Forum Guru Bandung Sesalkan Kebijakan Disdik

Rabu, 18 Juni 2014 - 20:03 WIB
Forum Guru Bandung Sesalkan...
Forum Guru Bandung Sesalkan Kebijakan Disdik
A A A
BANDUNG - Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) Kota Bandung menilai kebijakan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bandung dalam mencetak buku raport siswa SMA dan SMK ditahun 2013 sia-sia.

Pasalnya, tahun ini, sekolah-sekolah SMA/SMK di Kota Bandung sebagian besar menggunakan raport sementara yang diprint. Padahal kebijakan penggunaan raport tersebut mengeluarkan tidak sedikit biaya.

Ketua FAGI Kota Bandung Iwan Hermawan mengungkapkan alasannya karena raport asli tersebut sangat tidak efektif digunakan.

"Pertama tidak ada kolom untuk mengisi nilai mata pelajaran mulok bahasa Sunda dan pendidikan lingkungan hidup. Kedua, guru kesulitan untuk menulis deskripsi setiap nilai yang diberikan guru karena kolom yg tersedia terbatas (kecil)," ungkapnya Rabu (18/6).

Tidak hanya itu, sekolah tidak menggunakan buku rapor asli karena dalam pengisiannnya harus menggunakan tulis tangan. Sehingga merepotkan setiap guru yang mengisinya.

“Oleh karena itu hampir semua SMA/SMK Negeri di Kota Bandung tidak menggunakan buku rapor asli. Sekolah akan menggunakan lembaran rapor dicetak dengan menggunakan computer lebih efisien,” bebernya.

Untuk itu, pihaknya menilai Disdik Kota Bandung telah sia-sia mencetak buku rapor SMA/SMK kurikulum 2013. Padahal, anggarannya mencapai ratusan juta rupiah.

“Sia-sia saja Disdik mencetak buku raport tersebut karena sudah menghabiskan uang ratusan jutra terbuang begitu saja," ucapnya.

Kondisi itu dibenarkan Kepala SMK Prakarya Internasional (PI) Kota Bandung, Syarif Pamungkas. Diungkapkan Syarif bahwa kolom yang ada di rapor asli memang kecil, sehingga guru kesulitan untuk menulis deskripsi perkembangan pendidikan siswa.

"Tapi kami tetap menggunakan rapor tersebut. Namun ditambah lampiran untuk melengkapi yang tidak bisa didseksripsikan atau ditulis dalam rapor asli. Memang jadi ribet hasilnya," ungkapnya.

Disinggung mengenai pencetakan raport diserahkan pada sekolah masing-masing disetujuinya. “Kami memang direpotkan harus menulis tangan, apalagi kolomnya kecil. Belum lagi selama ini kedatangan rapor selalu terlambat,” paparnya.

Sementara itu Kasi SMA dan SMK Disdik Kota Bandung, Supanda tidak menampik bahwa sekolah banyak yang tidak menggunakan rapor asli. “Formatnya memang sangat kecil. Selain itu, guru memang kerepotan kalau harus tulis tangan mengisi rapor. Tapi konsepnya memang seperti itu,” kata Supanda saat ditemui di SMK PI, Rabu (18/6).

Menurut dia, bila buku rapor asli tidak digunakan oleh sekolah akan jadi produk mubazir. Untuk mengantisipasi hal ini ke depannya desain rapor harus diserahkan ke sekolah.
(ilo)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2841 seconds (0.1#10.140)