Sebelum Sekolah Ambruk, Terdengar Suara Gemuruh
A
A
A
SAMPANG - Ambruknya gedung SMPN I Sampang, Madura, Jawa Timur, menyisakan duka mendalam bagi para siswa dan guru yang menjadi korban. Pasalnya, ketika musibah ambrolnya sekolah, siswa sedang berada dalam ruang kelas.
Peristiwa memilukan itu juga tidak mudah dilupakan salah satu guru SMPN 1 Sampang yakni Nur Rahman.
Sebab, saat kejadian pria yang mengajar Bahasa Indonesia sedang berada dalam kelas. Saat itu dia baru selesai mengajar di kelas 7 H (kelas yang ambruk).
Maklum, bel istirahat sudah berbunyi. Namun, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atap gedung sekolah.
Kemudian genting dan kayu langsung berjatuhan ke dalam kelas yang banyak siswa. Para siswa tidak sempat keluar karena kejadiannya sangat cepat.
"Saat itu, saya meminta pada siswa supaya merapat ke dekat tembok agar terhindar dari reruntuhan genting dan kayu. Para siswa berteriak histeris, ada pula yang menangis karena ketakutan saat kejadian," ungkap Nur Rahman, Sabtu (29/11/2014).
Menurutnya, ada siswa yang selamat dari reruntuhan bangunan. Namun, ada juga siswa yang terkena reruntuhan genting dan kayu. Setelah bangunan yang runtuh di kelas 7 H selesai, dirinya bersama siswa keluar kelas.
"Lalu saya masuk ke kelas 7 G, yang lokasinya berdekatan dengan kelas 7 H. Disitu saya menggendong siswa yang terjebak di dalam kelas karena tetimpa bangunan dan terluka. Ini baju saya dipenuhi dengan darah siswa yang terluka," ujarnya.
Selanjutnya, sambung Nur Rahman, dia membawa siswa yang terluka itu ke rumah sakit dengan menaiki mobil.
Dirinya mengaku tidak menyangka atap gedung akan ambruk. Sebab, selama ini kondisinya baik-baik saja.
"Saat kejadian juga tidak sedang turun hujan dan tidak ada angin. Semoga siswa yang terluka cepat sembuh," tandasnya.
Peristiwa memilukan itu juga tidak mudah dilupakan salah satu guru SMPN 1 Sampang yakni Nur Rahman.
Sebab, saat kejadian pria yang mengajar Bahasa Indonesia sedang berada dalam kelas. Saat itu dia baru selesai mengajar di kelas 7 H (kelas yang ambruk).
Maklum, bel istirahat sudah berbunyi. Namun, tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atap gedung sekolah.
Kemudian genting dan kayu langsung berjatuhan ke dalam kelas yang banyak siswa. Para siswa tidak sempat keluar karena kejadiannya sangat cepat.
"Saat itu, saya meminta pada siswa supaya merapat ke dekat tembok agar terhindar dari reruntuhan genting dan kayu. Para siswa berteriak histeris, ada pula yang menangis karena ketakutan saat kejadian," ungkap Nur Rahman, Sabtu (29/11/2014).
Menurutnya, ada siswa yang selamat dari reruntuhan bangunan. Namun, ada juga siswa yang terkena reruntuhan genting dan kayu. Setelah bangunan yang runtuh di kelas 7 H selesai, dirinya bersama siswa keluar kelas.
"Lalu saya masuk ke kelas 7 G, yang lokasinya berdekatan dengan kelas 7 H. Disitu saya menggendong siswa yang terjebak di dalam kelas karena tetimpa bangunan dan terluka. Ini baju saya dipenuhi dengan darah siswa yang terluka," ujarnya.
Selanjutnya, sambung Nur Rahman, dia membawa siswa yang terluka itu ke rumah sakit dengan menaiki mobil.
Dirinya mengaku tidak menyangka atap gedung akan ambruk. Sebab, selama ini kondisinya baik-baik saja.
"Saat kejadian juga tidak sedang turun hujan dan tidak ada angin. Semoga siswa yang terluka cepat sembuh," tandasnya.
(sms)