Tetap Lebih Mahal dari Pulau Jawa
A
A
A
PALEMBANG - Masyarakat di Sumatera khususnya Palembang harus menerima perbedaan harga BBM nonsubsidi pertamax yang lebih tinggi dari di Pulau Jawa. Sekalipun di Palembang terdapat kilang yang juga memproduksi pertamax, namun 70% bahan baku harus didatangkan dari Balongan, Jatim.
PT Pertamina Refenery Unit (RU) III Plaju menyatakan, tidak turunnya harga pertamax di Palembang atau Sumsel lebih disebabkan tingginya costbahan baku tersebut. “Di satu sisi memang kita (RU III) memproduksi BBM subsidi maupun nonsubsidi (pertamax), namun di sisi lain untuk mendapatkan nilai oktan tinggi, kita juga mendatangkan bahan baku dasar IOP dari Balongan sehingga memerlukan cost tinggi. Inilah yang menyebabkan kenapa harga pertamax di Palembang tidak sama dengan Jakarta,” kata GM RU III Mahendrata Sudibja di dam pingi Senior Manager Operating Manufacturing (SMOM) Dadi Sugiana, kemarin.
Pertamax merupakan salah satu produk unggulan Pertamina yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen sebagai pengganti BBM subsidi. Langkah Pertamina menurunkan harga per tamax, khususnya di Jakarta merupakan strategi bisnis untuk memenangkan kompetisi dengan para kompetitor seperti shell, total dan lainnya yang lebih dulu menurunkan harga pertamax.
“Khusus di Palembang, masyarakat belum begitu banyak me ngonsumsi pertamax yang terlihat dari rendahnya demand. Beda dengan di Pulau Jawa. Memang Pertamina yang mengeluarkan harga pertamax dengan mengacu pada harga internasional, namun cost yang dikeluarkan (tetap dihitung),” terangnya. Selama Januari hingga Oktober tahun 2014, masih kata dia, pihaknya berhasil merealisasikan produksi pertamax 19.000 kiloliter dengan stok cadangan pertamax di Keramasan mampu bertahan hingga 50 hari ke depan.
Bahkan dengan ketersediaan cadangan pertamax itu, pihaknya tidak memproduksi pertamax selama dua bulan ke depan. “Karena demand pertamax di Palembang kecil, kita tidak produksi selama dua bulan ke depan menginggat cadangan pertamax di Keramasan masih ada dan cukup untuk 50 hari ke depan,” jelasnya.
Sementara itu, Supply Chain Se ction Head Pertamina RU III, Antoni Doloksaribu menambahkan komponen bahan baku dasar untuk membuat pertamax didatangkan dari Jawa sehingga jarak dan waktu pengiriman bahan menambah cost produksi. “Sehingga wajar jika harga pertamax di Palembang dengan Jakarta berbeda. Itu karena beban cost produksi ditambah kompetisi ketat harga pertamax di Jakarta sehingga Pertamina ikut menyesuaikan,” tuturnya.
Seperti diketahui pertamax di Palembang hanya turun sebesar Rp250 menjadi Rp12.000 per liter. Harga tersebut jauh berbeda dengan Jakarta yang telah berada di bawah Rp10.000 per liter.
Darfian Jaya Suprana
PT Pertamina Refenery Unit (RU) III Plaju menyatakan, tidak turunnya harga pertamax di Palembang atau Sumsel lebih disebabkan tingginya costbahan baku tersebut. “Di satu sisi memang kita (RU III) memproduksi BBM subsidi maupun nonsubsidi (pertamax), namun di sisi lain untuk mendapatkan nilai oktan tinggi, kita juga mendatangkan bahan baku dasar IOP dari Balongan sehingga memerlukan cost tinggi. Inilah yang menyebabkan kenapa harga pertamax di Palembang tidak sama dengan Jakarta,” kata GM RU III Mahendrata Sudibja di dam pingi Senior Manager Operating Manufacturing (SMOM) Dadi Sugiana, kemarin.
Pertamax merupakan salah satu produk unggulan Pertamina yang dapat menjadi alternatif bagi konsumen sebagai pengganti BBM subsidi. Langkah Pertamina menurunkan harga per tamax, khususnya di Jakarta merupakan strategi bisnis untuk memenangkan kompetisi dengan para kompetitor seperti shell, total dan lainnya yang lebih dulu menurunkan harga pertamax.
“Khusus di Palembang, masyarakat belum begitu banyak me ngonsumsi pertamax yang terlihat dari rendahnya demand. Beda dengan di Pulau Jawa. Memang Pertamina yang mengeluarkan harga pertamax dengan mengacu pada harga internasional, namun cost yang dikeluarkan (tetap dihitung),” terangnya. Selama Januari hingga Oktober tahun 2014, masih kata dia, pihaknya berhasil merealisasikan produksi pertamax 19.000 kiloliter dengan stok cadangan pertamax di Keramasan mampu bertahan hingga 50 hari ke depan.
Bahkan dengan ketersediaan cadangan pertamax itu, pihaknya tidak memproduksi pertamax selama dua bulan ke depan. “Karena demand pertamax di Palembang kecil, kita tidak produksi selama dua bulan ke depan menginggat cadangan pertamax di Keramasan masih ada dan cukup untuk 50 hari ke depan,” jelasnya.
Sementara itu, Supply Chain Se ction Head Pertamina RU III, Antoni Doloksaribu menambahkan komponen bahan baku dasar untuk membuat pertamax didatangkan dari Jawa sehingga jarak dan waktu pengiriman bahan menambah cost produksi. “Sehingga wajar jika harga pertamax di Palembang dengan Jakarta berbeda. Itu karena beban cost produksi ditambah kompetisi ketat harga pertamax di Jakarta sehingga Pertamina ikut menyesuaikan,” tuturnya.
Seperti diketahui pertamax di Palembang hanya turun sebesar Rp250 menjadi Rp12.000 per liter. Harga tersebut jauh berbeda dengan Jakarta yang telah berada di bawah Rp10.000 per liter.
Darfian Jaya Suprana
(ftr)