Sebelum Jadi Korban MH17, Yuli Berniat Nyekar Makam Orangtua
A
A
A
SOLO - Suasana haru menyelimuti rumah Widi Yuwono di Kampung Kebonan, RT 02 RW 01, Sriwedari, Kota Solo, Jumat (18/7/2014) siang. Isak tangis dan kesedihan terpancar dari anggota keluarga korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh di Ukraina itu.
Keluarga ini kehilangan Yuli Hastini dan suaminya John Paulissen serta kedua anaknya yang masih kecil. Yuli dan keluarga dinyatakan tewas setelah pesawat itu jatuh dan terbakar saat melakukan perjalanan dari Amsterdam Belanda menuju Kuala Lumpur.
Widi yang merupakan kakak korban menyebutkan sebelum kejadian nahas tersebut, Yuli yang bekerja dan memiliki suami di Belanda itu, berkomunikasi dengan dirinya dan keluarga yang lain untuk pulang ke Indonesia. Kepulangannya tersebut dilakukan bersama dengan suami dan anak-anaknya.
Menurutnya, Yuli juga sudah membicarakan jadwal yang bakal ia lakukan selama di Indonesia. Yakni mulai dari bertemu keluarga dan teman-temannya ke Jakarta hingga balik ke Solo untuk menjenguk dirinya dan nyekar ke makam almarhum kedua orangtuanya. "Semua itu sudah direncanakan dengan rinci oleh almarhum, komunikasi itu dilakukan melalui media sosial Facebook," ucap Widi saat ditemui KORAN SINDO di kediamannya, Jumat (18/7/2014) siang.
Lebih lanjut Widi menyebutkan, rencana kepulangan saudaranya yang nomor enam itu menjadi kabar gembira bagi ia dan keluarga. Apalagi keluarga sudah sangat rindu dengan almarhum. Sebab, dari sembilan bersaudara, Yuli tinggal di wilayah yang paling jauh, yakni di Belanda. "Kita sangat gembira Yuli bisa pulang pada saat Lebaran kali ini. Kepulangannya itu juga dilakukan untuk nyekar ke makam ibu karena Yuli tidak berada di Indonesia saat ibu kami meninggal," imbuhnya.
Namun, kabar gembira itu berubah total menjadi kabar duka, setelah pada Jumat pagi, pihak Malaysia Airlines menghubungi salah satu anggota keluarga dan mengabarkan Yuli menjadi korban jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina. Praktis, rencana yang disusun itu tinggal menjadi rencana yang tidak akan pernah terlaksana.
Widi mengatakan, setelah kabar itu diterima, ia dan keluarga lain langsung berkumpul di rumah untuk membahas nasib jenazah Yuli beserta suami dan anaknya itu. "Kita kirimkan adik kita untuk mengetahui secara langsung kondisi korban, kelanjutannya seperti apa kita belum tahu," imbuhnya.
Sementara itu, kakak perempuan Yuli, Eny Widiarti menyebutkan, semasa hidup Yuli dikenal sebagai pribadi yang baik. Selain itu Yuli juga orang yang pekerja keras dan selalu komitmen dengan apa yang ia lakukan.
Selain itu, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan suka membantu keluarga lain yang mengalami kesusahan. Biaya pendidikan dua adik Yuli, juga ditanggung penuh sampai saat ini. "Kemarin telepon waktu ulang tahun 14 Juli kemarin, ia mengaku ingin menginap ke Tawangmangu bersama seluruh anggota keluarga, namun ternyata nasib berkata lain," ucapnya.
Keluarga ini kehilangan Yuli Hastini dan suaminya John Paulissen serta kedua anaknya yang masih kecil. Yuli dan keluarga dinyatakan tewas setelah pesawat itu jatuh dan terbakar saat melakukan perjalanan dari Amsterdam Belanda menuju Kuala Lumpur.
Widi yang merupakan kakak korban menyebutkan sebelum kejadian nahas tersebut, Yuli yang bekerja dan memiliki suami di Belanda itu, berkomunikasi dengan dirinya dan keluarga yang lain untuk pulang ke Indonesia. Kepulangannya tersebut dilakukan bersama dengan suami dan anak-anaknya.
Menurutnya, Yuli juga sudah membicarakan jadwal yang bakal ia lakukan selama di Indonesia. Yakni mulai dari bertemu keluarga dan teman-temannya ke Jakarta hingga balik ke Solo untuk menjenguk dirinya dan nyekar ke makam almarhum kedua orangtuanya. "Semua itu sudah direncanakan dengan rinci oleh almarhum, komunikasi itu dilakukan melalui media sosial Facebook," ucap Widi saat ditemui KORAN SINDO di kediamannya, Jumat (18/7/2014) siang.
Lebih lanjut Widi menyebutkan, rencana kepulangan saudaranya yang nomor enam itu menjadi kabar gembira bagi ia dan keluarga. Apalagi keluarga sudah sangat rindu dengan almarhum. Sebab, dari sembilan bersaudara, Yuli tinggal di wilayah yang paling jauh, yakni di Belanda. "Kita sangat gembira Yuli bisa pulang pada saat Lebaran kali ini. Kepulangannya itu juga dilakukan untuk nyekar ke makam ibu karena Yuli tidak berada di Indonesia saat ibu kami meninggal," imbuhnya.
Namun, kabar gembira itu berubah total menjadi kabar duka, setelah pada Jumat pagi, pihak Malaysia Airlines menghubungi salah satu anggota keluarga dan mengabarkan Yuli menjadi korban jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina. Praktis, rencana yang disusun itu tinggal menjadi rencana yang tidak akan pernah terlaksana.
Widi mengatakan, setelah kabar itu diterima, ia dan keluarga lain langsung berkumpul di rumah untuk membahas nasib jenazah Yuli beserta suami dan anaknya itu. "Kita kirimkan adik kita untuk mengetahui secara langsung kondisi korban, kelanjutannya seperti apa kita belum tahu," imbuhnya.
Sementara itu, kakak perempuan Yuli, Eny Widiarti menyebutkan, semasa hidup Yuli dikenal sebagai pribadi yang baik. Selain itu Yuli juga orang yang pekerja keras dan selalu komitmen dengan apa yang ia lakukan.
Selain itu, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang dermawan dan suka membantu keluarga lain yang mengalami kesusahan. Biaya pendidikan dua adik Yuli, juga ditanggung penuh sampai saat ini. "Kemarin telepon waktu ulang tahun 14 Juli kemarin, ia mengaku ingin menginap ke Tawangmangu bersama seluruh anggota keluarga, namun ternyata nasib berkata lain," ucapnya.
(zik)