Gadis Purworejo Terpilih Jadi Ratu Jamu Gendong 2014
A
A
A
MAGELANG - Citra Wahidatul Janah, 22, asal Purworejo, dinobatkan sebagai Ratu Jamu Gendong 2014 dalam grand final pemilihan Ratu Jamu Gendong dan Jamu Gendong Teladan 2014 di kompleks Candi Borobudur, Magelang, kemarin.
Para juri juga mengukuhkan Eka Sulastri, 36, asal Garut sebagai Jamu Gendong Teladan 2014. Citra berhasil menyisihkan 469 kontestan dari tujuh kota di Indonesia dalam event yang digelar PT Jamu Jago ini. Pada puncak audisi, dia bersaing ketat dengan Siti Lestari, finalis asal Cimindi, Kota Bandung. Siti harus puas sebagai runner up I. “Ya senang banget. Enggak berharap juara satu,” kata Citra seusai memenangkan kontes.
Gadis yang pernah mengikuti kompetisi sama pada 2012 itu bercerita dirinya termotivasi oleh dukungan orang tuanya. “Selalu baca Al-Fatihah karena diberitahu orang tua, Insya Allah diberi kemudahan dan kelancaran dalam hadapi apa pun,” ujar mahasiswi semester V Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) itu.
Dia mengaku belajar banyak dari kegagalannya ketika audisi 2012 silam. Citra mengevaluasi diri untuk menemukan kesalahan dan kekurangannya sehingga pada audisi tahun ini bisa diperbaiki. “Ikut lagi karena masih penasaran. Tentu dengan persiapan khusus sebelumnya, seperti menjaga kesehatan, belajar tentang produk jamu dan khasiatnya, serta siapkan mental,” kata anak kelima dari enam bersaudara ini.
Citra mengaku tidak malu berjualan jamu gendong, meski kini menyandang status mahasiswi. Apalagi lewat profesi ini dirinya kini justru bisa menempuh pendidikan tinggi dan membiayainya sendiri.
“Jual jamu sudah empat tahunan, keliling kampung-kampung. Di kampus biasanya, saya bawakan pesanan teman-teman pakai botol plastik. Tidak jual setiap hari. Karena disambi kuliah, kalau malu saya enggak bisa kuliah,” kata putri pasangan Noer Hidayat dan Tatik Hayati ini.
Gadis kelahiran 23 Januari 1993 itu mulanya sekadar membantu bibinya berjualan jamu, kini mulai menjalani profesi itu dengan serius. Karena ingin lebih mengetahui tentang seluk beluk produk Jamu Jago berikut melihat cara pembuatannya lebih dekat.
“Kalau meracik jamu sejak SMA, kalau jual jamu dari keluarga bulik (bibi). Kebetulan gantian sama bulik , karena anak-anaknya masih kecil- kecil. Beruntung saya punya pelanggan tetap dari bulik , jadi enggak susah nyari pelanggan,” ujar gadis yang sejak kecil sudah dikenalkan dan dicekoki jamu ini.
Perjuangan yang tak kenal putus asa juga diperlihatkan Eka Sulastri. Ibu satu anak itu juga pernah gagal juara dalam ajang ini pada 2010 silam. Waktu itu, Eka harus puas duduk sebagai runner up II . Namun karena usianya sudah 36 tahun, tahun ini Eka hanya bisa mengikuti audisi kategori Jamu Gendong Teladan 2014. “Motivasi ikut lagi karena Jamu Jago banyak memberikan ilmu emponempon ,” katanya.
Semangat dan kerja kerasnya itu membuahkan hasil. Dia terpilih sebagai juara Jamu Gendong Teladan 2014. “Bangga jadi juara Jamu Gendong Teladan 2014. Terima kasih kepada PT Jamu Jago. Selanjutnya akan lebih memasyarakatkan Jamu Jago kepada para pelanggan saya,” ujar wanita yang sudah 15 tahun berjualan jamu ini.
Dalam grand final kemarin, ada 12 kontestan terdiri dari delapan peserta untuk kategori Ratu Jamu Gendong dan empat finalis Jamu Gendong Teladan 2014. Mereka dinilai oleh tim dewan juri terdiri dari Antonius Sunarto (Perwakilan PT Jamu Jago), Titik Yuliati (Dinas Pariwisata Magelang), Khusnul Huda (Perwakilan Media), Agnes Sri Ika Anggraini (Dinas Pendidikan Semarang), Hunaidi Handoyo (Apindo Jawa Tengah), serta juri khusus pembuatan jamu Eva Retno Wulan Suwito.
Dari para finalis kategori Ratu Jamu Gendong, tim dewan juri menyeleksi lagi untuk diambil empat terbaik. Keempat finalis ini kemudian diuji dengan rangkaian tes, seperti berlenggak-lenggok di atas panggung, menawarkan produk jamu kepada konsumen, maupun melakukan interaksi dan komunikasi dengan penonton.
Selain itu, finalis juga masih diuji dengan pemaparan materi tentang segala hal berkaitan dengan jamu. Mereka juga diuji kemampuannya mempresentasikan dirinya sendiri di depan tim juri dan khalayak umum yang ada di Kompleks Candi Borobudur. Selain itu juga diuji dengan pertanyaan-pertanyaan dari tim dewan juri.
Hingga kemudian tim juri menetapkan Citra Wahidahtul Janah (Purworejo) sebagai Ratu Jamu Gendong, Siti Lestari (Bandung) sebagai runner up I, Sumiati (Bogor) sebagai runner up II , dan Sri Utami (Weleri, Semarang) sebagai Juara Harapan I. Kemudian pada kategori Jamu Gendong Teladan, selain berlenggak-lenggok dan berinteraksi dengan konsumen, para finalis juga diuji kemampuannya dalam hal meracik, membuat, dan menyeduh jamu.
Tim juri menobatkan Eka Sulastri (Garut) sebagai Juara Pertama, Tuminah (Jakarta) sebagai runner up I , Eni Nurlaela (Surabaya) sebagai runner up II , dan Sukati (Bogor) sebagai Juara Harapan I. Manager Event dan Promosi PT Jamu Jago, Aries Rahardjo mengatakan, acara ini terbuka untuk semua penjual jamu gendong, termasuk peserta yang pernah menjadi finalis pada kompetisi tahun- tahun sebelumnya asalkan belum pernah juara pertama.
“Penilaian meliputi ngudi sarira, ngudi busana, keluwesan, interaksi dengan pelanggan, product knowledge jamu, bahan jamu, dan yang menjadi tambahan penilaian ada pengetahuan tentang ramuan bahan jamu dan etika. Jadi dipilih ratu yang benar-benar qualified dan mau tidak mau harus demikian karena berhubungan dengan masyarakat untuk kenalkan jamu,” kata Aries.
Siti Estuningsih
Para juri juga mengukuhkan Eka Sulastri, 36, asal Garut sebagai Jamu Gendong Teladan 2014. Citra berhasil menyisihkan 469 kontestan dari tujuh kota di Indonesia dalam event yang digelar PT Jamu Jago ini. Pada puncak audisi, dia bersaing ketat dengan Siti Lestari, finalis asal Cimindi, Kota Bandung. Siti harus puas sebagai runner up I. “Ya senang banget. Enggak berharap juara satu,” kata Citra seusai memenangkan kontes.
Gadis yang pernah mengikuti kompetisi sama pada 2012 itu bercerita dirinya termotivasi oleh dukungan orang tuanya. “Selalu baca Al-Fatihah karena diberitahu orang tua, Insya Allah diberi kemudahan dan kelancaran dalam hadapi apa pun,” ujar mahasiswi semester V Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) itu.
Dia mengaku belajar banyak dari kegagalannya ketika audisi 2012 silam. Citra mengevaluasi diri untuk menemukan kesalahan dan kekurangannya sehingga pada audisi tahun ini bisa diperbaiki. “Ikut lagi karena masih penasaran. Tentu dengan persiapan khusus sebelumnya, seperti menjaga kesehatan, belajar tentang produk jamu dan khasiatnya, serta siapkan mental,” kata anak kelima dari enam bersaudara ini.
Citra mengaku tidak malu berjualan jamu gendong, meski kini menyandang status mahasiswi. Apalagi lewat profesi ini dirinya kini justru bisa menempuh pendidikan tinggi dan membiayainya sendiri.
“Jual jamu sudah empat tahunan, keliling kampung-kampung. Di kampus biasanya, saya bawakan pesanan teman-teman pakai botol plastik. Tidak jual setiap hari. Karena disambi kuliah, kalau malu saya enggak bisa kuliah,” kata putri pasangan Noer Hidayat dan Tatik Hayati ini.
Gadis kelahiran 23 Januari 1993 itu mulanya sekadar membantu bibinya berjualan jamu, kini mulai menjalani profesi itu dengan serius. Karena ingin lebih mengetahui tentang seluk beluk produk Jamu Jago berikut melihat cara pembuatannya lebih dekat.
“Kalau meracik jamu sejak SMA, kalau jual jamu dari keluarga bulik (bibi). Kebetulan gantian sama bulik , karena anak-anaknya masih kecil- kecil. Beruntung saya punya pelanggan tetap dari bulik , jadi enggak susah nyari pelanggan,” ujar gadis yang sejak kecil sudah dikenalkan dan dicekoki jamu ini.
Perjuangan yang tak kenal putus asa juga diperlihatkan Eka Sulastri. Ibu satu anak itu juga pernah gagal juara dalam ajang ini pada 2010 silam. Waktu itu, Eka harus puas duduk sebagai runner up II . Namun karena usianya sudah 36 tahun, tahun ini Eka hanya bisa mengikuti audisi kategori Jamu Gendong Teladan 2014. “Motivasi ikut lagi karena Jamu Jago banyak memberikan ilmu emponempon ,” katanya.
Semangat dan kerja kerasnya itu membuahkan hasil. Dia terpilih sebagai juara Jamu Gendong Teladan 2014. “Bangga jadi juara Jamu Gendong Teladan 2014. Terima kasih kepada PT Jamu Jago. Selanjutnya akan lebih memasyarakatkan Jamu Jago kepada para pelanggan saya,” ujar wanita yang sudah 15 tahun berjualan jamu ini.
Dalam grand final kemarin, ada 12 kontestan terdiri dari delapan peserta untuk kategori Ratu Jamu Gendong dan empat finalis Jamu Gendong Teladan 2014. Mereka dinilai oleh tim dewan juri terdiri dari Antonius Sunarto (Perwakilan PT Jamu Jago), Titik Yuliati (Dinas Pariwisata Magelang), Khusnul Huda (Perwakilan Media), Agnes Sri Ika Anggraini (Dinas Pendidikan Semarang), Hunaidi Handoyo (Apindo Jawa Tengah), serta juri khusus pembuatan jamu Eva Retno Wulan Suwito.
Dari para finalis kategori Ratu Jamu Gendong, tim dewan juri menyeleksi lagi untuk diambil empat terbaik. Keempat finalis ini kemudian diuji dengan rangkaian tes, seperti berlenggak-lenggok di atas panggung, menawarkan produk jamu kepada konsumen, maupun melakukan interaksi dan komunikasi dengan penonton.
Selain itu, finalis juga masih diuji dengan pemaparan materi tentang segala hal berkaitan dengan jamu. Mereka juga diuji kemampuannya mempresentasikan dirinya sendiri di depan tim juri dan khalayak umum yang ada di Kompleks Candi Borobudur. Selain itu juga diuji dengan pertanyaan-pertanyaan dari tim dewan juri.
Hingga kemudian tim juri menetapkan Citra Wahidahtul Janah (Purworejo) sebagai Ratu Jamu Gendong, Siti Lestari (Bandung) sebagai runner up I, Sumiati (Bogor) sebagai runner up II , dan Sri Utami (Weleri, Semarang) sebagai Juara Harapan I. Kemudian pada kategori Jamu Gendong Teladan, selain berlenggak-lenggok dan berinteraksi dengan konsumen, para finalis juga diuji kemampuannya dalam hal meracik, membuat, dan menyeduh jamu.
Tim juri menobatkan Eka Sulastri (Garut) sebagai Juara Pertama, Tuminah (Jakarta) sebagai runner up I , Eni Nurlaela (Surabaya) sebagai runner up II , dan Sukati (Bogor) sebagai Juara Harapan I. Manager Event dan Promosi PT Jamu Jago, Aries Rahardjo mengatakan, acara ini terbuka untuk semua penjual jamu gendong, termasuk peserta yang pernah menjadi finalis pada kompetisi tahun- tahun sebelumnya asalkan belum pernah juara pertama.
“Penilaian meliputi ngudi sarira, ngudi busana, keluwesan, interaksi dengan pelanggan, product knowledge jamu, bahan jamu, dan yang menjadi tambahan penilaian ada pengetahuan tentang ramuan bahan jamu dan etika. Jadi dipilih ratu yang benar-benar qualified dan mau tidak mau harus demikian karena berhubungan dengan masyarakat untuk kenalkan jamu,” kata Aries.
Siti Estuningsih
(ftr)