Rahma Bayi Kembar Siam Meninggal di RSUD dr Soetomo
A
A
A
Salah satu bayi kembar siam asal Banyuwangi Rahma Anindita Vani Maulida akhirnya meninggal dunia, Kamis (28/8/2014) setelah 15 hari dirawat pasca operasi di RSUD dr Soetomo.
Sebelumnya bayi kembar siam Aldi dan Aldo asal Ponorogo juga meninggal dalam pekan ini. Duka mendalam ini tidak hanya dirasakan oleh tim bayi kembar siam yang sudah setahun lebih merawat bayi kembar siam dempet dada dan perut ini.
Orangtua Rahma juga tak henti-hentinya menyeka air mata saat mengetahui salah satu buah hatinya meninggal dunia.
Pasangan suami istri Yuda Winarno dan Sikka Jayanti mengaku pasrah atas kepergian putri tercintanya yang juga kembaran dari Nurul Anindia Vani Maulida.
Bayi berusia 20 bulan ini pada 13 Agustus lalu memang berhasil menjalani operasi pemisahan.
Namun 15 hari pasca operasi Rahma dinyatakan meninggal karena mengalami cardiac arrest atau jantung berhenti secara mendadak sama seperti pada kasus bayi kembar siam sebelumnya yakni Aldo.
Rahma meninggal pada pukul 12.30 WIB, tim bayi kembar siam RSUD dr Soetomo sebenarnya ingin melakukan autopsi klinik terhadap Rahma.
Namun kedua orang tua menolak, sehingga bayi cukup dimandikan dan disucikan kemudian dibawa pulang ke tanah kelahirannya di Banyuwangi Kamis (28/8/2014) sekitar pukul 16.30 WIB.
“Rahma siang ini meninggal di ruang isolasi ICU disebabkan mengalami cardiac arrest dan sebelumnnya memang sudah memiliki kelainan jantung bawaan yang cukup kompleks,” ungkap ketua tim bayi kembar siam dr Agus Hariyanto saat dihubungi Kamis (28/8/2014).
Kelainan jantung yang dialami oleh Rahma memang sempat membuat dokter yang menangani bayi kembar siam ini was-was.
Sebelum melakukan operasi pun tim dokter sudah melakukan berbagai upaya seperti melakukan operasi kateterisasi pada April lalu untuk mengetahui kelainan jantung yang dimiliki oleh Rahma.
Hasilnya ada sistem peredaran darah yang terbalik, jantung pada bayi Rahma pembuluh besarnya terbalik, sehingga ada perbedaan kadar oksigen, antara bilik kanan dan bilik kiri dan mengakibatkan jantung tersebut mempunyai fungsi yang terbalik.
Dikatakan komplek karena ada bagian yang juga mengalami penyempitan dan sumbatan. Bahkan saat menjalankan operasi tim dokter juga mengaku was-was jika bayi Rahma mengalami sudden dead atau meninggal di meja operasi, namun ketakutan itu hilang ketika operasi berjalan lancar.
“Operasi pemisahan Nurul dan Rahma memang lancar, bahkan setelah operasi mereka juga sudah bisa makan dan minun susu sebagai makanan tambahan, tapi sekali lagi kami sudah berupaya namun Tuhan berkehendak lain,” timpal dr Agus.
Sementara itu, kondisi bayi kembar siam berusia 20 bulan yang masih bertahan pasca operasi yakni Nurul.
Keadaanya tetap stabil, kalau keadaanya terus membaik dan stabil menurut Agus, bayi ini akan dipindahkan ke kamar Nakula Saweda atau Irna anak.
Sebelumnya bayi kembar siam Aldi dan Aldo asal Ponorogo juga meninggal dalam pekan ini. Duka mendalam ini tidak hanya dirasakan oleh tim bayi kembar siam yang sudah setahun lebih merawat bayi kembar siam dempet dada dan perut ini.
Orangtua Rahma juga tak henti-hentinya menyeka air mata saat mengetahui salah satu buah hatinya meninggal dunia.
Pasangan suami istri Yuda Winarno dan Sikka Jayanti mengaku pasrah atas kepergian putri tercintanya yang juga kembaran dari Nurul Anindia Vani Maulida.
Bayi berusia 20 bulan ini pada 13 Agustus lalu memang berhasil menjalani operasi pemisahan.
Namun 15 hari pasca operasi Rahma dinyatakan meninggal karena mengalami cardiac arrest atau jantung berhenti secara mendadak sama seperti pada kasus bayi kembar siam sebelumnya yakni Aldo.
Rahma meninggal pada pukul 12.30 WIB, tim bayi kembar siam RSUD dr Soetomo sebenarnya ingin melakukan autopsi klinik terhadap Rahma.
Namun kedua orang tua menolak, sehingga bayi cukup dimandikan dan disucikan kemudian dibawa pulang ke tanah kelahirannya di Banyuwangi Kamis (28/8/2014) sekitar pukul 16.30 WIB.
“Rahma siang ini meninggal di ruang isolasi ICU disebabkan mengalami cardiac arrest dan sebelumnnya memang sudah memiliki kelainan jantung bawaan yang cukup kompleks,” ungkap ketua tim bayi kembar siam dr Agus Hariyanto saat dihubungi Kamis (28/8/2014).
Kelainan jantung yang dialami oleh Rahma memang sempat membuat dokter yang menangani bayi kembar siam ini was-was.
Sebelum melakukan operasi pun tim dokter sudah melakukan berbagai upaya seperti melakukan operasi kateterisasi pada April lalu untuk mengetahui kelainan jantung yang dimiliki oleh Rahma.
Hasilnya ada sistem peredaran darah yang terbalik, jantung pada bayi Rahma pembuluh besarnya terbalik, sehingga ada perbedaan kadar oksigen, antara bilik kanan dan bilik kiri dan mengakibatkan jantung tersebut mempunyai fungsi yang terbalik.
Dikatakan komplek karena ada bagian yang juga mengalami penyempitan dan sumbatan. Bahkan saat menjalankan operasi tim dokter juga mengaku was-was jika bayi Rahma mengalami sudden dead atau meninggal di meja operasi, namun ketakutan itu hilang ketika operasi berjalan lancar.
“Operasi pemisahan Nurul dan Rahma memang lancar, bahkan setelah operasi mereka juga sudah bisa makan dan minun susu sebagai makanan tambahan, tapi sekali lagi kami sudah berupaya namun Tuhan berkehendak lain,” timpal dr Agus.
Sementara itu, kondisi bayi kembar siam berusia 20 bulan yang masih bertahan pasca operasi yakni Nurul.
Keadaanya tetap stabil, kalau keadaanya terus membaik dan stabil menurut Agus, bayi ini akan dipindahkan ke kamar Nakula Saweda atau Irna anak.
(sms)