Ciptakan Satu Juta Wirausaha Baru

Senin, 15 Desember 2014 - 13:12 WIB
Ciptakan Satu Juta Wirausaha Baru
Ciptakan Satu Juta Wirausaha Baru
A A A
BANDUNG - Workshop UMKM Oneintwenty Movement bertekad melahirkan sejuta wirausaha baru hingga 2020 mendatang.

Workshop yang digelar di Kota Bandung, Sabtu dan Minggu (14/12) kemarin dipadati peserta yang terdiri dari para pelaku UMKM dan mahasiswa. Workshop terbagi ke dalam empat kategori usaha yaitu jasa, informasi teknologi (IT), fashion, dan food and beverage.

Workshop menghadirkan pem bicara yang juga Founder Yayasan Pro Indonesia Budi dan Smart preneur Satria Isman serta Director Pro Indonesia, Tau fan Bahari Umbara. Program yang membeberkan masalah mendasar dalam usaha kecil dan menengah tersebut sekaligus menyiapkan solusi untuk masalah tersebut yang diharapkan merangsang mi nat masyarakat untuk berwirausaha lebih baik lagi.

“Pro gram ini diharapkan dapat menjadikan pengusaha mikro, kecil, dan menengah dan menjadikan mereka pengusaha naik kelas yang berkembang secara profesional,” ungkap Budi yang juga mantan CEO Sari Husada itu usai workshop di Kampus Unpad Dipatiukur, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, kemarin.

Menurut Budi, modal bukan kendala utama dalam mengembangkan atau memulai usaha, begitu pula pasar. Ke semua itu dapat terbuka lebar jika usaha yang dimiliki bagus dan punya bussines plan yang baik. “Sehingga usaha yang dibangun mempun yai arah yang jelas, tentu saja bila itu semua sudah siap maka banyak yang mau berinvestasi,” ucapnya.

Budi juga mengingatkan, pelaku usaha baru tidak boleh mengandalkan modal dari berutang, baik melalui perbankan atau sumber lain. Sebab, usaha yang dibangun belum memiliki landasan kuat. “Bila anda gagal, tidak hanya bisnis anda yang hancur, tapi juga anda akan terbelit kewajiban membayar utang. Sebaiknya anda gunakan modal sendiri, keluarga, atau teman,” jelasnya.

Sementara itu, Director Pro Indonesia Taufan Bahari Umbara menjelaskan faktor-faktor yang apa saja yang harus di perhatikan oleh para enterpreuner. Faktor pertama adalah kompetitor. Menurutnya, banyak bis nis yang mudah sekali di masuki kompetitor. Hal ini bisa ber pengaruh negatif atau positif. “Bisnis yang mudah dimasuki kompetitor akan tidak menarik,” katanya.

Kedua, mengetahui dan mengenal benar Lembaga Swadaya Ma syarakat (LSM) di daerah yang akan dituju untuk berusaha. Karena ada beberapa LSM yang memang bisa membuat bisnis yang dijalankan man dek atau justru berkembang. “Misalnya, berbisnis kafe atau tempat hiburan ma lam di Bandung, dulu bisnis ini harus tutup pukul 12.00 ma lam. Akhirnya, banyak kafe atau hiburan malam gulung tikar karena LSM di sana cukup ketat,” ujarnya.

Ketiga, mengetahui supplier. Supplier yang diajak kerja sama dapat memudahkan atau tidak. Ada beberapa bisnis yang suppliernya terbatas atau justru sebaliknya. Bila daerah tempat bisnis suppliernya melimpah akan memudahkan usaha, termasuk bagaimana melihat pesaing para supplier tersebut. “Namun, kalau daerah tersebut mudah dimasuki supplier, maka kurang bagus,” sebutnya. Keempat, terkait dengan konsumen yakni mengetahui perubahan perilaku konsumen.

“Kita harus aware di situ, harus mengetahui lingkungan di sekitar kita termasuk konsumen, kondisinya seperti apa,” imbuhnya. Terakhir, teknologi yang sangat berpengaruh terhadap usaha. Karena ada beberapa bisnis yang rentan dengan tek nologi.

CR-5
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6416 seconds (0.1#10.140)