Siswa SD di Bantul Dikeroyok saat Jam Belajar
A
A
A
BANTUL - S, siswa kelas V SD 2 Sanden, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, menjadi korban pengeroyokan rekan-rekan sekelasnya. Setidaknya, ada 13 siswa yang melakukan pengeroyokan, sehingga S mengalami trauma dan luka lebam di beberapa bagian tubuhnya.
Berdasarkan penuturan Ketua Komisi D DPRD Bantul Enggar Suryo Jatmiko, pihaknya hari Senin (15/12/2014) ini menerima laporan dari pihak orangtua korban, Gito. Miko, panggilan akrabnya, sembari menirukan pernyataan Gito mengatakan, kejadian tersebut berlangsung pada hari Selasa (9/12/2014) kira-kira pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.30 WIB.
Saat itu, Wali Kelas V Sri Purwiyati sedang mengajar Matematika. "Persoalannya sepele, itu gara-gara (pelaku pengeroyokan Y) tidak dibukakan game online saat ada di rumah," ungkap Miko saat melakukan inspeksi mendadak di SD 2 Sanden, Selasa (16/12/2014).
Miko mengungkapkan, pengeroyokan tersebut sudah dilaporkan ke pihak berwajib dan sudah direkonstruksi. Dari hasil rekonstruksi tersebut, diketahui pengeroyokan tersebut atas perintah Y, siswa kelas V yang memiliki postur badan lebih besar dibanding siswa lain.
Pengeroyokan tidak hanya sekali ketika jam belajar berlangsung, tetapi juga ketika jam istirahat pertama.
Ia sangat menyesalkan insiden pengeroyokan tersebut terjadi di dalam kelas saat belajar mengajar berlangsung. Guru yang seharusnya melakukan pengawasan tidak berperan maksimal, sehingga aksi pemukulan tersebut berlangsung. Ia juga menyesalkan pihak sekolah terutama kepala sekolah yang menganggap persoalan tersebut hal sepele.
"Bayangkan, pemukulannya mencapai 30 kali lebih. Korban kan bisa trauma," ujarnya.
Komisi D DPRD Bantul merekomendasikan kepada Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Bantul untuk menindak tegas kepala sekolah dan oknum guru yang lalai. Karena, fungsi pengawasan dari kedua orang tersebut tidak berjalan secara maksimal.
Ia juga memerintahkan agar sekolah melakukan rehabilitasi mental korban yang kini mengalami trauma meskipun sudah kembali belajar di sekolah seperti biasanya.
Wali Kelas V SD 2 Sanden Sri Purwiyati mengaku tidak mengetahui aksi pemukulan dan pengeroyokan tersebut. Ia mengakui, ketika jam belajar berlangsung, ada sejumlah siswa yang ramai di dalam kelas dan sempat meninggalkan tempat duduk. Namun ketika ia bertanya kepada seluruh siswa, jawaban siswa tidak ada apa-apa.
"Saya itu tidak tahu ada aksi pemukulan, apalagi ketika jam istirahat," katanya sambil menangis.
Berdasarkan penuturan Ketua Komisi D DPRD Bantul Enggar Suryo Jatmiko, pihaknya hari Senin (15/12/2014) ini menerima laporan dari pihak orangtua korban, Gito. Miko, panggilan akrabnya, sembari menirukan pernyataan Gito mengatakan, kejadian tersebut berlangsung pada hari Selasa (9/12/2014) kira-kira pukul 07.00 sampai dengan pukul 09.30 WIB.
Saat itu, Wali Kelas V Sri Purwiyati sedang mengajar Matematika. "Persoalannya sepele, itu gara-gara (pelaku pengeroyokan Y) tidak dibukakan game online saat ada di rumah," ungkap Miko saat melakukan inspeksi mendadak di SD 2 Sanden, Selasa (16/12/2014).
Miko mengungkapkan, pengeroyokan tersebut sudah dilaporkan ke pihak berwajib dan sudah direkonstruksi. Dari hasil rekonstruksi tersebut, diketahui pengeroyokan tersebut atas perintah Y, siswa kelas V yang memiliki postur badan lebih besar dibanding siswa lain.
Pengeroyokan tidak hanya sekali ketika jam belajar berlangsung, tetapi juga ketika jam istirahat pertama.
Ia sangat menyesalkan insiden pengeroyokan tersebut terjadi di dalam kelas saat belajar mengajar berlangsung. Guru yang seharusnya melakukan pengawasan tidak berperan maksimal, sehingga aksi pemukulan tersebut berlangsung. Ia juga menyesalkan pihak sekolah terutama kepala sekolah yang menganggap persoalan tersebut hal sepele.
"Bayangkan, pemukulannya mencapai 30 kali lebih. Korban kan bisa trauma," ujarnya.
Komisi D DPRD Bantul merekomendasikan kepada Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas) Bantul untuk menindak tegas kepala sekolah dan oknum guru yang lalai. Karena, fungsi pengawasan dari kedua orang tersebut tidak berjalan secara maksimal.
Ia juga memerintahkan agar sekolah melakukan rehabilitasi mental korban yang kini mengalami trauma meskipun sudah kembali belajar di sekolah seperti biasanya.
Wali Kelas V SD 2 Sanden Sri Purwiyati mengaku tidak mengetahui aksi pemukulan dan pengeroyokan tersebut. Ia mengakui, ketika jam belajar berlangsung, ada sejumlah siswa yang ramai di dalam kelas dan sempat meninggalkan tempat duduk. Namun ketika ia bertanya kepada seluruh siswa, jawaban siswa tidak ada apa-apa.
"Saya itu tidak tahu ada aksi pemukulan, apalagi ketika jam istirahat," katanya sambil menangis.
(zik)