Sumur Mengering, Warga Antre Air Bersih
A
A
A
GARUT - Puluhan warga Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, terpaksa mengantre untuk membeli air bersih. Dampak dari musim kemarau mengharuskan mereka antre membeli air bersih di salah satu sumber penampungan milik perseorangan.
Kemarau yang terjadi lebih dari satu bulan ini menyebabkan sumur-sumur milik warga di desa tersebut mengering. Air bersih yang dibeli tidak hanya digunakan untuk minum dan memasak, melainkan juga untuk mandi, mencuci, dan lainnya.
"Biasanya, saya tinggal mengambil air dari sumur, gratis. Sekarang tidak bisa. Sumurnya kering. Untuk beberapa keperluan, saya terpaksa mengeluarkan uang untuk membeli air," kata Cecep, warga Kampung Mahdaru RT 02 RW 02, Desa Sekarwangi, Selasa (16/9/2014).
Menurut Cecep, untuk satu ember air bersih, dirinya harus mengeluarkan uang Rp1.000. Sementara, dalam sehari dia selalu membeli 10 ember atau mengeluarkan uang Rp10.000.
"Seringnya saya bawa anak atau istri untuk ikut membawa air. Kadang-kadang menggunakan jeriken agar lebih mudah," ujarnya.
Warga yang tinggal di tempat agak jauh pun ikut pula mengantre air bersih. Mereka menggunakan jeriken dan sepeda motor untuk dapat membawa air bersih.
Kepala Desa Sekarwangi Popon membenarkan kesulitan air bersih yang dialami warganya saat ini. Menurut dia, Desa Sekarwangi merupakan salah satu wilayah di kawasan Garut utara yang rawan air bersih jika musim kemarau tiba.
"Saat ini sumur-sumur air bersih milik warganya sudah mengering. Warga tak punya pilihan lain jika harus membeli air bersih demi untuk mencukupi keperluan sehari-hari," katanya.
Menurutnya, antrean pembelian air ini selalu terjadi sejak pagi hingga malam hari. Dia berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut melalui intansi terkait dapat segera memberikan bantuan air bersih.
Kemarau yang terjadi lebih dari satu bulan ini menyebabkan sumur-sumur milik warga di desa tersebut mengering. Air bersih yang dibeli tidak hanya digunakan untuk minum dan memasak, melainkan juga untuk mandi, mencuci, dan lainnya.
"Biasanya, saya tinggal mengambil air dari sumur, gratis. Sekarang tidak bisa. Sumurnya kering. Untuk beberapa keperluan, saya terpaksa mengeluarkan uang untuk membeli air," kata Cecep, warga Kampung Mahdaru RT 02 RW 02, Desa Sekarwangi, Selasa (16/9/2014).
Menurut Cecep, untuk satu ember air bersih, dirinya harus mengeluarkan uang Rp1.000. Sementara, dalam sehari dia selalu membeli 10 ember atau mengeluarkan uang Rp10.000.
"Seringnya saya bawa anak atau istri untuk ikut membawa air. Kadang-kadang menggunakan jeriken agar lebih mudah," ujarnya.
Warga yang tinggal di tempat agak jauh pun ikut pula mengantre air bersih. Mereka menggunakan jeriken dan sepeda motor untuk dapat membawa air bersih.
Kepala Desa Sekarwangi Popon membenarkan kesulitan air bersih yang dialami warganya saat ini. Menurut dia, Desa Sekarwangi merupakan salah satu wilayah di kawasan Garut utara yang rawan air bersih jika musim kemarau tiba.
"Saat ini sumur-sumur air bersih milik warganya sudah mengering. Warga tak punya pilihan lain jika harus membeli air bersih demi untuk mencukupi keperluan sehari-hari," katanya.
Menurutnya, antrean pembelian air ini selalu terjadi sejak pagi hingga malam hari. Dia berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut melalui intansi terkait dapat segera memberikan bantuan air bersih.
(zik)