Pembunuhan Bule Amerika Tak Pengaruhi Wisata di Bali
A
A
A
DENPASAR - Kasus pembunuhan bule Amerika Sheila Ann Von Weise (62), saat menginap di Hotel St Regis, Nusa Dua, Badung, Bali, diyakini tidak akan berdampak terhadap citra Pulau Bali, sebagai daerah tujuan parwisata dunia yang ramah.
"Saya yakin tidak lah sampai mempengaruhi citra Bali, warga asing bisa meninggal karena sakit atau pergi menyelam, atau seperti kasus yang menimpa warga Amerika itu," ujar Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Sabtu (23/8/2014).
Ditambahkan dia, tewasnya bule Amerika akibat dibunuh anak kandungnya sendiri, pada 12 Agustus 2014, merupakan kasus yang tidak ada hubungannya dengan pariwisata di Bali. Dia berharap, publik dapat melihat itu.
"Akan berbeda jika terjadi tindak pidana yang korbanya warga asing, seperti perampokan, kecopetan, atau tindak kejahatan disertai kekerasan lainnya, dampaknya lebih serius, karena mengancam keselamatan warga asing," ungkapnya.
Lebih lanjut, Pastika mengapresiasi kinerja polisi yang telah bekerja keras untuk mengungkap pelakunya. Menurutnya, penegakan hukum atas setiap peristiwa kejahatan di Bali sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik.
"Bagaimana kita bisa mendeteksi ketika orang akan melakukan tindak kejahatan? Sangat sulit ya, masak petugas harus menjaga mengawal tamu sampai di kamar," tegas mantan Kapolda Bali itu.
Menurutnya, siapapun baik warga asing atau warga lokal, bisa saja terlibat tindak pidana, atau menjadi korbannya, sehingga setiap ada kasus pidana yang terjadi, mestinya dilihat secara obyektif.
"Pihak hotel yang berkelas internasional, telah memberikan sistem keamanan maksimal kepada semua tamu yang menginap, seperti penempatan security atau kamera pengingat sesuai standar dunia," pungkasnya.
"Saya yakin tidak lah sampai mempengaruhi citra Bali, warga asing bisa meninggal karena sakit atau pergi menyelam, atau seperti kasus yang menimpa warga Amerika itu," ujar Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Sabtu (23/8/2014).
Ditambahkan dia, tewasnya bule Amerika akibat dibunuh anak kandungnya sendiri, pada 12 Agustus 2014, merupakan kasus yang tidak ada hubungannya dengan pariwisata di Bali. Dia berharap, publik dapat melihat itu.
"Akan berbeda jika terjadi tindak pidana yang korbanya warga asing, seperti perampokan, kecopetan, atau tindak kejahatan disertai kekerasan lainnya, dampaknya lebih serius, karena mengancam keselamatan warga asing," ungkapnya.
Lebih lanjut, Pastika mengapresiasi kinerja polisi yang telah bekerja keras untuk mengungkap pelakunya. Menurutnya, penegakan hukum atas setiap peristiwa kejahatan di Bali sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik.
"Bagaimana kita bisa mendeteksi ketika orang akan melakukan tindak kejahatan? Sangat sulit ya, masak petugas harus menjaga mengawal tamu sampai di kamar," tegas mantan Kapolda Bali itu.
Menurutnya, siapapun baik warga asing atau warga lokal, bisa saja terlibat tindak pidana, atau menjadi korbannya, sehingga setiap ada kasus pidana yang terjadi, mestinya dilihat secara obyektif.
"Pihak hotel yang berkelas internasional, telah memberikan sistem keamanan maksimal kepada semua tamu yang menginap, seperti penempatan security atau kamera pengingat sesuai standar dunia," pungkasnya.
(san)