Kecam Perampasan Kamera, Wartawan Surabaya Turun ke Jalan
A
A
A
SURABAYA - Puluhan wartawan Surabaya menggelar aksi turun jalan mengecam aksi perampasan kamera wartawan yang diduga dilakukan oknum petugas Polrestabes Surabaya. Aksi ini digelar di depan Gedung Negara Grahadi.
Sambil membentangkan sejumlah poster, para wartawan baik dari televisi, koran, radio, dan online ini meneriakkan yel-yel kecaman pada aksi aparat kepolisian. Sejumlah poster yang dibentangkan bertuliskan "Usut Tuntas Perampasan Kamera, SAVE JURNALIS", "Kami Wartawan, Bukan Maling', "Tegakkan Undang-undang Pers", hingga "Copot Kapolres Ndeso".
Salah satu peserta aksi, Sefta Rudianto, mengatakan, aksi perampasan kamera tersebut tidak patut dilakukan oleh penegak hukum. Apalagi, sejumlah foto bentrokan di KPU Jawa Timur yang ada di kamera tersebut dihapus. "Kami bekerja dilindungi Undang-undang. Ini adalah bentuk arogansi aparat. Kami menuntut kasus ini diusut tuntas. Jika tidak akan menjadi preseden buruk dunia pers di Indonesia," ujar wartawan Elshinta ini dalam orasinya, Rabu (6/8/2014).
Kata Sefta, kasus ini menambah daftar panjang arogansi aparat kepada para jurnalis yang sedang bertugas. Oleh karena itu, harus diusut tuntas. Ia juga meminta kepada petinggi Polri untuk memberikan pemahaman kepada jajaran di bawahnya agar tidak melakukan intimidasi kepada wartawan dalam bentuk apa pun.
"Ada undang-undangnya. Menghalang-halangi kerja jurnalis saja dilarang, ini malah melakukan perampasan dan menghapus foto-foto karya jurnalis," ujarnya.
Selain itu, para wartawan ini juga mendesak kepada petinggi Polri untuk memanggil Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta terkait kasus itu. Karena, yang melakukan perampasan adalah anak buahnya. "Usut tuntas kasus ini. Jangan sampai terulang lagi dengan wartawan-wartawan lainnya," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Tridiana, wartawan Harian Bhirawa menjadi korban perampasan oknum polisi saat meliput demo di Kantor KPU Jatim. Saat itu, setelah mengabadikan momen bentrok, Tridiana didatangi tiga oknum polisi berpakaian preman. Salah satu dari oknum itu merampas kamera dan kemudian menghapusi sejumlah foto bentrok antara polisi dengan pendukung Prabowo-Hatta.
Sambil membentangkan sejumlah poster, para wartawan baik dari televisi, koran, radio, dan online ini meneriakkan yel-yel kecaman pada aksi aparat kepolisian. Sejumlah poster yang dibentangkan bertuliskan "Usut Tuntas Perampasan Kamera, SAVE JURNALIS", "Kami Wartawan, Bukan Maling', "Tegakkan Undang-undang Pers", hingga "Copot Kapolres Ndeso".
Salah satu peserta aksi, Sefta Rudianto, mengatakan, aksi perampasan kamera tersebut tidak patut dilakukan oleh penegak hukum. Apalagi, sejumlah foto bentrokan di KPU Jawa Timur yang ada di kamera tersebut dihapus. "Kami bekerja dilindungi Undang-undang. Ini adalah bentuk arogansi aparat. Kami menuntut kasus ini diusut tuntas. Jika tidak akan menjadi preseden buruk dunia pers di Indonesia," ujar wartawan Elshinta ini dalam orasinya, Rabu (6/8/2014).
Kata Sefta, kasus ini menambah daftar panjang arogansi aparat kepada para jurnalis yang sedang bertugas. Oleh karena itu, harus diusut tuntas. Ia juga meminta kepada petinggi Polri untuk memberikan pemahaman kepada jajaran di bawahnya agar tidak melakukan intimidasi kepada wartawan dalam bentuk apa pun.
"Ada undang-undangnya. Menghalang-halangi kerja jurnalis saja dilarang, ini malah melakukan perampasan dan menghapus foto-foto karya jurnalis," ujarnya.
Selain itu, para wartawan ini juga mendesak kepada petinggi Polri untuk memanggil Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta terkait kasus itu. Karena, yang melakukan perampasan adalah anak buahnya. "Usut tuntas kasus ini. Jangan sampai terulang lagi dengan wartawan-wartawan lainnya," tegasnya.
Diberitakan sebelumnya, Tridiana, wartawan Harian Bhirawa menjadi korban perampasan oknum polisi saat meliput demo di Kantor KPU Jatim. Saat itu, setelah mengabadikan momen bentrok, Tridiana didatangi tiga oknum polisi berpakaian preman. Salah satu dari oknum itu merampas kamera dan kemudian menghapusi sejumlah foto bentrok antara polisi dengan pendukung Prabowo-Hatta.
(zik)