302 Wirausahawan Baru di Jabar Dapat Pendampingan
A
A
A
BANDUNG - Sebanyak 302 wirausahawan baru yang sebelumnya mengikuti pelatihan di Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) Jawa Barat mendapat pendampingan dari 200 wirausahawan mitra Dinas KUKM Jabar.
Kepala Dinas KUMKM Jabar Anton Gustoni mengatakan, sekitar 30% atau 99 wirausahawan baru tersebut merupakan wirausahawan yang baru membuka usaha atau memiliki usaha dengan waktu 0 tahun. “Wirausahawan baru yang kami latih dan bina tahun ini mendapatkan modal awal sebesar Rp1,4 miliar yang berasal dari APBN,” ungkapnya dalam Diskusi Ekonomi dengan Forum Diskusi Wartawan Ekonomi Bandung (Fordisweb) di Bandung, kemarin.
Modal awal atau start ca pital dengan status hibah dari pemerintah itu, sebutnya, berkisar Rp5 juta-Rp7 juta. Menurutnya, semua lulusan itu sudah memiliki usaha sesuai dengan minat dan potensi di wilayahnya masing-masing.
“Sebagian besar mereka membuka usaha menjahit, salon dan produk makanan, kami terus memantau mereka. Kami telah membekali manajemen usaha dan pembukuan keuangan yang baik. Diharapkan mereka bisa naik kelas dari pelaku usaha kecil, menengah, hingga menjadi besar,” jelasnya.
Selain pemberian modal awal bagi wirausahawan binaan, bantuan serupa juga diberikan pemerintah pusat kepa da para wirausahawan yang berasal dari kalangan mahasiswa yang nilai totalnya mencapai Rp1,6 miliar. “Berbagai program ini diharapkan bisa memicu pelaku usaha baru untuk mencapai target pencetakan 100.000 wirausaha baru,” ujarnya.
Namun, dia berharap, bantuan modal itu tidak men jadikan wirausahawan baru tersebut terlena. Mereka jus tru didorong untuk terus berupaya menjadikan usahanya sebagai perusahaan bankable agar bisa mengakses pembiayaan yang lebih besar dari perbankan. “Kami juga me miliki program kredit cinta rakyat (KCR) dengan bunga rendah yang disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah Jabar Banten (Bank BJB),” sambungnya.
Pihaknya berharap, kedepan, pengolahan kredit mikro itu bisa ditangani dan di salurkan melalui Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kredit Mikro. Dengan begitu, menurutnya, pelaku UMKM, terutama wirausaha baru dengan modal terbatas bisa lebih mudah mengaksesnya.
“Selain permodalan, permasalahan UMKM saat ini adalah daya saing. Untuk itu, kami melakukan pendampingan pasar, kemasan, dan memfasilitasi promosi di dalam maupun luar negeri. Khusus kemasan, kami lebih memprioritaskannya. Sebab, produk dengan kemasan bagus bisa meningkatkan harga jual,” tuturnya.
Fauzan
Kepala Dinas KUMKM Jabar Anton Gustoni mengatakan, sekitar 30% atau 99 wirausahawan baru tersebut merupakan wirausahawan yang baru membuka usaha atau memiliki usaha dengan waktu 0 tahun. “Wirausahawan baru yang kami latih dan bina tahun ini mendapatkan modal awal sebesar Rp1,4 miliar yang berasal dari APBN,” ungkapnya dalam Diskusi Ekonomi dengan Forum Diskusi Wartawan Ekonomi Bandung (Fordisweb) di Bandung, kemarin.
Modal awal atau start ca pital dengan status hibah dari pemerintah itu, sebutnya, berkisar Rp5 juta-Rp7 juta. Menurutnya, semua lulusan itu sudah memiliki usaha sesuai dengan minat dan potensi di wilayahnya masing-masing.
“Sebagian besar mereka membuka usaha menjahit, salon dan produk makanan, kami terus memantau mereka. Kami telah membekali manajemen usaha dan pembukuan keuangan yang baik. Diharapkan mereka bisa naik kelas dari pelaku usaha kecil, menengah, hingga menjadi besar,” jelasnya.
Selain pemberian modal awal bagi wirausahawan binaan, bantuan serupa juga diberikan pemerintah pusat kepa da para wirausahawan yang berasal dari kalangan mahasiswa yang nilai totalnya mencapai Rp1,6 miliar. “Berbagai program ini diharapkan bisa memicu pelaku usaha baru untuk mencapai target pencetakan 100.000 wirausaha baru,” ujarnya.
Namun, dia berharap, bantuan modal itu tidak men jadikan wirausahawan baru tersebut terlena. Mereka jus tru didorong untuk terus berupaya menjadikan usahanya sebagai perusahaan bankable agar bisa mengakses pembiayaan yang lebih besar dari perbankan. “Kami juga me miliki program kredit cinta rakyat (KCR) dengan bunga rendah yang disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah Jabar Banten (Bank BJB),” sambungnya.
Pihaknya berharap, kedepan, pengolahan kredit mikro itu bisa ditangani dan di salurkan melalui Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Kredit Mikro. Dengan begitu, menurutnya, pelaku UMKM, terutama wirausaha baru dengan modal terbatas bisa lebih mudah mengaksesnya.
“Selain permodalan, permasalahan UMKM saat ini adalah daya saing. Untuk itu, kami melakukan pendampingan pasar, kemasan, dan memfasilitasi promosi di dalam maupun luar negeri. Khusus kemasan, kami lebih memprioritaskannya. Sebab, produk dengan kemasan bagus bisa meningkatkan harga jual,” tuturnya.
Fauzan
(ftr)