Siswa SMPN 1 Sampang Belajar di Kelas Darurat
A
A
A
SAMPANG - Pasca ambruknya atap gedung SMPN 1 Sampang, Madura, Jawa Timur siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), Senin (1/12/2014) di kelas darurat.
Mereka menempati ruangan darurat seperti musala dan laboratorium. Tidak hanya itu, mereka juga menempati ruang perpustakaan dan ruang kepala sekolah.
Sebagian siswa juga ada yang tidak mendapatkan bangku, sehingga mereka harus duduk di lantai atau lesehan.
Akibatnya, proses belajar mengajar kurang maksimal. Siswa yang menempati kelas darurat sebanyak 176 anak. Mereka dibagi menjadi lima kelas.
"Sebenarnya atap gedung sekolah yang ambruk ada dua kelas. Tetapi, karena tiga kelas yang lain satu deretan dengan atap yang ambruk, akhirnya dipindah juga," ungkap Kepala Sekolah SMPN 1 Sampang, Muhammad Roib.
Menurut Roib, kelima kelas yang dipindah atau menempati ruang darurat meliputi kelas 7 H, 7 G, 7 I, 9 A dan 9 B.
Untuk ruang kelas 7 I, 9 A dan 9 B atapnya tidak ambruk, tetapi satu deretan dengan atap yang runtuh.
"KBM sempat terganggu 1 jam mata pelajaran, karena masih memindahkan kursi dan penunjang KBM lain. Tetapi, sekarang sudah berjalan normal," paparnya.
Dia menambahkan, gedung SMPN 1 Sampang ini dibangun pada tahun 1928 atau zaman Belanda.
Namun, sejak dirinya menjabat sebagai Kasek 8 tahun lalu, belum tersentuh rehabilitasi. Hanya saja perawatan bangunan setiap 5 tahun.
Seperti diketahui, atap gedung SMPN 1 Sampang ambruk saat KBM berlangsung Sabtu 29 November 2014 lalu.
Dalam peristiwa tersebut, belasan siswa, guru dan kasek menjadi korban. Mereka tertimpa reruntuhan bangunan yang ambruk.
Mereka menempati ruangan darurat seperti musala dan laboratorium. Tidak hanya itu, mereka juga menempati ruang perpustakaan dan ruang kepala sekolah.
Sebagian siswa juga ada yang tidak mendapatkan bangku, sehingga mereka harus duduk di lantai atau lesehan.
Akibatnya, proses belajar mengajar kurang maksimal. Siswa yang menempati kelas darurat sebanyak 176 anak. Mereka dibagi menjadi lima kelas.
"Sebenarnya atap gedung sekolah yang ambruk ada dua kelas. Tetapi, karena tiga kelas yang lain satu deretan dengan atap yang ambruk, akhirnya dipindah juga," ungkap Kepala Sekolah SMPN 1 Sampang, Muhammad Roib.
Menurut Roib, kelima kelas yang dipindah atau menempati ruang darurat meliputi kelas 7 H, 7 G, 7 I, 9 A dan 9 B.
Untuk ruang kelas 7 I, 9 A dan 9 B atapnya tidak ambruk, tetapi satu deretan dengan atap yang runtuh.
"KBM sempat terganggu 1 jam mata pelajaran, karena masih memindahkan kursi dan penunjang KBM lain. Tetapi, sekarang sudah berjalan normal," paparnya.
Dia menambahkan, gedung SMPN 1 Sampang ini dibangun pada tahun 1928 atau zaman Belanda.
Namun, sejak dirinya menjabat sebagai Kasek 8 tahun lalu, belum tersentuh rehabilitasi. Hanya saja perawatan bangunan setiap 5 tahun.
Seperti diketahui, atap gedung SMPN 1 Sampang ambruk saat KBM berlangsung Sabtu 29 November 2014 lalu.
Dalam peristiwa tersebut, belasan siswa, guru dan kasek menjadi korban. Mereka tertimpa reruntuhan bangunan yang ambruk.
(sms)