Pantura Paling Rawan HIV/AIDS
A
A
A
SEMARANG - Kasus HIV/AIDS di Jawa Tengah selalu meningkat setiap tahun. Penyakit ini juga telah menyebar merata di 35 kabupaten/kota yang ada di provinsi ini.
Angka tersebut hanya penampakan luar saja, mengingat kasus ini ibarat fenomena gunung es. Industri seks dan narkoba masih menjadi pemicu paling tinggi, atas munculnya kasus ini di Jateng, jelang Peringatan Hari AIDS, Senin (1/12). Daerah di sepanjang jalur pantai utara (Pantura) terus mendominasi dalam setiap temuan kasus baru.
Situasi ini tak lepas dari posisi jalur tersebut yang menjadi pusat mobilisasi perekonomian. Sejumlah lokalisasi muncul di kawasan tersebut. Dari temuan yang ada di Jateng, kasus ini didominasi kaum laki-laki sebanyak 61,4%. Sementara kaum perempuan sebanyak 38,6%. Faktor penularan tertinggi berupa Heteroseksual sebanyak 83,5%. Disusul IDU 7,0%, perinatal (4,9%), homoseksual (4,4%), dan transfusi sebanyak 0,2%. Di jalur pantura ini kasus yang muncul dominan di Kota Semarang.
“Sebagai salah satu daerah pantura, Kota Semarang memang merupakan akses mobilitas untuk kelompok berisiko,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr Widoyono MPH kemarin Tempat istirahat bagi pemilik kriteria man mobile with money (3M) menjadi titik- titik rawan penularan.
“Kota ini adalah ibu kota provinsi salah satu kota besar di Indonesia, sehingga mobilitas masyarakat sangat tinggi. Perbedaan jumlah penduduk memicu peningkatan kasus HIV/ AIDS,” paparnya. Menurut Widoyono, berbagai program sudah disiapkan untuk menekan laju pertambahan kasus HIV/ AIDS. Di antaranya program PTRM (Pelayanan Terapi Rumatan Methadon), LASS (Layanan Alat Suntik Steril), Klinik VCT (Voluntary Counseling Test), Klinik IMS, CST dan PMTCT.
“Masyarakat berisiko tinggi maupun pasien HIV/ AIDS bisa mengakses dengan mudah,” ujar Widoyono. Layanan ini bisa diakses melalui puskesmas maupun rumah sakit yang ada di Kota Semarang. Namun demikian, hanya klinik IMS yang mendekati populasi berisiko tinggi terletak di kawasan Sunan Kuning dan Gambilangu (GBL). “Kemudahan layanan kesehatan dan jangkauan lebih luas memicu penurunan kasus kematian,” ucapnya.
Di Kabupaten Kendal, kasus AIDS/HIV di daerah ini terbanyak ditemukan di lokalisasi Gambilangu maupun Alaska (Alas Karet). Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Kendal Mochammad Rozi menuturkan, pekerja seks komersial (PSK) masih berada di peringkat atas dalam penyebaran penyakit mematikan ini.
“Namun, yang perlu ditanggulangi juga pada laki-laki yang menjadi pelanggan PSK. Sebab, laki-laki ini biasanya tidak hanya berlangganan di satu PSK saja, sehingga jika terjangkit HIV/AIDS akan menyebarkan ke PSK lain ataupun istrinya sendiri,” tandasnya. Direktur LSM Graha Mitra Jateng Yoyok berpendapat, jalur pantura merupakan jalur lokalisasi terpanjang di Indonesia. Jalur itu terbentang di sepanjang utara Pulau Jawa.
“Dan yang menyebabkan banyaknya kasus HIV/AIDS dikarenakan sopir truk itu banyak yang tidak terdeteksi karena mereka datang, singgah sebentar, dan pergi lagi. Sehingga kontrol terhadap penyakit itu sulit dilakukan,” paparnya.
Hendrati hapsari/ Wikha setiawan
Angka tersebut hanya penampakan luar saja, mengingat kasus ini ibarat fenomena gunung es. Industri seks dan narkoba masih menjadi pemicu paling tinggi, atas munculnya kasus ini di Jateng, jelang Peringatan Hari AIDS, Senin (1/12). Daerah di sepanjang jalur pantai utara (Pantura) terus mendominasi dalam setiap temuan kasus baru.
Situasi ini tak lepas dari posisi jalur tersebut yang menjadi pusat mobilisasi perekonomian. Sejumlah lokalisasi muncul di kawasan tersebut. Dari temuan yang ada di Jateng, kasus ini didominasi kaum laki-laki sebanyak 61,4%. Sementara kaum perempuan sebanyak 38,6%. Faktor penularan tertinggi berupa Heteroseksual sebanyak 83,5%. Disusul IDU 7,0%, perinatal (4,9%), homoseksual (4,4%), dan transfusi sebanyak 0,2%. Di jalur pantura ini kasus yang muncul dominan di Kota Semarang.
“Sebagai salah satu daerah pantura, Kota Semarang memang merupakan akses mobilitas untuk kelompok berisiko,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dr Widoyono MPH kemarin Tempat istirahat bagi pemilik kriteria man mobile with money (3M) menjadi titik- titik rawan penularan.
“Kota ini adalah ibu kota provinsi salah satu kota besar di Indonesia, sehingga mobilitas masyarakat sangat tinggi. Perbedaan jumlah penduduk memicu peningkatan kasus HIV/ AIDS,” paparnya. Menurut Widoyono, berbagai program sudah disiapkan untuk menekan laju pertambahan kasus HIV/ AIDS. Di antaranya program PTRM (Pelayanan Terapi Rumatan Methadon), LASS (Layanan Alat Suntik Steril), Klinik VCT (Voluntary Counseling Test), Klinik IMS, CST dan PMTCT.
“Masyarakat berisiko tinggi maupun pasien HIV/ AIDS bisa mengakses dengan mudah,” ujar Widoyono. Layanan ini bisa diakses melalui puskesmas maupun rumah sakit yang ada di Kota Semarang. Namun demikian, hanya klinik IMS yang mendekati populasi berisiko tinggi terletak di kawasan Sunan Kuning dan Gambilangu (GBL). “Kemudahan layanan kesehatan dan jangkauan lebih luas memicu penurunan kasus kematian,” ucapnya.
Di Kabupaten Kendal, kasus AIDS/HIV di daerah ini terbanyak ditemukan di lokalisasi Gambilangu maupun Alaska (Alas Karet). Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Kendal Mochammad Rozi menuturkan, pekerja seks komersial (PSK) masih berada di peringkat atas dalam penyebaran penyakit mematikan ini.
“Namun, yang perlu ditanggulangi juga pada laki-laki yang menjadi pelanggan PSK. Sebab, laki-laki ini biasanya tidak hanya berlangganan di satu PSK saja, sehingga jika terjangkit HIV/AIDS akan menyebarkan ke PSK lain ataupun istrinya sendiri,” tandasnya. Direktur LSM Graha Mitra Jateng Yoyok berpendapat, jalur pantura merupakan jalur lokalisasi terpanjang di Indonesia. Jalur itu terbentang di sepanjang utara Pulau Jawa.
“Dan yang menyebabkan banyaknya kasus HIV/AIDS dikarenakan sopir truk itu banyak yang tidak terdeteksi karena mereka datang, singgah sebentar, dan pergi lagi. Sehingga kontrol terhadap penyakit itu sulit dilakukan,” paparnya.
Hendrati hapsari/ Wikha setiawan
(ars)