40 Desa di Purwakarta Dilanda Kekeringan

Senin, 13 Oktober 2014 - 07:32 WIB
40 Desa di Purwakarta Dilanda Kekeringan
40 Desa di Purwakarta Dilanda Kekeringan
A A A
PURWAKARTA - Musim kemarau tahun ini Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purwakarta mencatat 40 desa yang tersebar di 15 kecamatan mengalami kekeringan dan krisis air bersih.

"Data itu berdasarkan laporan yang kami terima baik dari masyarakat, aparat pemerintah desa serta aparat pemerintah kecamatan, kemudian dibuktikan pendataan di lapangan. Ternyata benar selain sulitnya air untuk lahan pertanian, warga juga mengalami kerisis air bersih," kata Kepala ESDM Purwakarta Wawan Tarsamana Setiawan, saat dihubungi, Minggu (12/10/2014).

Adapun beberapa kecamatan yang melaporkan dilanda kekeringan dan krisis air bersih tersebut yakni, Purwakarta Kota, Campaka, Cibatu, Bungursari, Jatiluhur, Babakan Cikao, Sukasari, Pasawahan, Pondok Salam, Kecamatan Bojong, Sukatani, Tegalwaru, Maniis, Plered dan Darangdan.

"Daerah-daerah yang rawan krisis air itu berada di wilayah dataran rendah dan daerah perbukitan," jelasnya.

Jumlah tersebut diakui Wawan, meningkat dibanding tahun lalu. Karena pada musim kemarau tahun lalu tercatat hanya 12 kecamatan yang dilanda kekeringan.

Kondisi ini membuat pihaknya kewalahan untuk melayani warga yang mengalami kerisis air bersih tersebut.

"Sebab, samapai saat ini kami dari Pemkab Purwakarta terus memasok bantuan air bersih kepada warga di daerah-daerah yang dilanda kekeringan. Bahkan kami pun meminta prusahaan baik yang swasta maupun BUMN di Purwakarta untuk terut berpartisifasi memberikan batuan air bersih," tutur Wawan.

Wawan mengakui bantuan suplai air bersih ke wilayah krisis air hanya solusi jangka pendek.

Pemerintah belum membuat solusi jangka panjang agar kasus serupa tidak kembali terjadi. Karena salah satu solusi jangka panjangnya, bisa dengan membuat sumur bor di lokasi yang rawan mengalami krisis air.

"Tapi, sebelumnya harus dilihat dulu apa di lokasi tersebut terdapat mata air bawah tanah atau tidak. Selain memakan anggaran besar solusi jangka panjang ini butuh waktu panjang," ujar dia.

Wawan mengaku, sejak beberapa tahun terakhir ada bantuan 10 sumur bor dari Badan Geologi pusat.

Bantuan tersebut, sangat bermanfaat bagi mereka yang bermukim di daerah rawan krisis air. Namun persolannya 10 titik sumur bor itu belum mencukupi seluruh wilayah yang terkena krisis air.

"Pemkab baru berencana menambah beberapa titik sumur bor di wilayah-wilayah yang rutin dilanda kekeringan setiap musim kemarau. Sekarang untuk kebutuhan anggarannya masih dibahas. Tapi, sebelum membuat sumur bor, kita akan mengecek lokasi yang masih terdapat sumber air bawah tanah. Untuk itu kami akan minta bantuan ke Badan Geologi," tutur dia.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8171 seconds (0.1#10.140)