Cuaca Indonesia Cocok untuk Virus Ebola

Selasa, 04 November 2014 - 17:57 WIB
Cuaca Indonesia Cocok untuk Virus Ebola
Cuaca Indonesia Cocok untuk Virus Ebola
A A A
BANDUNG - Cuaca negara Indonesia yang tropis dan cenderung hangat diklaim sebagai daerah yang cocok untuk pengembangan virus mematikan ebola.

Wakil Ketua Tim Penanggulangan Infeksi Khusus, Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Rudi Wisaksana mengatakan, virus ebola memang berkembang di cuaca yang hangat dan berpenduduk padat.

Meski virus ini sudah dikenal lama sejak tahun 1976 di Afrika, akan tetapi di beberapa negara Eropa nyatanya terjangkit virus ini dan menyebabkan Epidemi, seperti Spanyol dan Amerika.

“Di Amerika ada petugas kesehatan yang bahkan terkena virus ini dari pasiennya sendiri,” paparnya saat ditemui wartawan di RSHS Bandung, Selasa (4/11/2014).

Menurutnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menjadi reserfoar atau hewan pembawa dari virus mematikan ini.

Karena untuk bertahan hidup, menurut Rudi, virus ebola membutuhkan induk atau inang untuk tempatnya hidup, tanpa membuat hewan tersebut mati.

Dia menambahkan sejauh ini diduga virus ini berinduk di hewan kelelawar buah. Hal ini dikarenakan hewan kebanyakan berada di Afrika, dan masyarakat di sana memiliki kebiasaan memakan daging hewan kelelawar.

Virus ini pun disinyalir sangat mudah menular pada hewan primate maupun manusia.

“Di beberapa negara dengan percobaan kera, seperti Filipina, ditemukan bahwa virus ini menyebabkan kera mati,” bebernya.

Rudi menjelaskan, virus ini menular melalui kontak langsung, terutama lewat cairan tubuh, seperti keringat, darah, air liur, dan sebagainya.

Ciri-ciri penderita awalnya pun seperti orang yang sakit demam tinggi, seperti demam hebat, sakit kepala, ruam, dan bahkan pendarahan. Menurutnya, virus ini memiliki masa inkubasi selama 2 hingga 21 hari dalam tubuh manusia.

Dia menyarankan jika masyarakat melihat ada seseorang yang memiliki ciri-ciri tersebut selama kurun waktu 3 minggu, dan sebelumnya berada di Afrika, sebaiknya segera di periksakan di rumah sakit.

Lantaran virus ini baru bisa terdeteksi jika ia sudah selama satu minggu diperiksa darahnya.
“Dan kita masih harus mengirimkan darahnya itu ke rumah sakit pusat di Jakarta,” jelasnya.

Hingga kini, kata Rudi, di Indonesia belum ada kasus yang positif terkena virus ebola. Adapun kasus orang yang diduga terkena virus ebola di Madiun, masih dianggap negatif.

Di diduga karena ia mengalami demam yang cukup tinggi dan selama 3 minggu belakangan dia pernah mengunjungi Afrika.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3642 seconds (0.1#10.140)