Khawatir dengan Kondisi Pangan Tasikmalaya

Selasa, 25 November 2014 - 11:48 WIB
Khawatir dengan Kondisi Pangan Tasikmalaya
Khawatir dengan Kondisi Pangan Tasikmalaya
A A A
TASIKMALAYA - Uu mengaku, awalnya merasa khawatir dengan kondisi pangan di Kabupaten Tasikmalaya yang terancam krisis. Karena sejauh ini para petani umumnya kaum tua. Selama menjabat sebagai bupati dan ketua DPRD, belum pernah melihat ada kaum muda yang fokus di bidang pertanian.

“Namun sekarang saya merasa bangga dengan apa yang dilakukan pemuda ini. Masa depan pertanian Kabupaten Tasikmalaya semakin cerah karena ada generasi muda yang berkiprah di sektor ini. Diharapkan langkah ini diikuti desa dan kecamatan lainnya,” harapnya.

Komunitas Omega Telur sendiri diisi para pemua yang masih produktif, para pemuda ini dengan gigih menggeluti sektor pertanian agar nasib petani bisa semakin sejahtera. Mereka mencoba memadupadankan sektor pertanian dengan teknologi terkini. Meskipun menjadi seorang petani tetapi dilakukan dengan cara-cara modern. Untuk mengolah lahan tidak menggunakan cangkul tetapi sudah menggunakan traktor darat.

“Kalau memakai cangkul, anak muda akan gengsi, tetapi ketika sudah menggunakan teknologi ada kebanggan. Kami sama sekali tidak malu menjadi petani justru kami bangga jadi petani,” kata penggerak pertanian Komet Emul Mulyadi. Emul menjelaskan, di lahan seluas 2 hektare itu, bersama rekan-rekannya sengaja menanam jagung untuk memenuhi kebutuhan pakan 800 ekor ayam petelur yang dikembangkan di lokasi tersebut.

Setidaknya biaya pakan bisa terkurangi dengan pakan jagung dan terjadi evisiensi biaya. Bukan hanya itu, pakan pipilan ayam yang kerap terbuang percuma dimanfaatkan untuk pakan lele. Sehingga terjadi simbisosis matualisme. “Kalau hanya mengembangkan ayam petelur berat di biaya pakan, dengan model ini terjadi efisiensi yang lumayan besar,” jelasnya.

Contohnya, kata Emul, dari lahan seluas 2 hektare mampu menghasilkan jagung hingga 14 ton untuk satu kali musim panen yang bisa dimanfaatkan untuk pakan. Dalam setahun itu bisa sampai 3 kali tanam atau mampu menghasilkan 42 ton dalam setahun.

“Sedangkan kebutuhan jagung untuk pakan ayam 800 ekor dalam sebulan dibutuhkan 1.500 kg jagung. Artinya dalam setahun dibutuhkan 18.000 kg jagung atau 18 ton, sehingga kebutuhan jagung untuk pakan dengan lahan seluas dua hektare sudah terpenuhi, bahkan berlebih. Dengan demikian dengan pola integrasi yang dikembangkan Komet saat ini sudah mencapai swasembada pakan,” ujarnya.

Nanang Kuswara
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0760 seconds (0.1#10.140)