Diambil Sampel Darah Ulang, Pasien Suspect Ebola Membaik

Senin, 03 November 2014 - 09:03 WIB
Diambil Sampel Darah Ulang, Pasien Suspect Ebola Membaik
Diambil Sampel Darah Ulang, Pasien Suspect Ebola Membaik
A A A
KEDIRI - Kondisi kesehatan pasien suspect virus ebola di RSUD Pare Kabupaten Kediri berangsur membaik. Nyeri tenggorokan yang dikeluhkan GN pria berusia 45 tahun itu telah berkurang.

Begitu juga dengan suhu tubuh yang sebelumnya mencapai 38 derajat celcius, turun menjadi 37 derajat celcius.
Gejala bagus tersebut juga diikuti kembalinya fungsi liver dan ginjal yang mendekati normal.

Kendati demikian tim kesehatan Provinsi Jawa Timur melakukan pengambilan sampel darah dan urine ulang seperti yang berlangsung Jumat dan Sabtu (31 Oktober-1 November 2014) lalu.

"Pengambilan sampel dilakukan empat orang petugas. Hasil uji lab langsung dikirim ke Jakarta. Secara umum kondisi pasien berangsur baik, " ujar Kepala Bidang Pelayanan RSUD Pare Kediri dr Widiastomo kepada wartawan.

Menurut Widiastomo, perkembangan kesehatan yang relatif membaik tersebut hanya menjelaskan kondisi tubuh pasien.

Mengenai kepastian ada tidaknya virus ebola, tim kesehatan Kementerian Kesehatan di Jakarta yang akan menjelaskan secara terpisah.

"Saat ini pasien masih dirawat ruang isolasi Melati dan belum bisa menerima kunjungan, " pungkasnya.

Sementara itu menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kemenkes RI, HM Subuh dalam surat elektronik yang dikirimkan ke Sindonews menjelaskan, saat ini Kemenkes terus memantau kondisi pasien GN, di mana saat ini kondisinya telah stabil dan membaik.

Adapun kronologi kepulangan pasien suspect Ebola ini, kata HM Subuh, yaitu pada Minggu, 26 Oktober 2014, sejumlah 28 orang TKI kembali dari Liberia setelah menyelesaikan pekerjaannya, termasuk diantaranya GN dan 2 TKI lainnya berasal dari Kediri.

Sebagai bentuk kewaspadaan dan pencegahan terhadap penyebaran virus Ebola, sejak 6 hari sebelum kepulangan, GN dan rekan-rekannya menjalani karantina di Liberia.

Begitu pula setibanya di Jakarta, mereka juga menjalani 1 hari karantina sebagai bentuk pengawasan di pintu masuk Tanah Air. Setelah 7 hari pengawasan, mereka pun melanjutkan perjalanan ke kampung halaman masing-masing.

“Setelah sampai di Kediri, dilaksanakan pengamatan oleh tenaga kesehatan Puskesmas Bendo. Sampai saat ini pengamatan sudah dilaksanakan 11 hari dari rencana pengamatan selama 21 hari, " ujar HM Subuh.

Pada Selasa, 28 Oktober 2014, GN merasakan nyeri saat menelan. Hal tersebut dikarenakan kondisi keluarganya yang sedang batuk dan demam.

Pada 30 Oktober 2014, GN lalu memeriksakan diri ke Puskesmas Bendo, Kecamatan Kediri, dengan gejala demam (suhu tubuh mencapai 38,6° C), nyeri telan, nyeri sendi, dan batuk.

Pada saat itu juga, GN langsung dirujuk ke RS Umum Pare dengan diagnosis Acute Febrile Illness (demam) dan lebih dicurigai Paryngitis Acute. Mengingat pasien memiliki riwayat pulang dari daerah endemis Ebola, maka pihak RS memutuskan untuk merawat pasien di ruang isolasi.

Gejala klinis suhu tubuh GN sempat mencapai 38,6° C, akan tetapi gejala klinis lainnya belum terlihat seperti pendarahan, anorexia dan muntah tidak ada.

“Sabtu pagi (1/11), suhu tubuh pasien menjadi 37,3° C dan sudah tidak ada keluhan termasuk nyeri telan. Sampai dengan berita ini dikeluarkan kondisinya semakin membaik," tutur HM Subuh.

Spesimen darah GN, kata dia, sudah diambil Kemenkes RI dan sedang dikirim ke Jakarta untuk diteliti lebih lanjut dan hasilnya masih menunggu konfirmasi pemeriksaan laboratorium.

Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenkes Murti Utami mengatakan, Kemenkes RI juga memberikan masukan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan universal precaution guna mencegah penularan terhadap tenaga kesehatan.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5812 seconds (0.1#10.140)