Proyek Jalan Pantura Terbengkalai
A
A
A
TEGAL - Konflik antara kontraktor proyek jalan pantura PT Bumirejo (BRD) dan Pemkot Tegal yang berlarut-larut berdampak terbengkalainya perbaikan jalan pantura.
Hal itu di antaranya terlihat di ruas jalan pantura di depan Terminal Bus Kota Tegal. Satu lajur di ruas itu yang sudah dikeruk sejak Senin (25/11) lalu dengan backhoedibiarkan tanpa kelanjutan. Pengerukan ruas jalan sepanjang sekitar 200 meter itu dilakukan karena jalan akan ditingkatkan dari aspal menjadi beton. Namun hingga kemarin tidak tampak tanda-tanda pekerja yang melanjutkan pekerjaan.
Kondisi material lapisan aspal yang dikeruk juga tampak belum sempurna. Kondisi itu mengganggu para pengguna jalan dan rawan menimbulkan kemacetan. Meski kerukan tak terlalu dalam, kendaraan harus berjalan perlahan agar tidak terperosok. “Jelas mengganggu kalau terus dibiarkan seperti itu (kerukan),” kata salah satu petugas Satlantas Polres Tegal Kota yang berjaga di pos depan terminal, kemarin.
Kemacetan rawan terjadi karena lajur jalan mengalami penyempitan menjadi hanya satu lajur. Beruntung, kemacetan yang sejauh ini terjadi tak sepanjang saat pengerukan di ruas jalan yang menuju ke arah sebaliknya. Salah satu pengguna jalan, Fauzan, 25, warga, Krasak, Brebes yang sehari-hari bekerja di Kota Tegal mengeluhkan adanya kerukan jalan tersebut.
Selain menimbulkan kemacetan, kerukan jalan juga bisa membahayakan karena kalau malam hari tak terlalu terlihat. “Lokasi jalan yang dikeruk kan tidak jauh dari pintu keluar terminal. Banyak kendaraan keluar masuk. Akhirnya tambah macet,” kata dia.
Manajer Proyek PT BRD Budiman Napitupulu mengatakan kelanjutan pengerjaan jalan setelah dilakukan pengerukan belum bisa dilanjutkan karena pintu masuk basecamp sudah dipagari dengan pipa besi. “Saat dilakukan pengerukan kan Satpol Line di basecamp sudah dicopot jadi kami masih bisa bekerja," kata dia.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keungan dan Aset Daerah (DPPKAD) Joko Sukur Baharudin ketika dikonfirmasi enggan disalahkan dengan terhambatnya proyek jalan pantura akibat pematokan basecamp. Dia mengatakan pemkot tidak memiliki sangkut paut dengan proyek jalan pantura yang dikerjakan PT BRD. “Soal perbaikan jalur pantura terhenti atau tidak, itu bukan urusan pemkot,” tandasnya.
Menurut Joko, penutupan gerbang basecamp di belakang Terminal Bus Tegal itu demi mengamankan aset lahan yang ditempati PT BRD tanpa izin sejak November 2013. PT BRD seharusnya sudah mengetahui risiko akan dilakukannya penutupan basecamp karena masa sewa sudah habis.
Hingga kemarin, basecamp PT BRD yang berada di Jalan Mataram, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal tampak masih belum dikosongkan. Kendaraan, alat berat, dan mesin pembuat material cor-coran masih belum dikeluarkan dari dalam basecamp. Adapun patok dari pipa besi yang dipasang Satpol PP pada Selasa (25/11) dan Kamis (27/11) masih tertancap.
Karena tidak bisa masuk ke dalam basecamp, sebagian truk pengangkut material yang sudah keluar dari basecamp sebelum dilakukan pemagaran oleh pemkot hanya dibiarkan parkir di sepanjang jalan depan basecamp.
Farid Firdaus
Hal itu di antaranya terlihat di ruas jalan pantura di depan Terminal Bus Kota Tegal. Satu lajur di ruas itu yang sudah dikeruk sejak Senin (25/11) lalu dengan backhoedibiarkan tanpa kelanjutan. Pengerukan ruas jalan sepanjang sekitar 200 meter itu dilakukan karena jalan akan ditingkatkan dari aspal menjadi beton. Namun hingga kemarin tidak tampak tanda-tanda pekerja yang melanjutkan pekerjaan.
Kondisi material lapisan aspal yang dikeruk juga tampak belum sempurna. Kondisi itu mengganggu para pengguna jalan dan rawan menimbulkan kemacetan. Meski kerukan tak terlalu dalam, kendaraan harus berjalan perlahan agar tidak terperosok. “Jelas mengganggu kalau terus dibiarkan seperti itu (kerukan),” kata salah satu petugas Satlantas Polres Tegal Kota yang berjaga di pos depan terminal, kemarin.
Kemacetan rawan terjadi karena lajur jalan mengalami penyempitan menjadi hanya satu lajur. Beruntung, kemacetan yang sejauh ini terjadi tak sepanjang saat pengerukan di ruas jalan yang menuju ke arah sebaliknya. Salah satu pengguna jalan, Fauzan, 25, warga, Krasak, Brebes yang sehari-hari bekerja di Kota Tegal mengeluhkan adanya kerukan jalan tersebut.
Selain menimbulkan kemacetan, kerukan jalan juga bisa membahayakan karena kalau malam hari tak terlalu terlihat. “Lokasi jalan yang dikeruk kan tidak jauh dari pintu keluar terminal. Banyak kendaraan keluar masuk. Akhirnya tambah macet,” kata dia.
Manajer Proyek PT BRD Budiman Napitupulu mengatakan kelanjutan pengerjaan jalan setelah dilakukan pengerukan belum bisa dilanjutkan karena pintu masuk basecamp sudah dipagari dengan pipa besi. “Saat dilakukan pengerukan kan Satpol Line di basecamp sudah dicopot jadi kami masih bisa bekerja," kata dia.
Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keungan dan Aset Daerah (DPPKAD) Joko Sukur Baharudin ketika dikonfirmasi enggan disalahkan dengan terhambatnya proyek jalan pantura akibat pematokan basecamp. Dia mengatakan pemkot tidak memiliki sangkut paut dengan proyek jalan pantura yang dikerjakan PT BRD. “Soal perbaikan jalur pantura terhenti atau tidak, itu bukan urusan pemkot,” tandasnya.
Menurut Joko, penutupan gerbang basecamp di belakang Terminal Bus Tegal itu demi mengamankan aset lahan yang ditempati PT BRD tanpa izin sejak November 2013. PT BRD seharusnya sudah mengetahui risiko akan dilakukannya penutupan basecamp karena masa sewa sudah habis.
Hingga kemarin, basecamp PT BRD yang berada di Jalan Mataram, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kota Tegal tampak masih belum dikosongkan. Kendaraan, alat berat, dan mesin pembuat material cor-coran masih belum dikeluarkan dari dalam basecamp. Adapun patok dari pipa besi yang dipasang Satpol PP pada Selasa (25/11) dan Kamis (27/11) masih tertancap.
Karena tidak bisa masuk ke dalam basecamp, sebagian truk pengangkut material yang sudah keluar dari basecamp sebelum dilakukan pemagaran oleh pemkot hanya dibiarkan parkir di sepanjang jalan depan basecamp.
Farid Firdaus
(ftr)