Tak Tahu Anak Dipukuli Teman Sekelas, Orangtua Sesalkan Kejadian
A
A
A
BUKITTINGGI - Orangtua murid Sekolah Dasar Trisula Perwari, Nurmaili yang menjadi korban kekerasan oleh beberapa teman sekelasnya mengaku sedih saat mengetahui kejadian penyiksaan yang dialami anaknya.
Orangtua yang berprofesi sebagai pedagang kecil ini tidak bisa berbuat apa-apa. Nurmaili hanya berharap kejadian yang sama tidak terulang kembali. Hal ini diungkapkan Nurmaili setelah bertemu dengan Kepala Sekolah SD Trisula Perwari, Evawani Sovia, Minggu (12/10/2014)
Nurmaili selaku orangtua korban Diah Aisyah Nabila (DAN) mengaku awalnya tidak mengetahui kejadian ini karena anaknya tidak pernah memberitahu telah dipukuli beramai-ramai.
Apalagi dia juga tidak pernah melihat video yang merekam peristiwa tersebut. Wanita ini baru mengetahui kejadian saat dipanggil oleh pihak sekolah.
Saat mengetahui pertama kali kejadian yang menimpa anaknya membuat orangtua ini menangis dan tidak tahu harus berbuat apa.
Saat dipanggil menemui kepala sekolah dia meminta pihak sekolah mempertemukannya dengan orang tua para pelaku. Diapun tidak ingin kejadian yang sama kembali terulang
”Waktu saya tau saya beriba hati, saya menangis tidak bisa bicara, saya diam saja, saya tidak bicara apa-apa, cuma setelah itu saya menemui bu Efi, minta tolong mempertemukan saya dengan orang tua anak-anak itu, “ kata Nurmaili. Minggu (12/10/2014)
Sementara itu Kepala Sekolah SD Trisula Perwari, Evawani Sovia menyebutkan, aksi kekerasan diawali oleh ulah iseng beberapa orang murid kelas lima.
Kronologisnya, kata Sovia, dua sampai tiga orang teman sekelas korban berniat merekam video lewat kamera ponsel. Keisengan main pukul-pukulan berubah menjadi aksi kekerasan.
Korban DAN sampai menangis minta pengeroyokan dihentikan namun tak digubris sebanyak tujuh orang teman-temanya terus memukulinya. Sementara dua orang teman lainnya terus merekam aksi tersebut.
“Awalnya seperti itu, tapi setelah melihat videonya ihhh ngeri jadi yang bikin gara-gara ini yang nakal ini, Alga sama Walid, dia ajak teman untuk direkam. Setelah direkam video itu diperlihatkan ke orang di depan sekolah, setelah itu saya tidak tahu kelanjutannya, tapi saya marah mendengar itu, saya telepon polisi,” ujar Sovia.
Menurut kepala sekolah, kejadian berlangsung di salah satu ruangan sekolah pada jam pelajaran ke tiga hari Kamis 18 September 2014 lalu.
Pihak sekolah telah memanggil seluruh murid dan orangtua masing-masing untuk menyelesaikan secara baik-baik antara orangtua korban dan para pelaku.
Orangtua yang berprofesi sebagai pedagang kecil ini tidak bisa berbuat apa-apa. Nurmaili hanya berharap kejadian yang sama tidak terulang kembali. Hal ini diungkapkan Nurmaili setelah bertemu dengan Kepala Sekolah SD Trisula Perwari, Evawani Sovia, Minggu (12/10/2014)
Nurmaili selaku orangtua korban Diah Aisyah Nabila (DAN) mengaku awalnya tidak mengetahui kejadian ini karena anaknya tidak pernah memberitahu telah dipukuli beramai-ramai.
Apalagi dia juga tidak pernah melihat video yang merekam peristiwa tersebut. Wanita ini baru mengetahui kejadian saat dipanggil oleh pihak sekolah.
Saat mengetahui pertama kali kejadian yang menimpa anaknya membuat orangtua ini menangis dan tidak tahu harus berbuat apa.
Saat dipanggil menemui kepala sekolah dia meminta pihak sekolah mempertemukannya dengan orang tua para pelaku. Diapun tidak ingin kejadian yang sama kembali terulang
”Waktu saya tau saya beriba hati, saya menangis tidak bisa bicara, saya diam saja, saya tidak bicara apa-apa, cuma setelah itu saya menemui bu Efi, minta tolong mempertemukan saya dengan orang tua anak-anak itu, “ kata Nurmaili. Minggu (12/10/2014)
Sementara itu Kepala Sekolah SD Trisula Perwari, Evawani Sovia menyebutkan, aksi kekerasan diawali oleh ulah iseng beberapa orang murid kelas lima.
Kronologisnya, kata Sovia, dua sampai tiga orang teman sekelas korban berniat merekam video lewat kamera ponsel. Keisengan main pukul-pukulan berubah menjadi aksi kekerasan.
Korban DAN sampai menangis minta pengeroyokan dihentikan namun tak digubris sebanyak tujuh orang teman-temanya terus memukulinya. Sementara dua orang teman lainnya terus merekam aksi tersebut.
“Awalnya seperti itu, tapi setelah melihat videonya ihhh ngeri jadi yang bikin gara-gara ini yang nakal ini, Alga sama Walid, dia ajak teman untuk direkam. Setelah direkam video itu diperlihatkan ke orang di depan sekolah, setelah itu saya tidak tahu kelanjutannya, tapi saya marah mendengar itu, saya telepon polisi,” ujar Sovia.
Menurut kepala sekolah, kejadian berlangsung di salah satu ruangan sekolah pada jam pelajaran ke tiga hari Kamis 18 September 2014 lalu.
Pihak sekolah telah memanggil seluruh murid dan orangtua masing-masing untuk menyelesaikan secara baik-baik antara orangtua korban dan para pelaku.
(sms)