Siswa SDN Banen Menganggur
A
A
A
SUKABUMI - Sebanyak 55 orang siswa SDN Banen, Desa Buniwangi, Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, terpaksa harus menganggur di rumah masing-masing.
Kondisi itu menyusul ambruknya atap bangunan sekolah mereka akibat disapu angin kencang. Sudah empat hari terakhir ini, gedung SDN Banen selalu tampak sepi. Mulai dari pagi hing ga menjelang sore, tidak ada sedikit pun aktivitas belajar mengajar.
Gedung pendidikan yang terdiri dari lima lokal ini le bih cederung terlihat ter beng ka lai. Material keramik yang me lapisi lantai di setiap ruang ke las, kondisinya telah hampir se luruhnya rusak. Terlebih sejak memasuki mu sim penghujan, lantai di sekolah tersebut selalu digenangi air setinggi mata kaki. Kerusakan juga terjadi pada bagian plafon ruang kelas. Potongan kayu ber campur material genting dan eternit berserakan mengotori ruangan.
Kerusakan bangunan sekolah ini puncaknya ter jadi pada Senin lalu (17/11). Ba gian atap bangunan ambrol aki bat disapu angin kencang. Karena kondisi inilah, pihak penge lola SDN Banen memutuskan untuk meliburkan sementara para siswanya.
Saepuloh, 55, salah seorang warga menerangkan karena diliburkan dari masa sekolahnya, parasiswa yang mayoritas merupakan warga setempat ini, tidak sedikit yang memutuskan un tuk membantu pekerjaan orang taunya, seperti diantaranya membuat batu bata, bertani serta berjualan.
“Bukan cuma di tinggal oleh siswanya saja, tapi para guru juga jarang sekali men datangi sekolah itu. Sebab kon disinya bisa dikatakan sudah tidak layak lagi,” bebernya. Abdul Aziz, 11, salah se orang siswa SDN Banen me nga ku, sejak beberapa terakhir ini, dia maupun siswa lainnya tidak la gi pergi ke sekolah, bahkan sebagian siswa mengaku enggan untuk mengisi bangunan se ko lah tersebut karena khawatir ter kena puing bangunan yang ra wan ambruk.
“Lebih baik ban tu orang tua dia rumah,” ungkapnya. Alfaizan, siswa SDN Banen lainnya mengatakan, bangunan sekolahnya itu bukan hanya menga lami kerusakan pada bangunan nya saja, tetapi juga ke tersediaan ruang kelas yang layak digunakan sangat terbatas. Aki batnya tidak jarang, dua ke lompok siswa dari kelas berbeda ha rus belajar di dalam ruang ke las yang sama.
Toni Kamajaya
Kondisi itu menyusul ambruknya atap bangunan sekolah mereka akibat disapu angin kencang. Sudah empat hari terakhir ini, gedung SDN Banen selalu tampak sepi. Mulai dari pagi hing ga menjelang sore, tidak ada sedikit pun aktivitas belajar mengajar.
Gedung pendidikan yang terdiri dari lima lokal ini le bih cederung terlihat ter beng ka lai. Material keramik yang me lapisi lantai di setiap ruang ke las, kondisinya telah hampir se luruhnya rusak. Terlebih sejak memasuki mu sim penghujan, lantai di sekolah tersebut selalu digenangi air setinggi mata kaki. Kerusakan juga terjadi pada bagian plafon ruang kelas. Potongan kayu ber campur material genting dan eternit berserakan mengotori ruangan.
Kerusakan bangunan sekolah ini puncaknya ter jadi pada Senin lalu (17/11). Ba gian atap bangunan ambrol aki bat disapu angin kencang. Karena kondisi inilah, pihak penge lola SDN Banen memutuskan untuk meliburkan sementara para siswanya.
Saepuloh, 55, salah seorang warga menerangkan karena diliburkan dari masa sekolahnya, parasiswa yang mayoritas merupakan warga setempat ini, tidak sedikit yang memutuskan un tuk membantu pekerjaan orang taunya, seperti diantaranya membuat batu bata, bertani serta berjualan.
“Bukan cuma di tinggal oleh siswanya saja, tapi para guru juga jarang sekali men datangi sekolah itu. Sebab kon disinya bisa dikatakan sudah tidak layak lagi,” bebernya. Abdul Aziz, 11, salah se orang siswa SDN Banen me nga ku, sejak beberapa terakhir ini, dia maupun siswa lainnya tidak la gi pergi ke sekolah, bahkan sebagian siswa mengaku enggan untuk mengisi bangunan se ko lah tersebut karena khawatir ter kena puing bangunan yang ra wan ambruk.
“Lebih baik ban tu orang tua dia rumah,” ungkapnya. Alfaizan, siswa SDN Banen lainnya mengatakan, bangunan sekolahnya itu bukan hanya menga lami kerusakan pada bangunan nya saja, tetapi juga ke tersediaan ruang kelas yang layak digunakan sangat terbatas. Aki batnya tidak jarang, dua ke lompok siswa dari kelas berbeda ha rus belajar di dalam ruang ke las yang sama.
Toni Kamajaya
(bbg)