Sediakan Ruang Pentas Gratisan demi Mengasah Jam Terbang
A
A
A
Band lokal Semarang yang beraliran pop cukup banyak. Misalnya, Nomina, DGrace, Vandhawa, Djavanic, Nevervall, Blue Sky, BTA, dan lainnya.
Mereka sebagian besar personelnya merupakan mahasiswa dan pelajar. Grup-grup musik ini sering bertemu dalam berbagai festival. Karena sering bertemu, mereka kemudian sepakat membentuk Komunitas Band Pop Semarang (KBPS) pada Juni 2014. Hadirnya komunitas ini diharapkan bisa menghidupkan band pop di Semarang yang kini terbilang agak terkikis dengan hadirnya band beraliran rock dan cadas.
Di Kota Lumpia ini band beraliran cadas seperti heavy metal , hardcore , dan black metal juga bejibun. Mereka juga sering tampil di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Adapun band beraliran pop kurang memiliki ruang untuk manggung. “Kami menyediakan ruang bagi band-band lokal bisa mengasah kemampuannya. Meski tidak dibayar, setidaknya bisa meningkatkan skill dan mengasah mental di panggung,” ungkap Penasihat KBPS Antonius Suparyadi, Sabtu (13/12).
Mereka yang tergabung dalam KBPS biasanya tampil di Indomaret Poin di Jalan Pandanaran Semarang. Secara berkala juga manggung di Wonderia. Karena band yang tergabung lebih dari 20, jadwalnya di atur secara bergiliran. Sebenarnya anggota komunitas ini mencapai ratusan, tapi yang aktif hanya di kisaran puluhan. Antonius menerangkan, saat ini band pop sangat jarang tampil di kafe-kafe.
Kalaupun masih ada, itu hanya ada satu dua kafe yang masih menggunakan jasa anak band. Ini karena memang eranya sudah berbeda dengan beberapa tahun lalu sehingga saat ini tidak banyak pengunjung kafe. “Kalau kafenya masih cukup banyak, tapi saat ini jarang diundang untuk mengisi. Kalaupun diminta manggung, itu pun tidak dibayar dan hanya diberi beberapa voucher gratis ketika ada konser seperti win-win solution,” ucap pria yang akrab disapa Cempe ini.
Meski tidak dibayar, hal itu cukup membantu. Karena anak band yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa, semisal latihan di studio harus membayar dengan cara urunan. Jika sudah ada hubungan baik dengan kafe, jika menggelar acara, tidak akan ditarik biaya sama sekali. “Kami juga sering bagi tiket gratis konser. Biasanya kami bagi di Nada Studio Pamularsih,” ucap pria berusia 29 tahun tersebut.
Komunitas ini secara berkala juga melakukan event edukatif yang dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan skill dalam bermain alat musik. Biasanya mengundang para pakar musik dan kerja sama dengan sekolah musik Purnomo. Harus diakui, dibandingkan dengan kota besar lain seperti Surabaya dan Bandung, bicara soal musik, Semarang masih jauh tertinggal.
Sejumlah band dari Kota Kembang dan Kota Pahlawan telah mampu menembus belantika musik di level nasional. Sementara dari Kota Lumpia hanya sedikit yang berhasil, di antaranya Power Slaves dan Blue Savana.
“Kenapa demikian, karena band-band di Semarang masih individual. Sebenarnya banyak potensi dari sisi teknik dan SDM di Semarang,” ucapnya. Salah satu musisi di Semarang Listya Hayu cukup mengapresiasi dengan hadirnya KBPS. Dia bisa berbagi ilmu dan sering mengadakan event bareng dengan komunitas tersebut. “Kalau ada event biasanya kami ajak KBPS untuk perform ,” katanya. ?
Arif Purniawan
Kota Semarang
Mereka sebagian besar personelnya merupakan mahasiswa dan pelajar. Grup-grup musik ini sering bertemu dalam berbagai festival. Karena sering bertemu, mereka kemudian sepakat membentuk Komunitas Band Pop Semarang (KBPS) pada Juni 2014. Hadirnya komunitas ini diharapkan bisa menghidupkan band pop di Semarang yang kini terbilang agak terkikis dengan hadirnya band beraliran rock dan cadas.
Di Kota Lumpia ini band beraliran cadas seperti heavy metal , hardcore , dan black metal juga bejibun. Mereka juga sering tampil di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS). Adapun band beraliran pop kurang memiliki ruang untuk manggung. “Kami menyediakan ruang bagi band-band lokal bisa mengasah kemampuannya. Meski tidak dibayar, setidaknya bisa meningkatkan skill dan mengasah mental di panggung,” ungkap Penasihat KBPS Antonius Suparyadi, Sabtu (13/12).
Mereka yang tergabung dalam KBPS biasanya tampil di Indomaret Poin di Jalan Pandanaran Semarang. Secara berkala juga manggung di Wonderia. Karena band yang tergabung lebih dari 20, jadwalnya di atur secara bergiliran. Sebenarnya anggota komunitas ini mencapai ratusan, tapi yang aktif hanya di kisaran puluhan. Antonius menerangkan, saat ini band pop sangat jarang tampil di kafe-kafe.
Kalaupun masih ada, itu hanya ada satu dua kafe yang masih menggunakan jasa anak band. Ini karena memang eranya sudah berbeda dengan beberapa tahun lalu sehingga saat ini tidak banyak pengunjung kafe. “Kalau kafenya masih cukup banyak, tapi saat ini jarang diundang untuk mengisi. Kalaupun diminta manggung, itu pun tidak dibayar dan hanya diberi beberapa voucher gratis ketika ada konser seperti win-win solution,” ucap pria yang akrab disapa Cempe ini.
Meski tidak dibayar, hal itu cukup membantu. Karena anak band yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa, semisal latihan di studio harus membayar dengan cara urunan. Jika sudah ada hubungan baik dengan kafe, jika menggelar acara, tidak akan ditarik biaya sama sekali. “Kami juga sering bagi tiket gratis konser. Biasanya kami bagi di Nada Studio Pamularsih,” ucap pria berusia 29 tahun tersebut.
Komunitas ini secara berkala juga melakukan event edukatif yang dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan skill dalam bermain alat musik. Biasanya mengundang para pakar musik dan kerja sama dengan sekolah musik Purnomo. Harus diakui, dibandingkan dengan kota besar lain seperti Surabaya dan Bandung, bicara soal musik, Semarang masih jauh tertinggal.
Sejumlah band dari Kota Kembang dan Kota Pahlawan telah mampu menembus belantika musik di level nasional. Sementara dari Kota Lumpia hanya sedikit yang berhasil, di antaranya Power Slaves dan Blue Savana.
“Kenapa demikian, karena band-band di Semarang masih individual. Sebenarnya banyak potensi dari sisi teknik dan SDM di Semarang,” ucapnya. Salah satu musisi di Semarang Listya Hayu cukup mengapresiasi dengan hadirnya KBPS. Dia bisa berbagi ilmu dan sering mengadakan event bareng dengan komunitas tersebut. “Kalau ada event biasanya kami ajak KBPS untuk perform ,” katanya. ?
Arif Purniawan
Kota Semarang
(ars)