Muncul Kolam Air di Puncak Longsor

Selasa, 16 Desember 2014 - 13:07 WIB
Muncul Kolam Air di...
Muncul Kolam Air di Puncak Longsor
A A A
BANJARNEGARA - Sebuah kolam berukuran 30 meter persegi yang penuh berisi air dengan kedalaman 1 meter, terbentuk di sisi timur puncak longsor yang terjadi di Dusun Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara. Kondisi ini mengkhawatirkan, meng ingat tanah di sekitarnya labil.

Keberadaan kolam tersebut dapat memicu longsoran lebih besar dari sebelumnya. Sebab jika sampai terjadi longsor lagi, material tanah yang saat ini menimbun permukiman warga, masih bisa terbawa lagi. “Ini adalah kesimpulan sementara dari tim gerakan tanah yang kami minta untuk melakukan kajian tanah di sekitar kawasan longsor,” ujar Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, kemarin.

Saat ini, kata dia, sedang disusun upaya menghilangkan air di kolam tersebut. Namun, langkah itu butuh kehati-hatian. Sebab kondisi tanah di lokasi longsor juga masih sangat berbahaya. “Jangan sampai ada korban lagi,” ujarnya. Hasil penelitian, ujar dia, juga menemukan ada gerakan tanah cukup signifikan di sisi barat.

Pada Sabtu (13/12) lalu, gerakan tanah yang terjadi di lokasi itu mengakibatkan rekahan dengan kedalaman 75 cm. “Namun hari ini (kemarin), kedalaman rekahan sudah mencapai 1,5 m. Padahal tidak terjadi hujan yang deras sejak Sabtu lalu itu,” katanya.

Jika terus terjadi hujan deras, kata dia, rekahan itu bisa terus terdorong ke bawah. Rekahan itu mengarah ke Dusun Krakal, Desa Slatri. “Rekomendasi kami agar warga terus waspada, baik pada saat hujan maupun setelah hujan,” katanya. Menurutnya, saat musim hujan turun yang diperlukan adalah prinsip kehati-hatian. Sebab 70% wilayah Kabupaten Ban jarnegara rawan longsor.

“Memang kondisi geografis Banjarnegara rawan longsor. Jadi kami terus lakukan sosialisasi bahaya tanah longsor dengan erly warning system dan gempa. Kami juga minta warga tidak mendirikan bangunan dengan bahan berat. Jadi kembali ke kayu,” ucapnya. Terkait relokasi warga, Hadi mengatakan, pihaknya masih merapatkan dengan jajarannya. Sebab topografi Banjarnegara hampir seluruhnya dalam zona rawan longsor.

“Warga juga tidak mungkin mau kalau dipindah ke wilayah yang jauh dari kebun mereka. Sebab peng hidupan sebagian besar warga korban adalah bercocok tanam,” katanya. Langkah sementara, jelas dia, adalah penyiapan hunian sementara (huntara). Sebab tidak mungkin warga terus tinggal di lokasi pengungsian. “Kami juga berharap bantuan yang datang tidak hanya bahan pangan. Namun juga bisa ber partisipasi berupa bahan material untuk persiapan huntara itu,” ujarnya.

Kemarin, ucap dia, 494 warga Dusun Pagerpelah yang sempat mengungsi sudah pulang. Menurutnya, warga Pagerpelah itu harus diungsikan karena sesaat setelah kejadian, timbunan tanah menutup aliran sungai. “Saat itu, ada kemung - kinan timbunan tanah itu bisa terbawa aliran sungai sehingga bisa sampai di dusun tersebut. Namun saat ini aliran sungai sudah bisa terbuka sehingga dirasa aman,” katanya.

Kasubdit Mitigasi Bencana Pusat Vulkanologi Mitigasi Ben cana dan Kegunungapian (PVMBG) Kristiyanto mengatakan, pembuangan air di kolam itu tidak boleh sembarangan. “Kemungkinan akan kami gunakan pipa-pipa kecil sehingga air tidak terbuang secara langsung,” ujarnya.

Dia mengakui, aktivitas evakuasi bisa memberikan efek pada kondisi tanah yang tidak stabil. “Termasuk misalnya, banyaknya warga berkumpul. Jadi kami harapkan kawasan lokasi bisa di-close (tutup), kecuali bagi mereka yang melakukan evakuasi,” ujarnya.

Seperti diberitakan, sejak kejadian itu, ribuan warga yang bukan relawan terus berbondong- bondong ingin menyaksikan lokasi bencana longsor. Meski telah dilakukan penjagaan di sejumlah jalur menuju lokasi, warga nekat menerobos perkebunan. Kondisi itu juga mengganggu proses evakuasi, mengingat setelah bisa sampai lokasi, warga berjalan kaki pulang melalui jalur utama evakuasi.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI FHB Soelistiyo memaparkan, hasil pantauan udara sejumlah wilayah di Banjarnegara mulai terkelupas. “Dari pantauan uda ra yang kami lakukan tadi ternyata benar apa yang dika takan para pejabat sebelumnya, bahwa Banjarnegara berpotensi longsor. Banyak tanah yang sudah terkelupas dan timbul retakanretakan,” katanya.

Diungkapkannya, di sekitar tanah yang retak tersebut masih banyak permukiman penduduk. “Ada yang permukimannya di atas retakan, ada yang di bawah retakan,” ucapnya. Pihaknya berharap ke depan ada langkah dari pemkab setempat mengantisipasi timbulnya banyak korban.

“Selain itu, sejumlah bencana yang terjadi tersebut bisa digunakan sebagai evaluasi seluruh instansi dan jajaran untuk membentuk SOP lintas sektoral,” katanya.

Eka Setiawan/ Prahayuda Febrianto/ Muh Slamet
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1336 seconds (0.1#10.140)