Ditiup Angin Kencang, Rumah Ambruk Timpa Warga
A
A
A
SEMARANG - Hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi Kamis 5 Juni 2014 menyebabkan satu rumah, di Jalan Kalicari III, Kelurahan Kalicari, Kecamatan Pedurungan, ambruk. Akibatnya, tiga kepala keluarga yang menghuni rumah semi permanen tersebut terancam kehilangan tempat tinggal.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Namun, seorang warga Ninik (49), mengalami luka-luka akibat tertimpa genting dan kayu bangunan rumah.
Menurut keterangan Ninik, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 24.00 WIB. Saat itu, dirinya sedang terlelap tidur bersama dua anaknya di dalam rumah. “Hujan turun dengan angin kencang sejak pukul 21.00 WIB. Saya tidur bersama anak-anak di kamar yang berbeda,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (6/6/2014).
Setelah hujan reda, dirinya dikejutkan dengan rumah yang ambruk. Ninik yang sedang tidur di kamar tertimpa reruntuhan rumah berupa genting dan kayu-kayu, hingga menyebabkan luka di bagian kaki, tangan dan badan. Dia juga sempat terjebak dalam reruntuhan, dan tidak dapat menyelamatkan diri.
“Kejadiannya begitu cepat, tiba-tiba bruk! Atap ambruk dan menimpa saya. Saya tertimpa bangunan sehingga tidak dapat menyelematkan diri. Untung anak-anak tidak tertimpa parah, sehingga dapat menyelamatkan diri,” imbuhnya.
Kedua anak Ninik, kemudian berlari keluar rumah dan teriak-teriak minta tolong kepada warga. Beberapa saat kemudian, warga berdatangan dan berusaha menyingkirkan puing-puing bangunan untuk menyelamatkan Ninik yang tertimbun reruntuhan.
“Saya tidak dapat bergerak, karena reruntuhan cukup banyak menimpa saya. Untung saja saya tidak meninggal. Saya kemudian ditolong warga,” pungkasnya.
Sementara itu, penghuni lain dalam rumah itu Doto (43) mengatakan, tanda-tanda rumah ambruk sebenarnya sudah terlihat sejak sore hari. Saat hujan turun deras dengan angin kencang, dia mendengar suara kayu bangunan yang lepas dari pakunya.
“Terdengar suara kretek-kretek, namun saya tidak menyangka akan ambruk seperti ini,” terangnya.
Setelah hujan reda, dirinya dikejutkan dengan rumah yang ambruk. Untung saja, saat itu dia bersama istrinya belum terlelap tidur, sehingga langsung keluar rumah untuk menyelamatkan diri. “Saat itu belum tidur, begitu melihat atap runtuh, saya langsung menarik istri saya untuk keluar rumah dan menyelamatkan diri,” imbuhnya.
Rumah yang dibangun sejak tahun 2000 dan dihuni tiga kepala keluarga itu, kini sudah rata dengan tanah. Selain itu, berbagai barang yang ada di dalam rumah juga mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat dipakai lagi.
“Semuanya rusak, televisi, kipas angin, lemari, meja, dan semua perabotan rusak semuanya. Kami harap pemerintah mau membantu meringankan beban kami ini,” pungkas Doto.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Namun, seorang warga Ninik (49), mengalami luka-luka akibat tertimpa genting dan kayu bangunan rumah.
Menurut keterangan Ninik, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 24.00 WIB. Saat itu, dirinya sedang terlelap tidur bersama dua anaknya di dalam rumah. “Hujan turun dengan angin kencang sejak pukul 21.00 WIB. Saya tidur bersama anak-anak di kamar yang berbeda,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (6/6/2014).
Setelah hujan reda, dirinya dikejutkan dengan rumah yang ambruk. Ninik yang sedang tidur di kamar tertimpa reruntuhan rumah berupa genting dan kayu-kayu, hingga menyebabkan luka di bagian kaki, tangan dan badan. Dia juga sempat terjebak dalam reruntuhan, dan tidak dapat menyelamatkan diri.
“Kejadiannya begitu cepat, tiba-tiba bruk! Atap ambruk dan menimpa saya. Saya tertimpa bangunan sehingga tidak dapat menyelematkan diri. Untung anak-anak tidak tertimpa parah, sehingga dapat menyelamatkan diri,” imbuhnya.
Kedua anak Ninik, kemudian berlari keluar rumah dan teriak-teriak minta tolong kepada warga. Beberapa saat kemudian, warga berdatangan dan berusaha menyingkirkan puing-puing bangunan untuk menyelamatkan Ninik yang tertimbun reruntuhan.
“Saya tidak dapat bergerak, karena reruntuhan cukup banyak menimpa saya. Untung saja saya tidak meninggal. Saya kemudian ditolong warga,” pungkasnya.
Sementara itu, penghuni lain dalam rumah itu Doto (43) mengatakan, tanda-tanda rumah ambruk sebenarnya sudah terlihat sejak sore hari. Saat hujan turun deras dengan angin kencang, dia mendengar suara kayu bangunan yang lepas dari pakunya.
“Terdengar suara kretek-kretek, namun saya tidak menyangka akan ambruk seperti ini,” terangnya.
Setelah hujan reda, dirinya dikejutkan dengan rumah yang ambruk. Untung saja, saat itu dia bersama istrinya belum terlelap tidur, sehingga langsung keluar rumah untuk menyelamatkan diri. “Saat itu belum tidur, begitu melihat atap runtuh, saya langsung menarik istri saya untuk keluar rumah dan menyelamatkan diri,” imbuhnya.
Rumah yang dibangun sejak tahun 2000 dan dihuni tiga kepala keluarga itu, kini sudah rata dengan tanah. Selain itu, berbagai barang yang ada di dalam rumah juga mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat dipakai lagi.
“Semuanya rusak, televisi, kipas angin, lemari, meja, dan semua perabotan rusak semuanya. Kami harap pemerintah mau membantu meringankan beban kami ini,” pungkas Doto.
(san)