Pertumbuhan Kota Picu Pencemaran Udara
A
A
A
MAKASSAR - Kemajuan bidang ekonomi di Kota Makassar menjadi pemicu utama pencemaran lingkungan. Selain itu, pertumbuhan pesat di bidang industri juga memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap kerusakan lingkungan.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sulawesi Selatan, indeks pencemaran udara di Sulsel mencapai 87,83. Angka ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi maupun industri di Sulsel.
Dari data yang dimiliki BLHD Sulsel, hingga kini peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda 2 di Sulsel pada tahun 2013 mencapai 2.271.894 unit, sedangkan kendaraan roda 4 sebanyak 366.049 unit. Kepala BLHD Sulsel Hasbi Nur mengatakan, indeks pencemaran udara yang cukup tinggi itu merupakan dampak dari peningkatan jumlah kendaraan dan aktivitas industri yang banyak berpusat di perkotaan. Ia menilai, hal itu memberi kontribusi besar terhadap pencemaran udara di Sulsel. "Perlu kita sadari bahwa semakin tinggi laju ekonomi maka dampak terhadap lingkungan semakin besar," kata Hasbi, Senin (9/6/2014).
Jika hal ini tidak segera disikapi, pada tahun 2020 jumlah karbon dioksida (CO2) di udara bakal mencapai 48.190.134 ton CO2 eq. Dan hal ini tentu bakal berdampak buruk terhadap kelanjutan kehidupan masyarakat. "Kita tentu tidak ingin seperti di Cina. Di mana kualitas udaranya sudah sangat memprihatinkan hingga di jalan-jalan umum dipasang alat indikator pengukur udara," jelasnya.
Sementara itu, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Numang menyerahkan piagam serta Piala Adipura kepada tujuh daerah di Lapangan Upacara Kantor Gubernur Sulsel, Senin (9/6/2014).
Tujuh daerah yang meraih penghargaan lingkungan hidup tersebut yakni Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Malili, Kabupaten Selayar, Kabupaten Sidrap, dan Kabupaten Pinrang.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sulawesi Selatan, indeks pencemaran udara di Sulsel mencapai 87,83. Angka ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan transportasi maupun industri di Sulsel.
Dari data yang dimiliki BLHD Sulsel, hingga kini peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda 2 di Sulsel pada tahun 2013 mencapai 2.271.894 unit, sedangkan kendaraan roda 4 sebanyak 366.049 unit. Kepala BLHD Sulsel Hasbi Nur mengatakan, indeks pencemaran udara yang cukup tinggi itu merupakan dampak dari peningkatan jumlah kendaraan dan aktivitas industri yang banyak berpusat di perkotaan. Ia menilai, hal itu memberi kontribusi besar terhadap pencemaran udara di Sulsel. "Perlu kita sadari bahwa semakin tinggi laju ekonomi maka dampak terhadap lingkungan semakin besar," kata Hasbi, Senin (9/6/2014).
Jika hal ini tidak segera disikapi, pada tahun 2020 jumlah karbon dioksida (CO2) di udara bakal mencapai 48.190.134 ton CO2 eq. Dan hal ini tentu bakal berdampak buruk terhadap kelanjutan kehidupan masyarakat. "Kita tentu tidak ingin seperti di Cina. Di mana kualitas udaranya sudah sangat memprihatinkan hingga di jalan-jalan umum dipasang alat indikator pengukur udara," jelasnya.
Sementara itu, pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Numang menyerahkan piagam serta Piala Adipura kepada tujuh daerah di Lapangan Upacara Kantor Gubernur Sulsel, Senin (9/6/2014).
Tujuh daerah yang meraih penghargaan lingkungan hidup tersebut yakni Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Malili, Kabupaten Selayar, Kabupaten Sidrap, dan Kabupaten Pinrang.
(zik)