Rais Istiqomah, Penerima Beasiswa ke Mesir
A
A
A
SUASANA hangat dan penuh canda mewarnai kobong (asrama) khusus putri As-Salam. Bangunan warna hijau tersebut, terletak di Pesantren Al-Jawami Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Saat wartawan berkunjung ke sana, tampak seorang wanita muda dengan masih memakai mukena, sibuk mengajak dan mengatur adik-adiknya yang berjumlah lebih dari 40 santriwati untuk membersihkan halaman depan, dan belakang kobong mereka.
Gadis muda dan cantik itu bernama Rais Istiqomah. Wanita yang akrab disapa Rais ini, merupakan santri berprestasi yang berasal dari keluarga sederhana. Saat ini, dia dipercaya membimbing adik kelasnya di Pesantren Al-Jawami Cileunyi.
Sebagai anak dari keluarga sederhana, Rais yang merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara ini, pernah menginjakkan kakinya di Mesir, melalui program beasiswa unggulan Depdikbud “Sandwich” Tahun 2013.
Kepada adik kelasnya, Rais tidak segan memberikan motivasi agar terus berusaha meraih prestasi. Dia mengisahkan, kisahnya dalam mencari beasiswa ke Mesir.
"Saya tinggal dari pondok ke pondok. Mulai dari Ponpes sabilul Huda, kemudian Ponpes Miftahul Huda dan dilanjut Ponpes Cihaur Beuti sampai akhirnya di Ponpes Al-Jawami sampai sekarang ini," terangnya memulai kisahnya, Kamis 9 Oktober 2014.
Putri pasangan Amin Bunyamin dan Dedeh Fuada ini pertama kali dapat beasiswa dari Pertamina. Kala itu, biaya sekolah selama SMP dijamin oleh Pertamina, dilanjut oleh beasiswa dari DPU- Daarut Tauhid dan PP NU, sehingga masa SMA.
Di bangku kuliah, Rais yang gemar IPA memilih Jurusan Sastra Arab Universitas Padjajaran, karena mendengar ada beasiswa Bidik Misi yang akan menjamin biaya kuliah di jurusan tersebut, selama empat tahun.
Berkat ketekunannya belajar, Rais berhasil meraih beasiswa tersebut. Tidak puas dengan hasil yang telah dicapainya, Rais bermimpi ingin pergi ke Mesir dan melihat piramida.
"Saya bermimpi ingin mengunjungi Mesir dan melihat perpustakaan terlengkapnya, piramida dan terusan suez," kenangnya.
Semua keinginan Rais itu, dituangkan dalam buku hariannya. Setiap hari, dia mencurahkan hatinya dalam buku hatian itu. Hingga akhirnya, dia mengetahui program beasiswa unggulan Depdikbud “Sandwich” ke Canal Suez University di Mesir.
Beasiswa kuliah 6 bulan di Mesir itu, tidak ingin disia-siakan. Dia pun mendaftar dengan semangat pantang menyerah. Lagi-lagi, keberuntungan membawanya mencapai mimpi. Rais terpilih menerima beasiswa, mengalahkan ribuan pendaftar lainnya.
Namun senyum Rais harus tertahan untuk sementara. Sebab, uang pangkal beasiswa dikenakan Rp15 juta, setelah sampai di Mesir. Dia pun memutar otak, untuk mencari modal untuk tiket pesawat dan paspor.
Hasilnya, dalam tempo 2,5 bulan Rais hanya mendapat Rp300 ribu. Merasa uang yang didapat sangat jauh dari yang ditargetkan Rp15 juta, dalam batin dia pun pasrah jika memang tidak jadi berangkat ke Mesir.
Tidak disangka, ditengah pasrahnya, Allah mengabulkan doanya. Dua hari sebelum waktu keberangkatan, Rais mendengar ada sponsor dari Jakarta yang akan membantu. Hari itu, juga Rais berangkat ke Jakarta dan mendapat sponsor.
Akhirnya, hari yang ditunggu telah tiba. Rais menginjakkan kakinya di tanah Mesir. Diiringi cucuran air mata yang tidak disadari terus meleleh dari kedua kelopak matanya, cita-citanya berhasil diraih.
"Subhanallah, maha suci Allah," ungkap Rais, saat itu.
Demikian, kisah Rais yang berhasil meraih mimpi-mimpinya dengan memanfaatkan program beasiswa. Semoga kisah Rais, gadis dari keluarga sederhana ini, dapat menggugah para pembaca yang budiman untuk pantang menyerah mengejar mimpi.
Saat wartawan berkunjung ke sana, tampak seorang wanita muda dengan masih memakai mukena, sibuk mengajak dan mengatur adik-adiknya yang berjumlah lebih dari 40 santriwati untuk membersihkan halaman depan, dan belakang kobong mereka.
Gadis muda dan cantik itu bernama Rais Istiqomah. Wanita yang akrab disapa Rais ini, merupakan santri berprestasi yang berasal dari keluarga sederhana. Saat ini, dia dipercaya membimbing adik kelasnya di Pesantren Al-Jawami Cileunyi.
Sebagai anak dari keluarga sederhana, Rais yang merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara ini, pernah menginjakkan kakinya di Mesir, melalui program beasiswa unggulan Depdikbud “Sandwich” Tahun 2013.
Kepada adik kelasnya, Rais tidak segan memberikan motivasi agar terus berusaha meraih prestasi. Dia mengisahkan, kisahnya dalam mencari beasiswa ke Mesir.
"Saya tinggal dari pondok ke pondok. Mulai dari Ponpes sabilul Huda, kemudian Ponpes Miftahul Huda dan dilanjut Ponpes Cihaur Beuti sampai akhirnya di Ponpes Al-Jawami sampai sekarang ini," terangnya memulai kisahnya, Kamis 9 Oktober 2014.
Putri pasangan Amin Bunyamin dan Dedeh Fuada ini pertama kali dapat beasiswa dari Pertamina. Kala itu, biaya sekolah selama SMP dijamin oleh Pertamina, dilanjut oleh beasiswa dari DPU- Daarut Tauhid dan PP NU, sehingga masa SMA.
Di bangku kuliah, Rais yang gemar IPA memilih Jurusan Sastra Arab Universitas Padjajaran, karena mendengar ada beasiswa Bidik Misi yang akan menjamin biaya kuliah di jurusan tersebut, selama empat tahun.
Berkat ketekunannya belajar, Rais berhasil meraih beasiswa tersebut. Tidak puas dengan hasil yang telah dicapainya, Rais bermimpi ingin pergi ke Mesir dan melihat piramida.
"Saya bermimpi ingin mengunjungi Mesir dan melihat perpustakaan terlengkapnya, piramida dan terusan suez," kenangnya.
Semua keinginan Rais itu, dituangkan dalam buku hariannya. Setiap hari, dia mencurahkan hatinya dalam buku hatian itu. Hingga akhirnya, dia mengetahui program beasiswa unggulan Depdikbud “Sandwich” ke Canal Suez University di Mesir.
Beasiswa kuliah 6 bulan di Mesir itu, tidak ingin disia-siakan. Dia pun mendaftar dengan semangat pantang menyerah. Lagi-lagi, keberuntungan membawanya mencapai mimpi. Rais terpilih menerima beasiswa, mengalahkan ribuan pendaftar lainnya.
Namun senyum Rais harus tertahan untuk sementara. Sebab, uang pangkal beasiswa dikenakan Rp15 juta, setelah sampai di Mesir. Dia pun memutar otak, untuk mencari modal untuk tiket pesawat dan paspor.
Hasilnya, dalam tempo 2,5 bulan Rais hanya mendapat Rp300 ribu. Merasa uang yang didapat sangat jauh dari yang ditargetkan Rp15 juta, dalam batin dia pun pasrah jika memang tidak jadi berangkat ke Mesir.
Tidak disangka, ditengah pasrahnya, Allah mengabulkan doanya. Dua hari sebelum waktu keberangkatan, Rais mendengar ada sponsor dari Jakarta yang akan membantu. Hari itu, juga Rais berangkat ke Jakarta dan mendapat sponsor.
Akhirnya, hari yang ditunggu telah tiba. Rais menginjakkan kakinya di tanah Mesir. Diiringi cucuran air mata yang tidak disadari terus meleleh dari kedua kelopak matanya, cita-citanya berhasil diraih.
"Subhanallah, maha suci Allah," ungkap Rais, saat itu.
Demikian, kisah Rais yang berhasil meraih mimpi-mimpinya dengan memanfaatkan program beasiswa. Semoga kisah Rais, gadis dari keluarga sederhana ini, dapat menggugah para pembaca yang budiman untuk pantang menyerah mengejar mimpi.
(san)