Penderita HIV/AIDS Terus Meningkat

Selasa, 02 Desember 2014 - 12:03 WIB
Penderita HIV/AIDS Terus...
Penderita HIV/AIDS Terus Meningkat
A A A
GUNUNGKIDUL - Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Gunungkidul mencatat peningkatan penderita HIV/ AIDS di Gunungkidul.

Untuk tahun ini, tercatat sebanyak 137 warga yang mengidap HIV/ AIDS ini dengan 92 kasus di antaranya sudah masuk kategori AIDS. Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengungkapkan, upaya untuk terus menanggulangi penyakit mematikan itu terus dilakukan pemkab. Hanya saja, diakui sejak 2013 lalu ada peningkatan jumlah penderita di Gunungkidul.

“Tahun lalu ada 122 kasus, dan tahun ini hingga September lalu terdapat 137 kasus,” katanya kepada wartawan di selasela kampanye peringatan Hari AIDS sedunia di alun-alun pemkab, kemarin. Saat ini, pihaknya memaksimalkan fungsi RSUD dan puskesmas untuk memeriksa dini HIV/AIDS ini.

Bahkan untuk puskesmas, sudah ada 10 puskesmas yang bisa digunakan masyarakat untuk memeriksa deteksi HIV/AIDS ini. Sebanyak 10 puskesmas tersebut adalah Puskesmas Wonosari 1, Ponjong 1, Ngawen 1, Semanu 1, Patuk 1, Panggang 1, Panggang 2, Playen 2, Purwosari, dan Puskesmas Tanjungsari. “Warga tidak perlu malu untuk memeriksakan diri. Semua demi kesehatan mas-yarakat,” ucapnya.

Dalam kampanye Hari AIDS kemarin, para remaja yang juga relawan HIV/AIDS membagikan brosur serta pita kepada pengguna jalan. Diharapkan dengan cara ini warga bisa mengetahui secara detail mengenai HIV/AIDS dan cara menanggulanginya.

Sekretaris KPA Gunungkidul Iswandi menjelaskan, di Gunungkidul memang memiliki jumlah penderita AIDS yang lebih besar daripada HIV ini. Semua terjadi lantaran banyaknya pekerja migran yang bekerja di kota. “Ketikamerekadikotaterkena HIV/AIDS, mereka tidak memeriksa diri. Begitu sudah divonis AIDS, mereka baru pulang ke desa dan akhirnya tidak kembali ke kota,” katanya.

Pihaknya juga melakukan pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS. Jangan sampai mereka dipinggirkan sehingga tidak diterima masyarakat. “Data terbaru yang belum kami gabung dengan kasus hingga September dari rujukan yang diperiksa di RSUD Wonosari belum lama ini dari 100 orang yang diperiksa, 23diantaranya positif. Tujuh orang terjangkit HIV dan 16 terkena AIDS,” katanya.

Sementara itu Lapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta bekerja sama dengan Dinkes DIY menggelar voluntary counseling and testing (VCT) atau tes HIV Sukarela (THS) bagi pejabat dan karyawan Lapas Narkotika saat peringatan Hari AIDS dunia tingkat DIY di lapas setempat, kemarin.

Kalapas Narkotika Klas IIA Yogyakarta Alisyeh dan beberapa karyawan menjadi peserta dalam kegiatan tersebut. THS merupakan tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam contoh darahnya.

Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham) DIY Endang Sudirman mengatakan, karena karyawan lapas sehari-harinya bersentuhan dengan penghuni yang kebanyakan tersangkut dengan kasus narkotika, sehingga sangat berisiko tinggi terhadap penularan HIV/AIDS. Untuk itu, karyawan Lapas Narkotika perlu VCT ini. “Melalui VCT, bisa mengetahui apakah terkena HIV/AIDS atau tidak,” ungkap Sudirman di sela-sela kegiatan tersebut.

Sementara itu, dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY selama periode 1993–2014 jumlah HIV di DY mencapai 2.809 kasus. Terdiri dari HIV 1.651 kasus dan positif (AIDS) 1.158 penderita. Dari jumlah itu,tertinggi Kota Yogyakarta 774 kasus (529 HIV, 245 AIDS), Sleman 639 kasus (362 HIV, 277 AIDS), Bantul 560 kasus (328 HIV, 232 AIDS), Gunungkidul 137 kasus (45 HIV, 92 AIDS), dan Kulonprogo 123 kasus (72 HIV, 51 AIDS).

Di Kulonprogo puluhan mahasiswa Universitas PGRI Wates, menggelar peringatan Hari AIDS Sedunia, kemarin. Mereka melakukan aksi teatrikal di simpang lima Karangnongko, Wates sambil membagikan bunga. Mereka berharap keberadaan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) tidak dibubarkan.

Koordinator Aksi Wahyu Purwadi mengatakan, aksi ini menjadi bagian protes dari para mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah yang akan membubarkan KPA. Tidak hanya di kota besar, penderita AIDS juga tersebar di pelosok, seperti Kulonprogo. Warga belum sepenuhnya paham tentang apa itu HIV/- AIDS dan model penularannya. “Ini merupakan aksi protes kami terhadap rencana pembubaran KPA tepat pada Hari AIDS Sedunia,” kata Wahyu.

Salah seorang mahasiswa, Tanti mengatakan, ada sekitar 400 bunga dan stiker yang dibagikan. Mereka mengajak masyarakat luas untuk peduli dengan penderita HIV/AIDS. Mereka merupakan korban yang harus diberikan dorongan dan motivasi.

Suharjono/ Priyo Setyawan/ Kuntadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0280 seconds (0.1#10.140)