Terminal Sukorejo Dipenuhi Sampah, Kotor dan Bau
A
A
A
KENDAL - Kondisi Terminal Sukorejo, Kabupaten Kendal, sangat memprihatinkan. Pusat aktivitas transportasi umum tersebut terlihat kumuh dan terdapat tumpukan sampah di pelataran depan terminal samping utara.
Keberadaan sampah tersebut menimbulkan bau menyengat yang mengganggu para penumpang dan awak angkutan umum yang beroperasi di Terminal Sukorejo. Terlebih, terminal itu berdampingan dengan pasar tradisonal kecamatan setempat.
Padahal, terminal ini merupakan titik keberangkatan dan akhir angkutan umum di sejumlah daerah, baik di dalam Kabupaten Kendal maupun daerah lain. Di antaranya Kabupaten Temanggung, Batang, dan Semarang.
Letak geografis Kecamatan Sukorejo memang strategis, yakni berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, dan Batang, bagi Kabupaten Kendal bagian selatan.
Ningsih (31), salah seorang calon penumpang di Terminal Sukorejo mengatakan, keberadaan sampah tersebut sangat mengganggu penumpang. Apalagi, pada musim hujan, sampah tiu mengeluarkan bau tak sedap.
“Jelas membuat tidak nyaman, karena baunya menyengat. Padahal, para penumpang itu kadang harus menunggu bus lebih dulu, jadi pas harus betah dengan bau yang tidak enak itu,” katanya, kepada wartawan, Minggu (30/11/2014).
Selain itu, sampah yang menumpuk memberikan kesan kumuh terminal. Kondisi tersebut membuat pandangan buruk, karena terminal merupakan tempat umum yang dijadikan aktifitas masyarakat banyak.
“Orang dari luar Kabupaten Kendal jika melihat kondisi seperti itu pasti menganggap buruk, baik masyarakatnya maupun pemerintahnya,” lanjutnya.
Hidayat (58), mantan Kepala Pasar Sukorejo mengatakan, permasalahan sampah tersebut karena minimnya sarana prasana dan jumlah petugas kebersihan.
“Mestinya kantong-kantong bak sampah yang ada disepanjang terminal dengan pasar harus ditambahi. Selain itu, petugas kebersihan juga kurang. Hanya ada dua orang pekerja yang mengangkut sampah, itu saja tenaga harian lepas sebanyak dua orang,” ungkapnya.
Dia menambahkan, armada pengangkut sampah yang ada di Kecamatan Sukorejo hanya ada satu unit, dan digunakan mengangkut sampah sehari satu kali. Sehingga pengendalian sampah tidak maksimal.
“Sedangkan jumlah petugas dari dinas kebersihan kebanyakan sudah lanjut usia. Rata-rata mereka berusia 60 ke atas. Bukan hanya itu saja, keterbatasan personel termasuk menjadi kendala dalam menanganinya. Sebanyak sembilan orang dibagi dan ditempatkan di tiga titik,” terang Hidayat.
Terpisah, Camat Sukorejo Tri Purwanto membenarkan keterbatasan jumlah petugas yang ada serta sarana prasarana pendukung seperti bak kantong sampah masih banyak yang kurang.
“Sebenarnya penanganan masalah sampah yang ada di kawasan Terminal Sukorejo, setiap hari sudah ada petugas yang menanganinya. Sampah-sampah itu diangkut dan dibawa ke TPA Pageruyung,” ungkapnya.
Dia menambahkan, menangani masalah sampah tidak lepas dari tujuan menata kawasan menjadi lebih baik. Tata kelola daerah menjadi kewenangan masyarakat dan pemerintah. Akan tetapi, jika perhatian dari dinas terkait tidak ada dukungan, maka usaha yang dilakukan lingkungan sekitar sama saja percuma.
“Sesuai rapat koordinasi antar masyarakat, kami sudah mengusulkan kepada dinas instasi terkait agar ada penambahan sarpras pendukung untuk menegelola sampah. Informasi yang saya dapat akan dianggarkan pada tahun 2015 mendatang,” tandasnya.
Keberadaan sampah tersebut menimbulkan bau menyengat yang mengganggu para penumpang dan awak angkutan umum yang beroperasi di Terminal Sukorejo. Terlebih, terminal itu berdampingan dengan pasar tradisonal kecamatan setempat.
Padahal, terminal ini merupakan titik keberangkatan dan akhir angkutan umum di sejumlah daerah, baik di dalam Kabupaten Kendal maupun daerah lain. Di antaranya Kabupaten Temanggung, Batang, dan Semarang.
Letak geografis Kecamatan Sukorejo memang strategis, yakni berbatasan dengan Kabupaten Temanggung, dan Batang, bagi Kabupaten Kendal bagian selatan.
Ningsih (31), salah seorang calon penumpang di Terminal Sukorejo mengatakan, keberadaan sampah tersebut sangat mengganggu penumpang. Apalagi, pada musim hujan, sampah tiu mengeluarkan bau tak sedap.
“Jelas membuat tidak nyaman, karena baunya menyengat. Padahal, para penumpang itu kadang harus menunggu bus lebih dulu, jadi pas harus betah dengan bau yang tidak enak itu,” katanya, kepada wartawan, Minggu (30/11/2014).
Selain itu, sampah yang menumpuk memberikan kesan kumuh terminal. Kondisi tersebut membuat pandangan buruk, karena terminal merupakan tempat umum yang dijadikan aktifitas masyarakat banyak.
“Orang dari luar Kabupaten Kendal jika melihat kondisi seperti itu pasti menganggap buruk, baik masyarakatnya maupun pemerintahnya,” lanjutnya.
Hidayat (58), mantan Kepala Pasar Sukorejo mengatakan, permasalahan sampah tersebut karena minimnya sarana prasana dan jumlah petugas kebersihan.
“Mestinya kantong-kantong bak sampah yang ada disepanjang terminal dengan pasar harus ditambahi. Selain itu, petugas kebersihan juga kurang. Hanya ada dua orang pekerja yang mengangkut sampah, itu saja tenaga harian lepas sebanyak dua orang,” ungkapnya.
Dia menambahkan, armada pengangkut sampah yang ada di Kecamatan Sukorejo hanya ada satu unit, dan digunakan mengangkut sampah sehari satu kali. Sehingga pengendalian sampah tidak maksimal.
“Sedangkan jumlah petugas dari dinas kebersihan kebanyakan sudah lanjut usia. Rata-rata mereka berusia 60 ke atas. Bukan hanya itu saja, keterbatasan personel termasuk menjadi kendala dalam menanganinya. Sebanyak sembilan orang dibagi dan ditempatkan di tiga titik,” terang Hidayat.
Terpisah, Camat Sukorejo Tri Purwanto membenarkan keterbatasan jumlah petugas yang ada serta sarana prasarana pendukung seperti bak kantong sampah masih banyak yang kurang.
“Sebenarnya penanganan masalah sampah yang ada di kawasan Terminal Sukorejo, setiap hari sudah ada petugas yang menanganinya. Sampah-sampah itu diangkut dan dibawa ke TPA Pageruyung,” ungkapnya.
Dia menambahkan, menangani masalah sampah tidak lepas dari tujuan menata kawasan menjadi lebih baik. Tata kelola daerah menjadi kewenangan masyarakat dan pemerintah. Akan tetapi, jika perhatian dari dinas terkait tidak ada dukungan, maka usaha yang dilakukan lingkungan sekitar sama saja percuma.
“Sesuai rapat koordinasi antar masyarakat, kami sudah mengusulkan kepada dinas instasi terkait agar ada penambahan sarpras pendukung untuk menegelola sampah. Informasi yang saya dapat akan dianggarkan pada tahun 2015 mendatang,” tandasnya.
(san)