Bisnis Mampet, Pelaku Usaha Menjerit
A
A
A
SELAIN warga, yang paling merasakan pukulan adalah pa ra pelaku usaha.
Pemadaman yang dilakukan PLN da lam sepekan terakhir me nyiksa dunia usaha dan pengelola tempat keramaian pu blik di Kota Palembang. Mereka mengalami kerugian cu kup besar lantaran meningkatnya beban biaya ope rasional.
“Hampir semua sektor usa - ha menderita kerugian akibat pemadaman listrik se cara ber - gi liran. Apalagi menje lang akhir tahun okupansi hotel sedang bertumbuh. Jelas pemadaman sangat meng gang gu pelayanan terhadap konsumen,” kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel Herlan Aspiudin kepada KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin.
Menurut dia, kualitas kenyamanan hotel tergantung pasokan listrik. Belum lagi terjadinya pemadaman berdam pak terhadap kerusakan peralatan elektronik seperti kompresor AC, sound system, kulkas kitchen, dan kulkas minibar. “Matinya listrik juga kerap mengganggu acara yang sedang berlangsung di hotel pada saat peralihan antara listrik PLN dengan gen set hotel sehingga presentasi mereka terhenti seketika,” jelasnya.
PHRI ber - ha rap, PLN komit melayani masyarakat dan profesional dalam menjalankan tugas tan pa adanya keluhan. Di tempat terpisah, General Manager Hotel Rio Palembang Khoiron mengakui kon - di si ini cukup berpengaruh terhadap operasional, terlebih pemadaman listrik yang memengaruhi distribusi dan air bersih sama-sama dibutuhkan. Pihaknya bahkan harus menyiapkan stok air bersih dari mobil tanki untuk cadangan dua hingga tiga hari ke depan.
“Dua hari ini kami sudah membeli air ber sih kisaran 2.500 liter. Tentu ini akan menambah biaya operasional. Namun, untuk kenyamanan terus diupaya kan membeli agar tamu tetap terlayani,” katanya. Sementara, bahan bakar genset yang digunakan hotel di rasakan kian memberatkan. Bahan bakar solar tersebut tidak terlalu efektif untuk operasional hotel, apa - lagi listrik padam cukup lama.
“Beli solar juga memerlukan waktu,” tandasnya. Sementara, Manajer Komunikasi Mal Palembang Icon Hendra menambahkan, sejak listrik kerap padam dalam beberapa hari terakhir dan terparah kemarin, pihaknya tetap berusaha menjaga kenyamanan para pengunjung dengan memasti - kan fasilitas tetap beroperasi sebagaimana mestinya.
“Mal sangat membutuhkan pasokan listrik yang cukup teruta ma pada pendingin ruangan dan penerangan, makanya kalau listrik mati kami mengandalkan genset,” sebutnya. Kendati ada genset untuk menyuplai arus listrik, lanjut dia, tetap saja mengganggu karena membebani biaya operasional mal. “Kalau listrik PLN lama padam, maka risiko lainnya adalah mesin genset harus bekerja lebih eks tra. Impact-nya genset ke mungkinan mengalami kerusakan dan terpaksa harus diganti dengan memakan biaya investasi yang lebih besar lagi,” terangnya.
Sementara itu, Herman, pemilik dan pengelola mesin foto ko pi di kawasan 24 Ilir Palembang ju ga men jerit dengan pemada man yang sering terjadi. Menu rutnya, PLN di tahun 2014 telah be berapa kali menaikkan tarif, dan juga bebepera hari lalu meng gelar peringat an hari Listrik Na sional, namun pemadaman se makin sering. “Kalau sesekali mungkin ma sih bisa kita maklumi, tetapi kalau sudah sering ini jelas merugikan bagi kita masyarakat Palembang. Matinya listrik banyak pekerjaan yang ter ganggu dan merusak mesin elektronik,” keluh Herman kemarin.
Menurut dia, PLN dalam membuat kebijakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) terus dila - ku kan, tetapi untuk pelayanan sendiri tidak diperhatikan. Alasan yang diberikan selalu saja hal klasik, gangguan ini dan itu dan juga alatnya yang sudah tua. “Mereka dengan mudah menang gapi ini (seringnya pemadaman listrik), tetapi mereka tidak memerhatikan dampak yang dirasakan masyarakat dari se ringnya listrik padam,” ujarnya.
Lanjut Herman, di awal pemerintahan Jokowi-JK, persoalan listrik semestinya juga harus diperhatikan. Apalagi Sumsel, sebagai pemasok energi untuk daerah lain harusnya pelayanan yang diterima jauh lebih baik. “Bukan sebaliknya, justru daerah yang disuplai listrik lebih baik dari daerah penyuplai,” ketusnya. Hal serupa dikeluhkan Hendra, warga KH Azhari, Bukit Kecil, Palembang. Ia menilai, semakin lama pelayanan listrik dirasakannya tidak optimal.
Terkadang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah, dengan pelayanan yang diterima. “Pe merintah selalu saja memamerkan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang terkandung di daerah ini. Tetapi, tidak bisa memikul beban listrik,” ucapnya.
Darfian js/ Sierra s/Ibrahim
Pemadaman yang dilakukan PLN da lam sepekan terakhir me nyiksa dunia usaha dan pengelola tempat keramaian pu blik di Kota Palembang. Mereka mengalami kerugian cu kup besar lantaran meningkatnya beban biaya ope rasional.
“Hampir semua sektor usa - ha menderita kerugian akibat pemadaman listrik se cara ber - gi liran. Apalagi menje lang akhir tahun okupansi hotel sedang bertumbuh. Jelas pemadaman sangat meng gang gu pelayanan terhadap konsumen,” kata Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel Herlan Aspiudin kepada KORAN SINDO PALEMBANG, kemarin.
Menurut dia, kualitas kenyamanan hotel tergantung pasokan listrik. Belum lagi terjadinya pemadaman berdam pak terhadap kerusakan peralatan elektronik seperti kompresor AC, sound system, kulkas kitchen, dan kulkas minibar. “Matinya listrik juga kerap mengganggu acara yang sedang berlangsung di hotel pada saat peralihan antara listrik PLN dengan gen set hotel sehingga presentasi mereka terhenti seketika,” jelasnya.
PHRI ber - ha rap, PLN komit melayani masyarakat dan profesional dalam menjalankan tugas tan pa adanya keluhan. Di tempat terpisah, General Manager Hotel Rio Palembang Khoiron mengakui kon - di si ini cukup berpengaruh terhadap operasional, terlebih pemadaman listrik yang memengaruhi distribusi dan air bersih sama-sama dibutuhkan. Pihaknya bahkan harus menyiapkan stok air bersih dari mobil tanki untuk cadangan dua hingga tiga hari ke depan.
“Dua hari ini kami sudah membeli air ber sih kisaran 2.500 liter. Tentu ini akan menambah biaya operasional. Namun, untuk kenyamanan terus diupaya kan membeli agar tamu tetap terlayani,” katanya. Sementara, bahan bakar genset yang digunakan hotel di rasakan kian memberatkan. Bahan bakar solar tersebut tidak terlalu efektif untuk operasional hotel, apa - lagi listrik padam cukup lama.
“Beli solar juga memerlukan waktu,” tandasnya. Sementara, Manajer Komunikasi Mal Palembang Icon Hendra menambahkan, sejak listrik kerap padam dalam beberapa hari terakhir dan terparah kemarin, pihaknya tetap berusaha menjaga kenyamanan para pengunjung dengan memasti - kan fasilitas tetap beroperasi sebagaimana mestinya.
“Mal sangat membutuhkan pasokan listrik yang cukup teruta ma pada pendingin ruangan dan penerangan, makanya kalau listrik mati kami mengandalkan genset,” sebutnya. Kendati ada genset untuk menyuplai arus listrik, lanjut dia, tetap saja mengganggu karena membebani biaya operasional mal. “Kalau listrik PLN lama padam, maka risiko lainnya adalah mesin genset harus bekerja lebih eks tra. Impact-nya genset ke mungkinan mengalami kerusakan dan terpaksa harus diganti dengan memakan biaya investasi yang lebih besar lagi,” terangnya.
Sementara itu, Herman, pemilik dan pengelola mesin foto ko pi di kawasan 24 Ilir Palembang ju ga men jerit dengan pemada man yang sering terjadi. Menu rutnya, PLN di tahun 2014 telah be berapa kali menaikkan tarif, dan juga bebepera hari lalu meng gelar peringat an hari Listrik Na sional, namun pemadaman se makin sering. “Kalau sesekali mungkin ma sih bisa kita maklumi, tetapi kalau sudah sering ini jelas merugikan bagi kita masyarakat Palembang. Matinya listrik banyak pekerjaan yang ter ganggu dan merusak mesin elektronik,” keluh Herman kemarin.
Menurut dia, PLN dalam membuat kebijakan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) terus dila - ku kan, tetapi untuk pelayanan sendiri tidak diperhatikan. Alasan yang diberikan selalu saja hal klasik, gangguan ini dan itu dan juga alatnya yang sudah tua. “Mereka dengan mudah menang gapi ini (seringnya pemadaman listrik), tetapi mereka tidak memerhatikan dampak yang dirasakan masyarakat dari se ringnya listrik padam,” ujarnya.
Lanjut Herman, di awal pemerintahan Jokowi-JK, persoalan listrik semestinya juga harus diperhatikan. Apalagi Sumsel, sebagai pemasok energi untuk daerah lain harusnya pelayanan yang diterima jauh lebih baik. “Bukan sebaliknya, justru daerah yang disuplai listrik lebih baik dari daerah penyuplai,” ketusnya. Hal serupa dikeluhkan Hendra, warga KH Azhari, Bukit Kecil, Palembang. Ia menilai, semakin lama pelayanan listrik dirasakannya tidak optimal.
Terkadang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemerintah, dengan pelayanan yang diterima. “Pe merintah selalu saja memamerkan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang terkandung di daerah ini. Tetapi, tidak bisa memikul beban listrik,” ucapnya.
Darfian js/ Sierra s/Ibrahim
(ars)