Puluhan Warung di Pantai Depok Rusak Diterjang Gelombang
A
A
A
BANTUL - Puluhan warung makan di kawasan Pantai Depok, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, rusak diterjang gelombang tinggi. Gelombang yang terjadi sejak pukul 06.00 WIB tadi terus meninggi hingga siang hari.
Dardi Nugroho, pemilik warung Salsabila mengungkapkan, Senin (11/8/2014) pagi sekitar pukul 06.00 WIB, dia sengaja menengok keadaan pantai. Sampai di kawasan Pantai Depok, di dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), ia melihat kondisi ombak sudah tinggi mencapai lima meter. Meski ombak tidak sampai merusak TPI tersebut, ia mulai khawatir warungnya akan terkena ombak tersebut.
"Saya langsung ke warung saya, ternyata airnya sudah masuk sampai bagian belakang warung Salsabila 2," kata laki-laki yang akrab dipanggil Dargon ini.
Karena air sudah masuk dan mulai memporak-porandakan seluruh peralatan di warungnya, dia segera mengevakuasi ke tempat lebih aman. Sampai siang ini, gelombang tinggi masih muncul dan puluhan pemilik warung berusaha melakukan evakuasi seluruh peralatan mereka agar tidak terbawa ke tengah laut.
Dargon tidak mengetahui secara persis berapa warung yang terkena sapuan ombak tinggi tersebut. Hanya saja ketika dia melakukan pengecekan di pagi hari, empat warung lainnya yang berada tidak jauh dari warung miliknya juga tersapu ombak tersebut. Dia memperkirakan, setidaknya ada 15 warung yang berada di sisi timur warungnya juga terkena gelombang tinggi tersebut. "Jumlahnya tidak tahu pasti, tetapi saya yakin mereka juga terkena dampaknya," tambahnya.
Gelombang tinggi juga terlihat menerjang Pantai Parangtritis yang jaraknya sekitar 5 km dari Pantai Depok. Agus Riatmoko, warga setempat menuturkan, gelombang tinggi di Pantai Parangtritis bahkan mampu meloncati gundukan pasir di sepanjang pantai tersebut. Ia melihat setidaknya air sudah jauh masuk hingga mendekati posko SAR yang ada di pantai tersebut.
Agus menuturkan, gelombang terlihat tinggi mulai Senin dini hari. Ia memperkirakan hal itu terjadi karena faktor bulan purnama penuh (Supermoon) yang terjadi sepanjang Minggu malam. Meski sudah merupakan kejadian tahunan, jika ini terus berlangsung, kerusakan akan lebih parah dibanding dengan tahun sebelumnya. "Kayaknya ini lebih tinggi," ujarnya.
Dardi Nugroho, pemilik warung Salsabila mengungkapkan, Senin (11/8/2014) pagi sekitar pukul 06.00 WIB, dia sengaja menengok keadaan pantai. Sampai di kawasan Pantai Depok, di dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI), ia melihat kondisi ombak sudah tinggi mencapai lima meter. Meski ombak tidak sampai merusak TPI tersebut, ia mulai khawatir warungnya akan terkena ombak tersebut.
"Saya langsung ke warung saya, ternyata airnya sudah masuk sampai bagian belakang warung Salsabila 2," kata laki-laki yang akrab dipanggil Dargon ini.
Karena air sudah masuk dan mulai memporak-porandakan seluruh peralatan di warungnya, dia segera mengevakuasi ke tempat lebih aman. Sampai siang ini, gelombang tinggi masih muncul dan puluhan pemilik warung berusaha melakukan evakuasi seluruh peralatan mereka agar tidak terbawa ke tengah laut.
Dargon tidak mengetahui secara persis berapa warung yang terkena sapuan ombak tinggi tersebut. Hanya saja ketika dia melakukan pengecekan di pagi hari, empat warung lainnya yang berada tidak jauh dari warung miliknya juga tersapu ombak tersebut. Dia memperkirakan, setidaknya ada 15 warung yang berada di sisi timur warungnya juga terkena gelombang tinggi tersebut. "Jumlahnya tidak tahu pasti, tetapi saya yakin mereka juga terkena dampaknya," tambahnya.
Gelombang tinggi juga terlihat menerjang Pantai Parangtritis yang jaraknya sekitar 5 km dari Pantai Depok. Agus Riatmoko, warga setempat menuturkan, gelombang tinggi di Pantai Parangtritis bahkan mampu meloncati gundukan pasir di sepanjang pantai tersebut. Ia melihat setidaknya air sudah jauh masuk hingga mendekati posko SAR yang ada di pantai tersebut.
Agus menuturkan, gelombang terlihat tinggi mulai Senin dini hari. Ia memperkirakan hal itu terjadi karena faktor bulan purnama penuh (Supermoon) yang terjadi sepanjang Minggu malam. Meski sudah merupakan kejadian tahunan, jika ini terus berlangsung, kerusakan akan lebih parah dibanding dengan tahun sebelumnya. "Kayaknya ini lebih tinggi," ujarnya.
(zik)