Bawa Dagangan saat Reuni Teman Lama

Sabtu, 13 Desember 2014 - 12:07 WIB
Bawa Dagangan saat Reuni Teman Lama
Bawa Dagangan saat Reuni Teman Lama
A A A
SEMARANG - Latar belakang sebagai pengajar membuat Yulianti Astriningrum berpikir kreatif. Ide awal untuk menarik minat anak didik justru melahirkan niat menekuni wirausaha.

Di ruang tamu rumah di Jalan Mugas Barat VII No 20 terlihat wanita tengah menjahit flanel. Dialah Astri atau akrab disapa Ayik yang sedang mengejar orderan untuk akhir tahun ini. Tangan mungilnya terampil membentuk pola, menggunting hingga merangkai flanel menjadi bentuk yang indah.

Flanel adalah kain bertekstur lembut dengan warnawarni menarik. Bahan ini sangat aman dipegang oleh anak-anak. Ayik memulai usaha rumahan mulai pada 2011 karena menuruti permintaan teman membuat quiet book . Buku sederhana untuk mengenalkan benda-benda di sekitar kepada anak. “Tawaran dari teman mencetuskan ide untuk membuat pernak-pernik dari flanel,” ujar pemilik Ayik Corner mengawali pembicaraan belum lama ini.

Saat itu Ayik mesti membuat quiet book bergambar warna dan angka. Produk yang sudah jadi kemudian diunggah di FB hingga orderan terus mengalir. Pesanan quiet book mulai berdatangan seperti warna, huruf, angka, bentuk geometri. “Bentuk menarik dan warnawarni mampu menarik perhatian anak,” kata pengajar di Klub Merby tersebut.

Keterampilan tangannya semakin dikenal melalui beragam bentuk seperti hiasan lemari pendingin, tempat tisu, penutup galon, bros, gantungan kunci, dompet dan kosmetika. Peralatan yang digunakan biasa ditemui di rumah, seperti gunting besar dan kecil, benang, jarum, lem, lem tembak, gunting gerigi, dan pinset.

Dia menyiapkan modal sebesar Rp500.000 untuk membeli flanel dalam berbagai warna. Penjualan via online maupun membuka lapak langsung membuat kerajinan flanel ini semakin dikenal. “Saat ada reuni saya pasti membawa produk sehingga teman- teman lama tertarik membeli,” ucap Ayik.

Inspirasi bentuk bisa datang dari mana saja karena Ayik menggambar pola sendiri sesuai imajinasi. Pengalaman unik tak luput mengiringi perjalanan menekuni wirausaha ini. Beragam karakter pelanggan membuatnya ekstra sabar untuk menghadapi. “Ada satu pelanggan yang terpaksa ditolak pesanannya karena waktu mepet dan selalu memantau perkembangan setiap hari. Saya mengerjakan pesanan sesudah tugas sebagai guru selesai,” paparnya.

Meski demikian, Ayik lebih banyak mencicipi pengalaman menarik karena menerima orderan yang selalu berbeda. Kreativitasnya terus berkembang mengikuti selera pasar. Tren aksesori hijab pun tak luput dari sentuhan flanel. Aplikasi pita dari flanel dirangkai dengan manik-manik bisa menjadi hiasan jilbab.

Dia juga melebar mendesain kalung dengan material serupa. “Kalung model tumpuk digemari tahun ini dimodifikasi dengan pita-pita warna lembut di beberapa sisi,” katanya. Omzetnya terus meningkat dalam setiap bulan mencapai minimal Rp2 juta.

Menjelang hari raya orderan terus bertambah hingga dua kali lipat. Dia pun sudah memiliki asisten untuk membantu merampungkan pesanan. Keinginan mengembangkan usahanya menjadi impiannya saat ini.

Salah satu sudut rumahnya akan disulap menjadi galeri mini sekaligus membuka kursus singkat membuat keterampilan tangan. “Cara membuat produk dari flanel mudah sehingga saya ingin menularkan ke orang lain,” ujar Ayik.

Hendrati Hapsari
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4635 seconds (0.1#10.140)