Letda Sujono Terendam
A
A
A
MEDAN - Hujan deras yang mengguyur Kota Medan Minggu (2/11) dini hari membuat puluhan rumah warga di Jalan Letda Sujono, Kelurahan Bandar Selamat, Medan Tembung terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 80 cm.
Menurut keterangan warga, air mulai mengalir ke permukiman warga sekitar pukul 04.00–05.00 WIB, setelah sejam sebelumnya turun hujan deras juga belum surut. Warga sekitar pun menjadi panik. Hingga sore, warga belum bisa tenang karena air masih menggenangi rumah mereka setinggi 30 cm.
“Air masuk ke rumah warga saat subuh. Genangan air ini disebabkan saluran drainase yang tidak maksimal dan tingginya curah hujan,” ungkap Sulaiman Lubis, warga setempat, kemarin, Sulaiman mengaku tidak maksimalnya drainase di kawasan tersebut sudah lama terjadi. Meski demikian, hingga kini belum ada upaya pembenahan maupun perbaikan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Kota Medan. Akibatnya, warga setempat selalu langganan banjir setiap kali hujan deras turun.
“Kami berharap ada perbaikan dilakukan oleh Pemko Medan. Sebab, persoalan ini sudah menyangkut kenyamanan warga. Apabila hujan deras turun, genangan air di sini pasti tinggi,” ungkapnya. Rini, warga Jalan Letda Sujono, mengaku rumahnya sudah tergenang banjir sejak pagi. Hingga pukul 17.00 WIB, air juga belum surut lantaran hujan kembali mengguyur kawasan itu.
Menurut dia, kawasan ini menjadi sasaran banjir jika hujan deras lantaran drainasenya bermasalah dan kecil. Hal senada dikatakan warga Jalan Letda Sujono lainnya, Yuhairiah. “Di sini kalau rumahnya tidak ditinggikan mencapai 1 meter tetap menjadi sasaran banjir. Seharian ini sudah banyak kendaraan melintas tibatiba mogok. Jalan ini sangat ramai dilintasi warga, tapi kenapa begini masih saja dibiarkan menjadi langganan banjir,” katanya.
Sekretaris Camat Medan Tembung, Chandra Dalimunthe, membenarkan kawasan itu sudah sejak lama menjadi langganan banjir. Warga sekitar maupun yang melintas sudah sering menyampaikan keluhannya kepada pihak kecamatan. Untuk menyahuti keluhan masyarakat itu, pihaknya sudah berkali-kali menyurati Dinas PU Bina Marga Kota Medan agar segera memperbaiki drainasenya.
“Kami berharap permasalahan banjir ini dicari solusinya. Karena masyarakat sangat terganggu dengan kondisi seperti ini. Walaupun kita gotong- royong membersihkan drainasenya masih tetap banjir,” ujarnya. Selain menggenangi rumah warga, air setinggi 30 cm, banjir juga merendam Jalan Letda Sujodo.
Arus lalu lintas di sepanjang jalan yang menghubungkan Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang dengan Kota Medan ini tersendat karena pengendara harus ekstra hati-hati menerobos banjir. Sepeda motor dan mobil yang melintas di jalan ini bisa mogok jika mesinnya terendam air.
Kepala Bidang Drainase, Dinas PU Bina Marga Kota Medan Yusdartono mengakui kondisi drainase di kawasan Letda Sujono tidak maksimal, terutama di dekat pintu masuk tol. Apabila hujan deras, ketinggian air bisa mencapai 60–80 cm.
“Kami akui kawasan itu kerap teredam air. Hal ini dikarenakan saluran drainase tidak maksimal. Pernah dilakukan pembenahan, tapi tidak bertahan lama. Kondisinya kembali seperti semula,” ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO MEDAN ,kemarin. Dia mengklaim tidak maksimalnya drainase di kawasan itu akibat aliran untuk pembuangan air sebagian melintasi kawasan Deliserdang.
Yang masuk kawasan Deliserdang juga telah mengalami penyempitan. Dia mencontohkan aliran pembuangan air ke Sungai Denai yang harus melewati Bendungan Benteng Hilir dan Paya Pinang. Kedua kawasan sudah masuk wilayah Deliserdang, sedangkan aliran untuk pembuangan air di kawasan itu sudah mengalami penyempitan.
Apabila aliran untuk pembuanganair yang masuk kawasan Kota Medan dimaksimalkan, akan terbentur kawasan Deliserdang. Jadi, kondisinya memang berbeda dengan beberapa tahun lalu, di mana saluran drainase, baik yang masuk kawasan Kota Medan dan Deliserdang masih maksimal. Namun, belakangan ini terjadi penyempitan, terlebih lagi banyaknya pembangunan perumahan di atas tanah garapan milik PTPN. Salah satunya perumahan Citraland.
“Kami mau benahi, tapi sebagian masuk kawasan Deliserdang. Tidak mungkin kami membenahi yang masuk daerah lain. Makanya, menjadi percuma. Kalau boleh jujur, kami sudah pusing membenahinya karenasudahmentok,” ungkapnya. Begitu juga dengan kawasan di dekat pintu masuk tol Jalan Letda Sudjono. Aliran pembuangan air sudah masuk kawasan Deliserdang. Padahal pengelolaan tol bukan tanggung jawab Pemko Medan.
Karena itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemprov Sumut secara lisan maupun melalui surat agar menjembatani pertemuan Pemko Medan dengan Pemkab Deliserdang supaya duduk bersama menyelesaikan masalah ini. Tanpa keterlibatan dua belah pihak, persoalan ini tidak akan bisa diselesaikan.
Begitu juga di depan pintu masuk tol, mereka sudah mengusulkan ke Pemprov Sumut untuk memperbesar drainase dan parit di sana sehingga jalan air lebih maksimal. Pemko Medan tidak akan sanggup melakukannya sendirian.
Reza Shahab/ Irwan Siregar
Menurut keterangan warga, air mulai mengalir ke permukiman warga sekitar pukul 04.00–05.00 WIB, setelah sejam sebelumnya turun hujan deras juga belum surut. Warga sekitar pun menjadi panik. Hingga sore, warga belum bisa tenang karena air masih menggenangi rumah mereka setinggi 30 cm.
“Air masuk ke rumah warga saat subuh. Genangan air ini disebabkan saluran drainase yang tidak maksimal dan tingginya curah hujan,” ungkap Sulaiman Lubis, warga setempat, kemarin, Sulaiman mengaku tidak maksimalnya drainase di kawasan tersebut sudah lama terjadi. Meski demikian, hingga kini belum ada upaya pembenahan maupun perbaikan yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Kota Medan. Akibatnya, warga setempat selalu langganan banjir setiap kali hujan deras turun.
“Kami berharap ada perbaikan dilakukan oleh Pemko Medan. Sebab, persoalan ini sudah menyangkut kenyamanan warga. Apabila hujan deras turun, genangan air di sini pasti tinggi,” ungkapnya. Rini, warga Jalan Letda Sujono, mengaku rumahnya sudah tergenang banjir sejak pagi. Hingga pukul 17.00 WIB, air juga belum surut lantaran hujan kembali mengguyur kawasan itu.
Menurut dia, kawasan ini menjadi sasaran banjir jika hujan deras lantaran drainasenya bermasalah dan kecil. Hal senada dikatakan warga Jalan Letda Sujono lainnya, Yuhairiah. “Di sini kalau rumahnya tidak ditinggikan mencapai 1 meter tetap menjadi sasaran banjir. Seharian ini sudah banyak kendaraan melintas tibatiba mogok. Jalan ini sangat ramai dilintasi warga, tapi kenapa begini masih saja dibiarkan menjadi langganan banjir,” katanya.
Sekretaris Camat Medan Tembung, Chandra Dalimunthe, membenarkan kawasan itu sudah sejak lama menjadi langganan banjir. Warga sekitar maupun yang melintas sudah sering menyampaikan keluhannya kepada pihak kecamatan. Untuk menyahuti keluhan masyarakat itu, pihaknya sudah berkali-kali menyurati Dinas PU Bina Marga Kota Medan agar segera memperbaiki drainasenya.
“Kami berharap permasalahan banjir ini dicari solusinya. Karena masyarakat sangat terganggu dengan kondisi seperti ini. Walaupun kita gotong- royong membersihkan drainasenya masih tetap banjir,” ujarnya. Selain menggenangi rumah warga, air setinggi 30 cm, banjir juga merendam Jalan Letda Sujodo.
Arus lalu lintas di sepanjang jalan yang menghubungkan Desa Tembung, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang dengan Kota Medan ini tersendat karena pengendara harus ekstra hati-hati menerobos banjir. Sepeda motor dan mobil yang melintas di jalan ini bisa mogok jika mesinnya terendam air.
Kepala Bidang Drainase, Dinas PU Bina Marga Kota Medan Yusdartono mengakui kondisi drainase di kawasan Letda Sujono tidak maksimal, terutama di dekat pintu masuk tol. Apabila hujan deras, ketinggian air bisa mencapai 60–80 cm.
“Kami akui kawasan itu kerap teredam air. Hal ini dikarenakan saluran drainase tidak maksimal. Pernah dilakukan pembenahan, tapi tidak bertahan lama. Kondisinya kembali seperti semula,” ujarnya saat dihubungi KORAN SINDO MEDAN ,kemarin. Dia mengklaim tidak maksimalnya drainase di kawasan itu akibat aliran untuk pembuangan air sebagian melintasi kawasan Deliserdang.
Yang masuk kawasan Deliserdang juga telah mengalami penyempitan. Dia mencontohkan aliran pembuangan air ke Sungai Denai yang harus melewati Bendungan Benteng Hilir dan Paya Pinang. Kedua kawasan sudah masuk wilayah Deliserdang, sedangkan aliran untuk pembuangan air di kawasan itu sudah mengalami penyempitan.
Apabila aliran untuk pembuanganair yang masuk kawasan Kota Medan dimaksimalkan, akan terbentur kawasan Deliserdang. Jadi, kondisinya memang berbeda dengan beberapa tahun lalu, di mana saluran drainase, baik yang masuk kawasan Kota Medan dan Deliserdang masih maksimal. Namun, belakangan ini terjadi penyempitan, terlebih lagi banyaknya pembangunan perumahan di atas tanah garapan milik PTPN. Salah satunya perumahan Citraland.
“Kami mau benahi, tapi sebagian masuk kawasan Deliserdang. Tidak mungkin kami membenahi yang masuk daerah lain. Makanya, menjadi percuma. Kalau boleh jujur, kami sudah pusing membenahinya karenasudahmentok,” ungkapnya. Begitu juga dengan kawasan di dekat pintu masuk tol Jalan Letda Sudjono. Aliran pembuangan air sudah masuk kawasan Deliserdang. Padahal pengelolaan tol bukan tanggung jawab Pemko Medan.
Karena itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pemprov Sumut secara lisan maupun melalui surat agar menjembatani pertemuan Pemko Medan dengan Pemkab Deliserdang supaya duduk bersama menyelesaikan masalah ini. Tanpa keterlibatan dua belah pihak, persoalan ini tidak akan bisa diselesaikan.
Begitu juga di depan pintu masuk tol, mereka sudah mengusulkan ke Pemprov Sumut untuk memperbesar drainase dan parit di sana sehingga jalan air lebih maksimal. Pemko Medan tidak akan sanggup melakukannya sendirian.
Reza Shahab/ Irwan Siregar
(ars)