpa,” ujar Ketua Pengurus Besar Abkin Mungin Eddy Wibowo di Semarang, kemarin.

Prahayuda Febrianto/ Eka Setiawan/Muh Slamet/ Susilo Himawan/Erika Lia
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1096 seconds (0.1#10.140)