Terus Bersyukur dan Tak Banyak Menuntut
A
A
A
Tien Soepono (Tien) masih ingat betul perjuangan zaman dulu yang harus dilalui bersama suaminya maupun setelahnya. Meski demikian, Tien tak terlalu menuntut.
Selepas magrib, Rabu (5/11), KORAN SINDO menyambangi sebuah rumah yang terletak di Jalan Wonodri Baru 29, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Rumah itu merupakan kediaman Kamsitin Wasijatoel Chakiki Danoesiswojo. Perempuan berusia 91 tahun itu adalah istri dari mendiang Soepeno, yang merupakan Menteri Pembangunan dan Pemuda Tahun 1949 Kabinet Presidensil II (Menteri Penerangan Ad Interim).
Soepeno adalah Pahlawan Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden No 039/TK/ Tahun 1970 Tanggal 13 Juli 1970. Soepeno adalah menteri termuda dalam Kabinet Hatta. Gugur pada 24 Februari 1949 di Genter Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur karena dieksekusi Belanda. Menteri termuda pada Kabinet Hatta itu juga dianugerahi Bintang Maha Putra Kelas II secara anumerta.
Makamnya dipindahkan dari Desa Ganter, Nganjuk, Jawa Timur ke Makam Taman Bahagia Kusumanegara, Semaki Yogyakarta pada 24 Februari 1950. Di rumah sederhananya itu, Tien menyambut ramah. Meskipun pendengarannya sudah mulai menurun, tapi ingatannya masih kuat betul, termasuk artikulasi kata ketika bercerita juga masih sangat bagus. Meskipun sebagai orang yang berjasa besar bagi negara, Tien tak terlalu menuntut. Apalagi soal uang tali asih bagi janda pahlawan nasional.
“Tadi siang baru ada kunjungan dari provinsi (Pemerintah Provinsi Jateng) lewat Dinas Sosial. Memang ini rutin, beberapa hari sebelum Hari Pahlawan,” kata Tien yang lahir di Banjarnegara pada 19 Juni 1923 silam. Hari-hari tuanya, terutama menjelang peringatan Hari Pahlawan, dia ingat betul. Saat Soeharto masih sebagai presiden, Tien mengenang rutin diundang ke Istana Negara bersama janda-janda pahlawan lain.
Tien bercerita, di usia senjanya, masih aktif di kepanduan. Dia tercatat masih menjadi Pembina Pramuka Racana Universitas Diponegoro Semarang. Sekitar 5 tahunan lalu, sebelum pensiun, Tien juga masih menjadi dosen hukum dan bahasa Belanda di Undip dan Universitas Semarang.
Dari situ, dia juga mendapat pensiun sekarang. Sejarah mencatat, Soepeno muda merupakan konseptor berbagai perubahan dalam lembaga-lembaga negara. Dia juga bersama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang mengajukan gagasan kepada Soekarno-Hatta untuk mengadakan sidang KNIP.
Tien menceritakan, Soepeno menikahinya pada 1943. Dia merupakan pegawai Jawa Hokookai. Hingga pada 1947, Bung Hatta memimpin kabinet Presidensiil dan Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda.
Eka Setiawan
Kota Semarang
Selepas magrib, Rabu (5/11), KORAN SINDO menyambangi sebuah rumah yang terletak di Jalan Wonodri Baru 29, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Rumah itu merupakan kediaman Kamsitin Wasijatoel Chakiki Danoesiswojo. Perempuan berusia 91 tahun itu adalah istri dari mendiang Soepeno, yang merupakan Menteri Pembangunan dan Pemuda Tahun 1949 Kabinet Presidensil II (Menteri Penerangan Ad Interim).
Soepeno adalah Pahlawan Nasional sesuai dengan Keputusan Presiden No 039/TK/ Tahun 1970 Tanggal 13 Juli 1970. Soepeno adalah menteri termuda dalam Kabinet Hatta. Gugur pada 24 Februari 1949 di Genter Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur karena dieksekusi Belanda. Menteri termuda pada Kabinet Hatta itu juga dianugerahi Bintang Maha Putra Kelas II secara anumerta.
Makamnya dipindahkan dari Desa Ganter, Nganjuk, Jawa Timur ke Makam Taman Bahagia Kusumanegara, Semaki Yogyakarta pada 24 Februari 1950. Di rumah sederhananya itu, Tien menyambut ramah. Meskipun pendengarannya sudah mulai menurun, tapi ingatannya masih kuat betul, termasuk artikulasi kata ketika bercerita juga masih sangat bagus. Meskipun sebagai orang yang berjasa besar bagi negara, Tien tak terlalu menuntut. Apalagi soal uang tali asih bagi janda pahlawan nasional.
“Tadi siang baru ada kunjungan dari provinsi (Pemerintah Provinsi Jateng) lewat Dinas Sosial. Memang ini rutin, beberapa hari sebelum Hari Pahlawan,” kata Tien yang lahir di Banjarnegara pada 19 Juni 1923 silam. Hari-hari tuanya, terutama menjelang peringatan Hari Pahlawan, dia ingat betul. Saat Soeharto masih sebagai presiden, Tien mengenang rutin diundang ke Istana Negara bersama janda-janda pahlawan lain.
Tien bercerita, di usia senjanya, masih aktif di kepanduan. Dia tercatat masih menjadi Pembina Pramuka Racana Universitas Diponegoro Semarang. Sekitar 5 tahunan lalu, sebelum pensiun, Tien juga masih menjadi dosen hukum dan bahasa Belanda di Undip dan Universitas Semarang.
Dari situ, dia juga mendapat pensiun sekarang. Sejarah mencatat, Soepeno muda merupakan konseptor berbagai perubahan dalam lembaga-lembaga negara. Dia juga bersama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), yang mengajukan gagasan kepada Soekarno-Hatta untuk mengadakan sidang KNIP.
Tien menceritakan, Soepeno menikahinya pada 1943. Dia merupakan pegawai Jawa Hokookai. Hingga pada 1947, Bung Hatta memimpin kabinet Presidensiil dan Soepeno diangkat menjadi Menteri Pembangunan dan Pemuda.
Eka Setiawan
Kota Semarang
(ars)