9 Tahun Bidan Ini Bejuang di Pelosok dengan Gaji Minim

Rabu, 24 September 2014 - 07:32 WIB
9 Tahun Bidan Ini Bejuang di Pelosok dengan Gaji Minim
9 Tahun Bidan Ini Bejuang di Pelosok dengan Gaji Minim
A A A
BANDUNG - Jalan terjal yang sebagian besar masih berbatu sebesar kepala balita tidak mematahkan semangat Heny Herliani, bidan yang sudah 9 tahun mengabdi di Desa Mekarwangi, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat.

Selama sembilan tahun itulah, banyak cerita yang dialami ibu dua anak ini, salahsatunya stigma masyarakat mengenai vaksin.

"Saya harus bekerja ekstra untuk meyakinkan mereka agar mau divaksin. Hal itu tidak mudah, sekarang hanya tinggal dua RW saja yang sebagian penduduknya menolak anak-anaknya untuk dipaksi," kata Henny.

Setiap sebulan sekali, Henny rajin mendatang mereka yang lokasinya cukup jauh dengan medan terjal. "Harus hati-hati berkendara disini karena jalannya pun belum bagus dan mulus," ujarnya.

Rata-rata, mereka menolak untuk divaksin karena takut anaknya demam tinggi sehabis divaksin terutama jenis DPT.

"Akhirnya saya akali, sebelum divaksin saya kasih obat penurun panas dan setengah jam kemudian baru divaksin. Ternyata mereka bilang, iya bu bidan enggak panas setelah di vaksin," ungkapnya.

Fasilitas infrastruktur yang belum bagus membuatnya harus memiliki kekuatan ekstra. Terlebih setiap bulannya Henny harus melaporkan setiap kegiatannya dan juga mengambil obat serta vaksin lainnya ke ibu kota Kecamatan yang jaraknya 1 jam bila menggunakan ojeg dengan menempuh jalur ekstrim.

"Kalau mau jalannya agak bagus harus muter dulu ke Ciwidey kemudian Soreang baru masuk ke Cililin dilanjut Sindangkerta dan mengambil di Puskesmas Cicangkang Girang dengan menghabiskan waktu 2,5 jam. Biaya ojeg pun cukup mahal, kalau melalui jalur ekstrem bisa Rp50.000 satu jalan saja," bebernya.

Saat ini, Henny pun terus menerus memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya vaksin kepada anak-anak.

"Iya saya menggunakan berbagai cara agar mereka paham karena sebagian besar di sini penduduknya hanya lulusan SD. Untuk itu pemahamannya perlu dilakukan secara intensif misalnya dengan cerita anak si ibu A yang divaksin jarang kena penyakit dibanding anak si ibu B yang tidak divaksin," katanya.

Namun tidak sedikit, bila warga sudah percaya dan kenal dekat dikatakan Henny mereka akan secara rutin mendatangi rumah untuk minta divaksin. Suka dan duka pun harus dialami Henny didaerahnya yang minim fasilitas.

"Prinsipnya kalau dikampung ini harus pelan-pelan menjelaskan kepada mereka karena memang pendidikannya pun yang masih rendah," ujarnya. Bahkan ada pandangan dimasyarakat tidak ingin divaksin karena masalah halal dan haram.

Selama 9 tahun ini, baru tiga tahun terakhir Henny mendapatkan gaji Rp1,5 juta perbulannya.

"Dulu awalnya hanya Rp550.000, tapi disyukuri saja karena itu sebagai bentuk pengabdian. Paling ada tambahan dari biaya persalinan dan buka praktik berobat," bebernya.

Menanggapi stigma di masyarakat masalah halal dan haram penggunaan vaksin, Corporate Secretary PT Bio Farma, Rahman Rustan menegaskan hal itu tidak benar karena negara-negara Islam di dunia pun mengakuinya dan menggunakannya.

Bahkan di Konferensi Tingkat Menteri Kesehatan OKI ke-4 tahun 2013 lalu atau The 4th Islamic Conference on Health Ministers (ICHM) Organization Islamic Cooperation (OIC) 2013 Indonesia ditunjuk sebagai hub of vaccine technology. Dalam hal ini Indonesia diwakili PT Bio Farma sebagai produsen vaksin.

"Dari 57 negara OKI, memang sudah ada sekitar sembilan negara termasuk Indonesia yang sudah memiliki produsen vaksin, namun baru Indonesia yang memiliki kemampuan untuk memproduksi vaksin dari hulu ke hilir secara mandiri dan sudah tersertifikasi WHO," ujar Rahman saat berbincang dengan Koran Sindo beberapa waktu lalu.

Dalam memainkan perannya, Bio Farma menurut Rahman aktif dalam berbagai forum produsen vaksin di negara Islam. Tujuannya untuk mendiskusikan riset-riset pembuatan vaksin baru demi persiapan kemandirian vaksin negara Islam.

Negara-negara yang sudah menggandeng Bio Farma di antaranya, Tunisia, Saudi Arabia dan Iran. "Diluar negara keanggotaan OKI ada India, Thailand dan Afrika Selatan yang sudah melakukan transfer teknologi dari Bio Farma," katanya.

Beberapa vaksin buatan Bio Farma yang sudah dinikmati masyarakat dunia antara lain, OPV, measles 10 ds, DTP, DT, TT (vial), TT (Uniject), DTP-HepB, measles 20 ds, mOPV1, bOPV (1,3) dan Td. Awal Juli ini Bio Farma juga telah mendaftarkan vaksin baru, Pentabio (DTB, Hepatitis B dan HiB) ke Badan Kesehatan Dunia (WHO).
(ilo)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8081 seconds (0.1#10.140)