Dongeng Anak Ajarkan Budi Pekerti dan Karakter
A
A
A
SURABAYA - Dongeng anak menjadi sesuatu yang langka sekarang. Anak-anak banyak dicekoki dengan tontonan serial Mahabarata, Hatim, dan Mahadewa.
Tontonan itu cenderung membuat anak pasif, lantaran sebatas melihat. Tidak ada timbal balik. Lain dengan dongeng yang menuntun anak berimajinasi, berimprovisasi tatkala diminta mendongeng.
Lebih penting lagi, melalui dongeng bisa diselipkan pendidikan budi pekerti, penanaman karakter pada anak sejak dini.
Berangkat dari keprihatinan akan langkanya dongeng, yang bisa saja punah, Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim menggelar Festival Mendongeng bertema Budi Pekerti Bagi Guru Paud dan Taman Kanak-Kanak se Jatim.
"Festival ini juga untuk mendorong, mengangkat kembali budaya mendongeng," ujar Ketua Panitia Festival Nasor, kepada wartawan, Selasa (30/9/14).
Festival ini, sambungnya, merupakan upaya untuk melestarikan sekaligus membentengi keberadaan dongeng dari ancaman degradasi seiring masuknya budaya asing bersamaan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Desember 2015.
"Melalui kegiatan ini, semoga dapat meningkatkan integrasi pendidikan karakter dalam penulisan naskah mendongeng," ungkap Kabid Pendidikan Non Formal-Informal (PNFI) Dindik Jatim ini.
Nasor menyebut, pendidikan karakter harus dikenalkan sejak dini pada anak. "Ada 76 penyaji dari guru TK dan Kelompok Bermain, 76 penulis naskah Paud, dan 76 penulis naskah dongeng tingkat Dindik kabupaten dan kota," rincinya.
Tontonan itu cenderung membuat anak pasif, lantaran sebatas melihat. Tidak ada timbal balik. Lain dengan dongeng yang menuntun anak berimajinasi, berimprovisasi tatkala diminta mendongeng.
Lebih penting lagi, melalui dongeng bisa diselipkan pendidikan budi pekerti, penanaman karakter pada anak sejak dini.
Berangkat dari keprihatinan akan langkanya dongeng, yang bisa saja punah, Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim menggelar Festival Mendongeng bertema Budi Pekerti Bagi Guru Paud dan Taman Kanak-Kanak se Jatim.
"Festival ini juga untuk mendorong, mengangkat kembali budaya mendongeng," ujar Ketua Panitia Festival Nasor, kepada wartawan, Selasa (30/9/14).
Festival ini, sambungnya, merupakan upaya untuk melestarikan sekaligus membentengi keberadaan dongeng dari ancaman degradasi seiring masuknya budaya asing bersamaan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Desember 2015.
"Melalui kegiatan ini, semoga dapat meningkatkan integrasi pendidikan karakter dalam penulisan naskah mendongeng," ungkap Kabid Pendidikan Non Formal-Informal (PNFI) Dindik Jatim ini.
Nasor menyebut, pendidikan karakter harus dikenalkan sejak dini pada anak. "Ada 76 penyaji dari guru TK dan Kelompok Bermain, 76 penulis naskah Paud, dan 76 penulis naskah dongeng tingkat Dindik kabupaten dan kota," rincinya.
(san)