Guru Agama Nyatakan Tindak Kekerasan Sering Terjadi di SD Trisula
A
A
A
BUKITTINGGI - Guru agama Sekolah Dasar (SD) Trisula Perwari, Darmunya menyatakan tindak kekerasan di SD tersebut memang sering kali terjadi.
Bahkan Darmunya mengaku kalau Dhiya Aisyah Nabila (DAN) yang sudah pernah tak naik kelas itu selalu lari minta perlindungan kepadanya jika teman-teman menjahilinya.
“Anak ini (DAN) sering juga diganggu oleh temannya. Anak itu langsung merapat kepada saya, saya lindungi supaya jangan sampai kena pukul, pernah juga saya tanyakan kenapa dia kok sering kamu pukul, “ kata Darmunya kepada wartawan, Selasa (14/10/2014).
Namun Darmunya membantah kalau peristiwa kekerasan yang terekam video di sekolah tersebut terjadi pada saat jam pelajaran agama.
Darmunya menyatakan, selama proses belajar mengajar di jam pelajarannya dia tidak pernah meninggalkan murid di lokal ataupun ruangan musala.
Menurut Darmunya, pada hari itu proses balajar mengajar agama memang di dalam musala karena lokal 5A digunakan oleh majelis guru untuk musyawarah guru mata pelajaran se Kota Bukittinggi.
Namun Darmunya tidak habis pikir kenapa dia yang dipojokkan dalam masalah kekerasan ini. Menurutnya kejadian kekerasan itu tidak saat jam pelajarannnya.
Darmunya juga telah menyampaikan kepada semua siswa yang suka mengganggu DAN bahwa hal tersebut tidak baik dan tidak cocok dengan perilaku seorang pelajar.
Duru agama ini mengaku mengajar agama di sekolah tersebut hanya enam jam untuk menambah jumlah jam pelajaran sebagai syarat sertifikasi guru. Dia sendiri berstatus sebagai guru agama tetap di SMP Negeri 2 Lambah, Kabupaten Agam.
Sebelumnya Kepala Sekolah SD Trisula Perwari saat rapat mendadak di Kantor Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, hari Minggu 12 Oktober lalu menyebutkan bahwa kejadian kekerasan yang direkam kamera ponsel terjadi, pada Kamis 18 September 2014 saat jam pelajaran agama yang dilakukan di dalam musala.
Bahkan Darmunya mengaku kalau Dhiya Aisyah Nabila (DAN) yang sudah pernah tak naik kelas itu selalu lari minta perlindungan kepadanya jika teman-teman menjahilinya.
“Anak ini (DAN) sering juga diganggu oleh temannya. Anak itu langsung merapat kepada saya, saya lindungi supaya jangan sampai kena pukul, pernah juga saya tanyakan kenapa dia kok sering kamu pukul, “ kata Darmunya kepada wartawan, Selasa (14/10/2014).
Namun Darmunya membantah kalau peristiwa kekerasan yang terekam video di sekolah tersebut terjadi pada saat jam pelajaran agama.
Darmunya menyatakan, selama proses belajar mengajar di jam pelajarannya dia tidak pernah meninggalkan murid di lokal ataupun ruangan musala.
Menurut Darmunya, pada hari itu proses balajar mengajar agama memang di dalam musala karena lokal 5A digunakan oleh majelis guru untuk musyawarah guru mata pelajaran se Kota Bukittinggi.
Namun Darmunya tidak habis pikir kenapa dia yang dipojokkan dalam masalah kekerasan ini. Menurutnya kejadian kekerasan itu tidak saat jam pelajarannnya.
Darmunya juga telah menyampaikan kepada semua siswa yang suka mengganggu DAN bahwa hal tersebut tidak baik dan tidak cocok dengan perilaku seorang pelajar.
Duru agama ini mengaku mengajar agama di sekolah tersebut hanya enam jam untuk menambah jumlah jam pelajaran sebagai syarat sertifikasi guru. Dia sendiri berstatus sebagai guru agama tetap di SMP Negeri 2 Lambah, Kabupaten Agam.
Sebelumnya Kepala Sekolah SD Trisula Perwari saat rapat mendadak di Kantor Dinas Pendidikan Kota Bukittinggi, hari Minggu 12 Oktober lalu menyebutkan bahwa kejadian kekerasan yang direkam kamera ponsel terjadi, pada Kamis 18 September 2014 saat jam pelajaran agama yang dilakukan di dalam musala.
(sms)