Museum Semedo Mulai Dibangun 2015
A
A
A
SLAWI - Pemerintah sudah membebaskan tanah seluas 2 hektare yang rencananya digunakan untuk pembangunan musem purbakala di Desa Semedo, Kedungbanteng, Kabupaten Tegal.
Sekretaris Desa Semedo Sobar mengungkapkan, pembangunan museum direncanakan dimulai tahun depan dengan anggaran sebesar Rp5 miliar dari pemerintah pusat. Namun dia belum dapat memastikan kapan tepatnya pembangunan museum akan dilakukan.
Menurutnya, warga pemilik lahan sudah bersedia melepas lahannya melalui penandatangan berita acara pembebasan lahan pada pertengahan Oktober lalu. Lahan tersebut satu hektare di antaranya dimiliki oleh 13 kepala keluarga (KK). Sedangkan satu hektare lahan sisanya sebelumnya merupakan lahan milik 8 KK .
“Warga sudah sepakat harganya, warga tidak masalah nanti dibangun museum,” kata Sobar. Rencananya pada lahan yang berjarak sekitar 500 meter dari areal situs tersebut akan dibangun dua komplek museum. Pertama adalah bangunan fisik museum dan sisanya untuk tempat parkir dan toko-toko suvenir.
Untuk pembebasan lahan yang akan digunakan untuk bangunan fisik museum dialokasikan dana sebesar Rp 1 miliar dari pemerintah daerah. “Kalau yang untuk lahan parkir belum karena anggarannya tidak cukup. Kemungkinan tahun depan,” jelasnya.
Selain persiapan lahan untuk bangunan museum, rencananya juga akan dibangun akses jalan untuk menunjang keberadaan museum sepanjang sekitar satu kilometer. Infrastruktur jalan yang ada saat ini masih belum memadai. “Rencananya nanti jalan baru akan di bangun di sebelah barat Desa Sigentong. Ang garannya sekitar Rp2 miliar. Tapi pelaksa naannya kapan belum tahu,” terangnya.
Pemandu Situs Semedo Tanti Asih mengatakan keberadaan museum diharapkan bisa segera terwujud karena sudah lama direncanakan dan dibahas oleh pihak-pihak terkait. Terlebih setiap harinya Situs Semedo banyak dikunjungi ma syarakat dari berbagai daerah dan latar belakang. “Satu bulan sampai 600 pengunjung. Minggu paling banyak. Mereka datang dari berbagai daerah,” katanya.
Dengan adanya museum, maka Situs Semedo dapat dikelola secara intens oleh pemerintah. Selain itu nantinya juga ada petugas yang khusus menangani fosil-fosil yang ditemukan dan keberadaannya lebih aman. “Sementara fosil-fosilnya disimpan di Pondok Informasi. Ada juga yang dibawa ke museum Sangiran agar lebih aman,” ujarnya.
Situs manusia purba Semedo berada di lahan seluas sekitar 25 kilometer dan ditetapkan sebagai situs sejak 2005. Lahan tersebut berada di areal Asper Kedungjati Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pemalang. Situs yang tanahnya sebagian besar berkontur perbukitan tersebut masih berupa hutan jati dan tegalan.
Penemuan terbaru berupa fosil dua gigi dan rahang Kingkong setinggi 3 meter yang dipercaya pernah hidup di Pulau Jawa sekitar satu juta tahun lalu di situs itu semakin mengukuhkan bila kawasan pantura barat pernah dihuni makhluk purba. Tak hanya fosil manusia purba, beragam fosil binatang langka yang hidup pada zaman purba juga ditemukan di situs tersebut.
Farid Firdaus
Sekretaris Desa Semedo Sobar mengungkapkan, pembangunan museum direncanakan dimulai tahun depan dengan anggaran sebesar Rp5 miliar dari pemerintah pusat. Namun dia belum dapat memastikan kapan tepatnya pembangunan museum akan dilakukan.
Menurutnya, warga pemilik lahan sudah bersedia melepas lahannya melalui penandatangan berita acara pembebasan lahan pada pertengahan Oktober lalu. Lahan tersebut satu hektare di antaranya dimiliki oleh 13 kepala keluarga (KK). Sedangkan satu hektare lahan sisanya sebelumnya merupakan lahan milik 8 KK .
“Warga sudah sepakat harganya, warga tidak masalah nanti dibangun museum,” kata Sobar. Rencananya pada lahan yang berjarak sekitar 500 meter dari areal situs tersebut akan dibangun dua komplek museum. Pertama adalah bangunan fisik museum dan sisanya untuk tempat parkir dan toko-toko suvenir.
Untuk pembebasan lahan yang akan digunakan untuk bangunan fisik museum dialokasikan dana sebesar Rp 1 miliar dari pemerintah daerah. “Kalau yang untuk lahan parkir belum karena anggarannya tidak cukup. Kemungkinan tahun depan,” jelasnya.
Selain persiapan lahan untuk bangunan museum, rencananya juga akan dibangun akses jalan untuk menunjang keberadaan museum sepanjang sekitar satu kilometer. Infrastruktur jalan yang ada saat ini masih belum memadai. “Rencananya nanti jalan baru akan di bangun di sebelah barat Desa Sigentong. Ang garannya sekitar Rp2 miliar. Tapi pelaksa naannya kapan belum tahu,” terangnya.
Pemandu Situs Semedo Tanti Asih mengatakan keberadaan museum diharapkan bisa segera terwujud karena sudah lama direncanakan dan dibahas oleh pihak-pihak terkait. Terlebih setiap harinya Situs Semedo banyak dikunjungi ma syarakat dari berbagai daerah dan latar belakang. “Satu bulan sampai 600 pengunjung. Minggu paling banyak. Mereka datang dari berbagai daerah,” katanya.
Dengan adanya museum, maka Situs Semedo dapat dikelola secara intens oleh pemerintah. Selain itu nantinya juga ada petugas yang khusus menangani fosil-fosil yang ditemukan dan keberadaannya lebih aman. “Sementara fosil-fosilnya disimpan di Pondok Informasi. Ada juga yang dibawa ke museum Sangiran agar lebih aman,” ujarnya.
Situs manusia purba Semedo berada di lahan seluas sekitar 25 kilometer dan ditetapkan sebagai situs sejak 2005. Lahan tersebut berada di areal Asper Kedungjati Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Pemalang. Situs yang tanahnya sebagian besar berkontur perbukitan tersebut masih berupa hutan jati dan tegalan.
Penemuan terbaru berupa fosil dua gigi dan rahang Kingkong setinggi 3 meter yang dipercaya pernah hidup di Pulau Jawa sekitar satu juta tahun lalu di situs itu semakin mengukuhkan bila kawasan pantura barat pernah dihuni makhluk purba. Tak hanya fosil manusia purba, beragam fosil binatang langka yang hidup pada zaman purba juga ditemukan di situs tersebut.
Farid Firdaus
(ftr)