Kebakaran Lereng Merbabu Merembet hingga Boyolali
A
A
A
BOYOLALI - Kebakaran yang terjadi di lereng Gunung Merbabu merembet hingga wilayah Kabupaten Boyolali. Api yang membakar wilayah Boyolali itu merupakan api yang sebelumnya membakar lereng Merbabu, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Keterangan yang dihimpun KORAN SINDO menyebutkan, api mulai memasuki wilayah Kabupaten Boyolali, pada Senin (29/9/2014) malam. Api langsung membakar wilayah lereng Merbabu yang ada di Kecamatan Ampel dan Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Dua kecamatan tersebut merupakan areal Gunung Merbabu yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Semarang.
Salah seorang saksi mata yang merupakan tokoh masyarakat Kecamatan Selo, Subagiyo Hari Utomo, mengatakan api mulai terlihat warga pertama kali di hutan Desa Lencoh dan juga Desa Agrong Kecamatan Ampel. Ketika terlihat, api cukup besar dan mengeluarkan asap pekat yang membumbung tinggi.
"Iya benar api mulai masuk ke wilayah Boyolali, itu merupakan rembetan dari Resort Kalipasang dan juga Resort Wekas yang sebelumnya telah terbakar," ucapnya.
Pihaknya menyebutkan saat ini warga sekitar lereng Merbabu, Boyolali mulai meningkatkan kewaspadaaan mereka. Menurutnya, warga saat ini terus berjaga-jaga di sekitar tempat tinggal mereka untuk mengantisipasi api menjalar hingga ke permukiman.
"Saat ini masyarakat dan relawan terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ucapnya.
Sementara itu Koordinator Pecinta Alam Waras Kota Solo Mulato Ishaan mengatakan kondisi lereng Gunung Merbabu memang sangat mudah terbakar. Pasalnya, lereng gunung itu dipenuhi dengan sabana dan semak belukar sejak awal jalur pendakian.
Saat musim kemarau seperti ini semak belukar itu bakal kering dan mudah terbakar. Selain itu kondisi biasanya diperparah dengan keringnya rumput yang ada di sabana yang membuat api semakin membesar.
"Bara api kecil saja akan membuat gunung itu terbakar dengan hebat, apalagi di musim kemarau, angin bertiup sangat kencang," ucapnya.
Ia mengatakan, untuk memadamkan api di lereng itu sangatlah sulit dan sangat berbahaya bagi yang melakukannya. Sebab, arah angin dan api tidak bisa diprediksi, sehingga sewaktu-waktu api akan mengarah kepada masyarakat yang memadamkannya. Satu-satunya jalan yang paling efektif adalah melokalisir api dengan cara memutus rembetan.
"Kita bisa memutus api dengan cara membuat parit agar api tidak terus menjalar," ucap Mulato.
Keterangan yang dihimpun KORAN SINDO menyebutkan, api mulai memasuki wilayah Kabupaten Boyolali, pada Senin (29/9/2014) malam. Api langsung membakar wilayah lereng Merbabu yang ada di Kecamatan Ampel dan Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Dua kecamatan tersebut merupakan areal Gunung Merbabu yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Semarang.
Salah seorang saksi mata yang merupakan tokoh masyarakat Kecamatan Selo, Subagiyo Hari Utomo, mengatakan api mulai terlihat warga pertama kali di hutan Desa Lencoh dan juga Desa Agrong Kecamatan Ampel. Ketika terlihat, api cukup besar dan mengeluarkan asap pekat yang membumbung tinggi.
"Iya benar api mulai masuk ke wilayah Boyolali, itu merupakan rembetan dari Resort Kalipasang dan juga Resort Wekas yang sebelumnya telah terbakar," ucapnya.
Pihaknya menyebutkan saat ini warga sekitar lereng Merbabu, Boyolali mulai meningkatkan kewaspadaaan mereka. Menurutnya, warga saat ini terus berjaga-jaga di sekitar tempat tinggal mereka untuk mengantisipasi api menjalar hingga ke permukiman.
"Saat ini masyarakat dan relawan terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," ucapnya.
Sementara itu Koordinator Pecinta Alam Waras Kota Solo Mulato Ishaan mengatakan kondisi lereng Gunung Merbabu memang sangat mudah terbakar. Pasalnya, lereng gunung itu dipenuhi dengan sabana dan semak belukar sejak awal jalur pendakian.
Saat musim kemarau seperti ini semak belukar itu bakal kering dan mudah terbakar. Selain itu kondisi biasanya diperparah dengan keringnya rumput yang ada di sabana yang membuat api semakin membesar.
"Bara api kecil saja akan membuat gunung itu terbakar dengan hebat, apalagi di musim kemarau, angin bertiup sangat kencang," ucapnya.
Ia mengatakan, untuk memadamkan api di lereng itu sangatlah sulit dan sangat berbahaya bagi yang melakukannya. Sebab, arah angin dan api tidak bisa diprediksi, sehingga sewaktu-waktu api akan mengarah kepada masyarakat yang memadamkannya. Satu-satunya jalan yang paling efektif adalah melokalisir api dengan cara memutus rembetan.
"Kita bisa memutus api dengan cara membuat parit agar api tidak terus menjalar," ucap Mulato.
(zik)