Ini Penampakan KA Komuter Kedung Sepur di Kendal

Selasa, 30 September 2014 - 08:01 WIB
Ini Penampakan KA Komuter...
Ini Penampakan KA Komuter Kedung Sepur di Kendal
A A A
KENDAL - KA Komuter Kedung Sepur jarak dekat rute Gubug, Kabupaten Grobogan menuju Weleri Kabupaten Kendal, secara resmi telah diluncurkan, Minggu (28/9).

KA Komuter tersebut digadang-gadang bakal menjadi cikal bakal peralihan transportasi darat dari Bus ke Kereta Api di Jateng.

Untuk bisa menjadi moda transportasi massal, tentu KA Komuter harus mampu menarik minat masyarakat. Yang pasti Komuter harus aman, nyaman dan tentunya terjangkau.

Untuk melihat lebih dekat, bagaimana moda transportasi komuter beroperasi melayani para penumpang dari Gubug menuju Semarang ataupun, Semarang menuju Weleri, KORAN SINDO mencoba KA Komuter dari Semarang-Gubug PP.

Tak jauh berbeda dengan KA lain, untuk mendapatkan tiket KA Komuter, cukup datang ke loket penjualan di stasiun dengan menujukan KTP dan membayar Rp15.000.

Sayang karena pagi kemarin merupakan perjalan perdana ke Gubug, belum ada penumpang yang naik, sehingga cuma SINDO seorang.

Saat memasuki gerbong, dipastikan calon penumpang yang baru pertama kali menaiki Komuter akan langsung tercengang dan akan mengira berada di dalam gerbong KA bisnis.

Kereta yang dijalankan untuk KA Komuter Gubug-Weleri merupakan kereta rel disel (KRD) dengan daya angkut mencapai 200 penumpang.

Kondisi gerbong didesaian senyaman mungkin untuk penumpang. Kombinasi warna cat biru dan putih, membuat ruangan penumpang menjadi lebih segar dan bersih.

Ruangan gerbong pun sangat luas, karena setiap gerbong hanya diisi 40 kursi penumpang. Kursi yang empuk dan dibalut dengan jok warna putih kombinasi biru menyatu dengan warna gerbong, sehingga nampak lux.

Dengan kursi yang terbatas, membuat posisi satu deret kursi dengan deret lain cukup lega, sehingga penumpang bisa selonjoran.

Belum lagi, kursi yang bisa direbahkan, sesuai dengan keinginan melalui tombol yang ada dipenyangga tangan. Jika penumpang rombongan empat orang, supaya tidak terpisah, kursi bisa diputar saling berhadapan.

Di dalam gerbong tidak perlu khawatir kepanasan karena pendingin ruangnya cukup dingin yang akan membuat nyaman setiap penumpang.

Bagi pengguna gadget, tidak perlu khawatir kehabisan baterai saat berada di dalam KA, karena di dinding Gerbong, sudah disediakan dua slot stop kontak.

Tepat pukul 04.45, Komuter meninggalkan Stasiun Poncol untuk menuju Gubug. Dengan kecepatan 60 km/jam, goncangan tidak begitu terasa, bahkan rasanya tidak kalah nyaman ketika kita menggunakan KA Bisnis atau Eksekutif.

Kurang lebih pukul 05.00 di stasiun Alas Tua, Bangetayu kemudian berhenti lagi di Stasiun Brumbung dan sampai di Stasiun Gubug sekitar pukul pukul 05.30.

Kedatangan KA Komuter di Stasiun Gubug yang berhenti kurang lebih 30 menit, menarik perhatian masyarakat sekitar. Maklum saja karena selama ini jarang ada KA yang berhenti di stasiun Gubug.

Sebagian warga hanya melihat dari luar, namun ada juga yang tertarik untuk melihat lebih dekat bahkan naik ke atas gerbong.

Pihak stasiun tidak melarang warga yang sekedar ingin melihat. “Bagus keretanya, pakai AC juga,” kata Sumantri warga sekitar yang melihat kondisi komuter.

Bahkan dia mengaku, meski harga tiketnya yakni Rp15.000, menurutnya lebih murah dari pada harus menggunakan moda transportasi bus, terutama bagi warga yang hendak menuju pasar Johar Semarang.

Pasalnya jika menggunakan moda transportasi bus, penupang harus turun di Terminal Penggaran, dan harus naik angkutan.

Biaya yang dikeluarkan lebih dari Rp15.000. “Kalau mau ke Johar bisa lebih dekat, kan dekat dengan Poncol. Biayanya juga bisa lebih murah, tidak ada macet, “katanya.

Saat kembali ke Semarang, SINDO tidak sendirian lagi, karena dari Stasiun Gubug ada lima penumpang yang naik. Satu orang turun di Stasiun Brumbung, dua orang di Stasiun Poncol sementara sisanya turun di Stasiun Weleri.

Masih minimnya, penumpang tersebut karena memang belum banyak yang tahu jika sudah ada komuter yang melayani perjalanan dari Gubug-Weleri.

“Sambutan masyararakat cukup baik, tapi karena memang belum banyak yang tahu, penumpang masih sangat sedikit. Tapi kami yakin ke depan akan semakin baik, karena memang cukup banyak warga Gubug yang bekerja di Semarang,” ujar kepala Stasiun Gubug Suhirman.

Tepat pukul 06.00 Komuter kembali ke Semarang, dan berhenti di setiap stasiun, namun sayang komuter tidak berhenti di Staiun Tegowanu. Padahal di Stasiun Tegowanu juga memiliki potensi calon penumpang karena banyak juga warga Tegowanu yang bekerja di Semarang.

Setelah berhenti di Stasiun Brumbung dan Stasiun Alas Tua, sekitar pukul 06.50 Komuter tiba di Semarang. Karena matahari sudah terbit, sepanjang perjalanan penumpang bisa menikmati hamparan sawah yang ada di kanan dan kiri.

Salah satu penumpang Fitria Wijayanti, (21) mengaku, karena Komuter tidak berhenti di Stasiun Tegowanu Dia terpaksa harus ke Gubug terlebih dahulu untuk bisa naik Komuter padahal rumahnya berada di Tegowanu.

“Kalau bisa sih di Stasiun Tegowanu, juga berhenti, jadi dari Tegowanu tidak perlu ke Gubug dulu,” katanya.

Fitri mengaku, dengan adanya KA Komuter kini dirinya tidak perlu lagi ke Stasiun poncol untuk naik KA menuju ke Weleri. Menurut dia kondisi komuter juga cukup nyaman, bahkan jika digunakan untuk perjalanan jarak jauh sekalipun. “Lega dan bersih,” ujarnya singkat.

Terkait dengan harga tiket menurut Dia sebaikanya PT KAI tidak menerapkan tarif flat jauh dekat Rp15.000.

Menurut Dia harusnya ada tarif batas minimun dan maksimum. Dengan perjalanan dari Gubug menuju Weleri dengan tarif Rp15.000 tidaklah mahal, karena akan jauh lebih mahal jika harus menggunakan bus.

Namun menurut Dia, akan terasa mahal jika lebih hanya sampai Semarang. “Kalau dari Gubug ke Semarang harusnya Rp10 ribu saja,” katanya.

Pengamat transportasi UNIKA Soegijapranat Joko Setijowarono mengungkapkan, dengan tiket seharga Rp15.000 jelas cukup mahal. Menurut Dia, maksimal harga tiket berada di kisaran Rp5000.”Di sini pemerintah harus tanggaplah, kasih subsidi ke KA,” katanya.

Menurut, dia dengan adanya rute jarak dekat, akan mengurangi penggunaan kendaraan sepeda motor di jalan raya.

“Ini rencanya yang sangat bagus sekali, karena apa. Bisa mengurangi penggunaan sepeda motor, mengurangi kecelakaan, mengurangi kemacetan di Jalan raya, dan lainnya,” katanya.

Dia memperinci, dengan estimasi kasar setiap hari komuter mengangkut 300 penumpang, dan pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp10.000, pemerintah Provinsi Jateng hanya mengeluarkan dana sebesar Rp3,5 miliar per tahun.

Manager Humas PT KAI Daop IV Semarang Suprapto mengaku, tarif Flat yang diberkalukan hanya selama promosi untuk harga pastinya pihaknya masih menunggu keputusan lebih lanjut.

Diharapkan layanan KA Kedung sepur ini, bisa memberikan kontribusi langsung bagi kelancaran mobilitas masyarakat di wilayah Semarang, serta menjadi cikal bakal bagi lahirnya ka-ka komuter lainnya di masa yang akan datang.
(ilo)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1312 seconds (0.1#10.140)