Pelabuhan Patimban Sedot Biaya Rp100 Miliar
A
A
A
SUBANG - Memasuki akhir 2014, pembangunan Pelabuhan Laut Kelas III Subang di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanagara telah menyedot anggaran hingga Rp100 miliar.
Biaya sebesar ini digunakan untuk membangun trestel beton (jalur akses darat menuju der maga) sepanjang empat kilometer dengan lebar delapan meter, akses jalan masuk ke kompleks pelabuhan sepanjang empat kilometer dengan lebar 40 meter membentang dari jalur pantura hingga Desa Patimban, serta pembebasan lahan yang meliputi pengadaan tanah untuk akses jalan masuk dan areal perkantoran.
“Hingga kini, pemerintah sudah menginvestasikan biaya sebesar Rp100 miliar untuk membangun sejumlah fasilitas awal pendukung pelabuhan itu. Kami perkirakan, total anggaran sampai pembangunannya tuntas sekitar Rp300 miliar. Tapi kemungkinan bisa lebih besar tergantung kebutuhan,”ungkap Kepala Dinas Tata Ruang Permukiman dan Kebersihan (Tarkimsih) Kabupaten Subang, Sumasna, kepada KORAN SINDO saat meninjau lokasi pembangunan pelabuhan, kemarin.
Tahun ini, kata dia, laporan pekerjaan memasuki tahap pembangunan fasilitas pelabuhan, di antaranya pembangunan trestel sepanjang empat kilometer. Biayanya bersumber dari APBN Kementerian Perhubungan (Kemenhub RI) Direktorat Jenderal Pelabuhan Laut 2014 sebesar Rp15,906 miliar. “Tahun depan pemerintah akan kembali mengucurkan Rp50 miliar untuk membiayai pembangunan pelabuhan ini,” ucapnya.
Sumasna memerkirakan, pembangunan pelabuhan tuntas dan bisa dioperasikan pada 2017 mendatang. “Kami udah siapkan lahan empat hektare untuk kompleks administrasi (kantor) pelabuhan,”katanya.
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Subang Besta Besuki mengungkapkan, sejauh ini Pelabuhan Patimban diproyeksikan untuk bongkar muat batubara dari Kalimantan yang akan dipasok menjadi bahan bakar industri ke berbagai perusahaan di kawasan Jawa dan DKI Jakarta.
Selama ini bongkar muat batubara dilakukan di Pelabuhan Cirebon. “Tapi karena di sana sudah gak memungkinkan, aktivitas bongkar muat batubara dari kapal tongkang beralih ke Subang. Makanya keberadaan pelabuhan di sini sangat dibutuhkan, untuk memasok bahan bakar batubara ke berbagai perusahaan maupun industri di Pulau Jawa, termasuk Subang, yang saat ini pertumbuhan industrinya cukup pesat,”terang Besta.
Dia menyebut, meski sementara ini pelabuhan itu diperuntukkan bagi pelabuhan barang, khususnya batubara, namun, pihaknya tidak keberatan jika pemerintah pusat ingin mengubahnya jadi pelabuhan nasional penyangga Tanjung Priok.
Sementara itu, warga Desa Patimban Kecamatan Pusakanagara berharap, keberadaan pelabuhan dapat memberi dampak perbaikan dan peningkatan ekonomi bagi mereka, yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan serta petambak.
“Kalau pelabuhan ini nanti beroperasi, kami berharap sebagian besar tenaga lokalnya berasal dari warga setempat, sehingga keberadaan pelabuhan bisa dirasakan manfaatnya,”pungkas Kepala Desa Patimban, Darpani.
Usep Husaeni
Biaya sebesar ini digunakan untuk membangun trestel beton (jalur akses darat menuju der maga) sepanjang empat kilometer dengan lebar delapan meter, akses jalan masuk ke kompleks pelabuhan sepanjang empat kilometer dengan lebar 40 meter membentang dari jalur pantura hingga Desa Patimban, serta pembebasan lahan yang meliputi pengadaan tanah untuk akses jalan masuk dan areal perkantoran.
“Hingga kini, pemerintah sudah menginvestasikan biaya sebesar Rp100 miliar untuk membangun sejumlah fasilitas awal pendukung pelabuhan itu. Kami perkirakan, total anggaran sampai pembangunannya tuntas sekitar Rp300 miliar. Tapi kemungkinan bisa lebih besar tergantung kebutuhan,”ungkap Kepala Dinas Tata Ruang Permukiman dan Kebersihan (Tarkimsih) Kabupaten Subang, Sumasna, kepada KORAN SINDO saat meninjau lokasi pembangunan pelabuhan, kemarin.
Tahun ini, kata dia, laporan pekerjaan memasuki tahap pembangunan fasilitas pelabuhan, di antaranya pembangunan trestel sepanjang empat kilometer. Biayanya bersumber dari APBN Kementerian Perhubungan (Kemenhub RI) Direktorat Jenderal Pelabuhan Laut 2014 sebesar Rp15,906 miliar. “Tahun depan pemerintah akan kembali mengucurkan Rp50 miliar untuk membiayai pembangunan pelabuhan ini,” ucapnya.
Sumasna memerkirakan, pembangunan pelabuhan tuntas dan bisa dioperasikan pada 2017 mendatang. “Kami udah siapkan lahan empat hektare untuk kompleks administrasi (kantor) pelabuhan,”katanya.
Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Subang Besta Besuki mengungkapkan, sejauh ini Pelabuhan Patimban diproyeksikan untuk bongkar muat batubara dari Kalimantan yang akan dipasok menjadi bahan bakar industri ke berbagai perusahaan di kawasan Jawa dan DKI Jakarta.
Selama ini bongkar muat batubara dilakukan di Pelabuhan Cirebon. “Tapi karena di sana sudah gak memungkinkan, aktivitas bongkar muat batubara dari kapal tongkang beralih ke Subang. Makanya keberadaan pelabuhan di sini sangat dibutuhkan, untuk memasok bahan bakar batubara ke berbagai perusahaan maupun industri di Pulau Jawa, termasuk Subang, yang saat ini pertumbuhan industrinya cukup pesat,”terang Besta.
Dia menyebut, meski sementara ini pelabuhan itu diperuntukkan bagi pelabuhan barang, khususnya batubara, namun, pihaknya tidak keberatan jika pemerintah pusat ingin mengubahnya jadi pelabuhan nasional penyangga Tanjung Priok.
Sementara itu, warga Desa Patimban Kecamatan Pusakanagara berharap, keberadaan pelabuhan dapat memberi dampak perbaikan dan peningkatan ekonomi bagi mereka, yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan serta petambak.
“Kalau pelabuhan ini nanti beroperasi, kami berharap sebagian besar tenaga lokalnya berasal dari warga setempat, sehingga keberadaan pelabuhan bisa dirasakan manfaatnya,”pungkas Kepala Desa Patimban, Darpani.
Usep Husaeni
(ftr)